Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta
Nyanyian Cinta Pria Infertilitas
"Laa haula wala quwata illa billah." lirih Calvin berulang-ulang.
Ia bersyukur si kembar tak ada di sini. Ia bisa melampiaskan kesedihannya tanpa ragu. Menyalakan laptop, Calvin mulai menulis. Ditulisnya artikel tentang keuangan dan investasi Shaquille O'Neal.
Tenggelam dalam artikel yang ia tulis, berharap kesedihannya hilang. Ternyata tidak. Ingatannya justru melayang pada momen menyedihkan dua tahun lalu. Teriakan di rumah utama, rapat keluarga, tetesan air mata, dan putusan cerai. Mereka begitu biadab memisahkan Calvin dengan Clara, hanya karena vonis infertilitas. Calvin tak mampu membuat Clara memberikan keturunan. Dia terlalu rapuh, kondisi kesehatannya tak memungkinkan.
Sedih ini, duka ini, tak juga pergi usai menayangkan artikelnya di website. Hanya satu pertanyaan yang mengendap di kepala Calvin: apakah pria yang divonis infertilitas tak boleh dicintai?
Dimatikannya kembali laptopnya. Dilangkahkannya kaki ke depan grand piano. Sudah lama Calvin tak bermain musik. Blogger super tampan itu bermain piano, lalu bernyanyi.
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku
Sejauh ku melangkah hatiku kamu
Sejauh aku pergi rinduku kamu