Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Novelis

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Nyanyian Cinta Pria Infertilitas

18 Mei 2018   05:46 Diperbarui: 19 Mei 2018   11:08 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Calisa...Rossie, bangun Sayang. Ayo kita Tahajud, habis itu Sahur. Ayo, Sayang."

Dengan lembut, Calvin membangunkan anak-anak cantik itu. Calisa bangun dengan patuh. Rossie sedikit manja. Menarik-narik selimutnya, namun Calvin tetap sabar.

Sampai akhirnya, Rossie bangun. Menatap Calvin dengan mata redup. Tersenyum lebar saat pria oriental bermata sipit itu mencium keningnya. Lembut dituntunnya Rossie ke kamar mandi. Dibantunya anak itu mengambil wudhu.

Sejak Papi mereka meninggal, Calvinlah yang merawat si kembar Calisa-Rossie. Calvin sendiri baru saja kehilangan seorang istri. Perceraian merenggut kebahagiaannya. Perceraian yang dipaksakan keluarga istrinya, hanya karena vonis infertilitas.

Mereka bertiga shalat Tahajud. Empat rakaat Tahajud, tanpa Witir. Witir telah mereka lakukan saat Tarawih hari sebelumnya. Rasa kantuk Rossie lenyap seketika mendengar ayat-ayat yang dilantunkan Calvin dengan penuh cinta. Tergetar hati Calisa mendengarkan suara bass milik ayah angkatnya yang empuk dan merdu. Sekali-dua kali Calvin terbatuk, namun tak mengurangi keindahan suaranya.

Damai menebar di hati. Di bulan suci ini, Calisa dan Rossie menemukan pengganti ayah yang istimewa. Mereka tak perlu takut lagi kehilangan kasih sayang seorang ayah.

Sahur bersama mereka lakukan usai Tahajud. Kehangatan keluarga begitu terasa. Walau hanya bertiga. Seorang ayah angkat yang sangat tampan dan baik hati, dua anak kembar yang cantik dan menggemaskan.

Atmosfer kehangatan melingkupi rumah besar dan mewah di lereng bukit itu. Terbiasa bangun di sepertiga malam untuk ibadah sunnah membuat Calvin dan anak-anak angkatnya tak langsung tertidur selesai sahur. Ada saja aktivitas lain yang mereka lakukan sambil menanti Subuh.

"Ayah," panggil Rossie manja. Ia berlari-lari turun dari lantai atas, satu tangannya memegang selembar kertas terlipat.

"Iya, Rossie?" balas Calvin lembut.

Senyum menghiasi bibir Rossie saat menunjukkan kertas itu. Calvin mengambilnya. Sepasang mata sipit bening itu berbinar bahagia membaca nilai sempurna milik putrinya.

"Anak pintar. Sini, peluk Ayah dulu. Kamu anak pintar, Sayang." puji Calvin tulus.

Rossie merangkak ke pelukan ayahnya. Bahagia sekali. Wangi Blue Seduction Antonio Banderas membelai hidungnya. Wangi khas Calvin. Ciuman hangat Calvin mendarat di kening Rossie. Bangga dan bahagia merayapi hati.

Ternyata tak hanya waktu berbuka puasa yang menjadi quality time dengan keluarga. Waktu selepas sahur pun bisa digunakan untuk quality time. Pagi ini, Calvin memanfaatkan waktu kebersamaannya dengan bercerita. Ia mendongeng beberapa kisah untuk Calisa dan Rossie. Calvin Wan story teller yang baik. Waktu sahur tak terlewatkan begitu saja. Calvin berhasil membuat anak-anaknya tetap kuat dan bersemangat walaupun harus bangun lebih pagi.

**        

Ruangan berkarpet tebal dan berAC itu nampak sunyi. Calvin berlutut di karpet. Kertas-kertas bertebaran di dekat kakinya. Ada waktunya menikmati ruang sendiri. Saat asisten rumah tangga membawa si kembar jalan-jalan selepas Subuh, Calvin menggunakan waktu kesendiriannya.

Tak sekadar menikmati sepi. Ia juga menyusun perencanaan budget untuk target amalnya di bulan suci. Bagi pengusaha retail sesukses dirinya, sedekah bukanlah hal sulit. Calvin selalu memiliki target bersedekah tiap bulan suci tiba. Di bulan-bulan lainnya pun ia tetap melanjutkan targetnya.

Bulan suci lebih istimewa. Puluhan porsi makanan berbuka puasa ia bagikan tiap harinya pada orang-orang yang memerlukan. Jumlahnya selalu bertambah dari hari ke hari. Dana untuk memberikan paket Lebaran pada anak yatim-piatu dan orang-orang tak mampu telah ia siapkan.

Sekarang tinggal zakat mal. Kebiasaan rutin Calvin jelang Ied Mubarak nanti. Tahun lalu, pria tampan kelahiran 9 Desember itu mengeluarkan zakat mal sebesar lima ratus juta. Tahun ini, ia ingin memperbanyaknya lagi.

Satu Milyar, jumlah fantastis untuk zakat mal. Calvin telah menyisihkan satu Milyar dari harta kekayaannya hanya untuk berzakat. Khas filantropis sejati.

Semuanya sudah beres. Perlahan ia bangkit. Memunguti kertas-kertas di lantai, lalu tersadar. Selembar kertas tebal meluncur lepas dari jemarinya. Mendarat lagi di lantai. Itu adalah surat perceraiannya dengan Clara. Perceraian yang merampas separuh kebahagiaan.

Sesaat Calvin berdiri terpaku. Tubuhnya gemetar. Kenangan terbuka bersamaan dengan luka. Sakit, sakit sekali.

"Laa haula wala quwata illa billah." lirih Calvin berulang-ulang.

Ia bersyukur si kembar tak ada di sini. Ia bisa melampiaskan kesedihannya tanpa ragu. Menyalakan laptop, Calvin mulai menulis. Ditulisnya artikel tentang keuangan dan investasi Shaquille O'Neal.

Tenggelam dalam artikel yang ia tulis, berharap kesedihannya hilang. Ternyata tidak. Ingatannya justru melayang pada momen menyedihkan dua tahun lalu. Teriakan di rumah utama, rapat keluarga, tetesan air mata, dan putusan cerai. Mereka begitu biadab memisahkan Calvin dengan Clara, hanya karena vonis infertilitas. Calvin tak mampu membuat Clara memberikan keturunan. Dia terlalu rapuh, kondisi kesehatannya tak memungkinkan.

Sedih ini, duka ini, tak juga pergi usai menayangkan artikelnya di website. Hanya satu pertanyaan yang mengendap di kepala Calvin: apakah pria yang divonis infertilitas tak boleh dicintai?

Dimatikannya kembali laptopnya. Dilangkahkannya kaki ke depan grand piano. Sudah lama Calvin tak bermain musik. Blogger super tampan itu bermain piano, lalu bernyanyi.

Ada cinta yang sejati

Ada sayang yang abadi

Walau kau masih memikirkannya

Aku masih berharap kau milikku

Sejauh ku melangkah hatiku kamu

Sejauh aku pergi rinduku kamu

Masihkah ada hatimu aku

Meski ada hati yang lain

Ada cinta yang sejati

Ada sayang yang abadi

Walau kau masih memikirkannya

Aku masih berharap kau milikku

Andai harus terpisahkan

Mungkin inilah takdir cintaku

Ada cinta yang sejati

Ada sayang yang abadi

Walau kau masih memikirkannya

Aku masih berharap

Ada cinta yang sejati

Ada sayang yang abadi

Walau kau masih memikirkannya

Aku masih berharap kau milikku

Masih berharap kau untukku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).

**       

Seraut wajah wanita itu berhias senyuman. Calvin balas tersenyum. Senang bisa menatap wajah mantan istrinya. Video call mendekatkan mereka.

"Tetiba aku mencemaskanmu, Calvin." ungkap Clara.

"Aku baik-baik saja, Clara."

Diam-diam, sepasang pria dan wanita itu masih saling berkomunikasi. Meski cinta ditentang keluarga. Meski tembok pemisah begitu tinggi.

"Aku khawatir kamu..."

"Jangan khawatir, Clara."

Hening sesaat. Calvin menatap Clara lekat-lekat. Menikmati kecantikannya.

"Calvin?"

"Ya?"

"Peluk aku."

Calvin mendesah. Nada suara Clara begitu sedih. Mengharukan, menyentuh. Nampaknya wanita cantik itu benar-benar sedih.

"Aku peluk dalam hati." ujar pria tampan itu lembut. Lagi-lagi ini bahasa cinta. Bahasa cinta, yang hanya dipahami mereka berdua. Semakin banyak bahasa cinta yang hanya bisa dipahami mereka berdua, justru semakin dalam dan erat cinta mereka.

"Calvin, jangan lepaskan pelukanmu."

"Tidak, aku akan tetap memelukmu."

Mata Clara berkaca-kaca. "Mengapa kita harus berpisah, Calvin? Aku masih ingin melihat dirimu lebih lama lagi. Aku tak keberatan menikahi pria infertilitas. Justru ini yang kuinginkan: pernikahan tak selamanya identik dengan seks dan keturunan. Mas Cinta, Ayah, dan Bunda tega sekali memisahkan kita."

"Mereka menyayangimu, Clara. Tak semua keluarga bisa menerima keadaan ini. Oh ya, bagaimana keadaan Mas Cinta?"

Clara pun bercerita keadaan kakak satu-satunya. Calvin mendengarkan dengan sabar. Lalu berkata lembut.

"Clara, tetap rahasiakan darinya ya. Keluargamu tidak boleh tahu, kalau aku yang membiayai operasi dan perawatan Mas Cinta di rumah sakit."

"Oh Calvin, I adore you."

Dua hati berpelukan. Hati yang harus terpisah karena pertentangan. Saat dua hati itu berpelukan, di saat bersamaan, seseorang baru saja memenuhi panggilan Tuhan dengan penuh cinta.

Tes.

Cairan merah menetesi karpet. Clara menahan nafas.

"Calvin, hidungmu berdarah."

**      

https://www.youtube.com/watch?v=qHe7-zUWzUQ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun