Musa Hasyim
Musa Hasyim Guru

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Wujudkan Hidup Sehat tanpa Kolesterol Jahat dengan Rumus 3 M + Kojima

4 Mei 2021   22:52 Diperbarui: 4 Mei 2021   23:26 2058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wujudkan Hidup Sehat tanpa Kolesterol Jahat dengan Rumus 3 M + Kojima
Kojima membuatku tambah bersemangat menggambar. Dokpri

Siapa yang doyan makanan goreng-gorengan? Kalau disurvei secara langsung, pasti mayoritas masyarakat Indonesia akan angkat tangan. Siapa sih yang tidak suka makanan yang digoreng. Selain rasanya yang nikmat, juga ada di mana-mana mulai dari kelas pedagang kaki lima sampai restoran berbintang lima meski mengandung kolesterol jahat yang menumpuk.

Makanan yang digoreng seolah tidak bisa lepas dari keseharian kita dan sudah menjadi bagian dari citra budaya makanan Indonesia. Saya mendapati fakta demikian ketika saya mengikuti webinar yang membahas banyak soal makanan-makanan bergoreng pada Minggu 25 April lalu secara virtual melalui Zoom Cloud Meetings. 

Webinar bertajuk "Keluarga Sehat Berawal dari Makanan Bergizi" ini diadakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bersama Jelantah4Change.

Tangkapan layar Webinar ILUNI UI dan Jelantah4Change pada Minggu 25 April 2021. Dokpri
Tangkapan layar Webinar ILUNI UI dan Jelantah4Change pada Minggu 25 April 2021. Dokpri

Saya kemudian tercengang mendengar penjelasan dari Dr. dr. Ray W Basrowi, salah satu narasumber webinar yang mengatakan bahwa butuh minimal 75 tahun untuk mengubah cross cultural food image bangsa Indonesia sampai akarnya, termasuk budaya makan makanan bergoreng tanpa adanya kontrol. 

"Angka kematian dari Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat, dari yang semula hanya 37% pada tahun 1990 menjadi 58% pada tahun 2010. Jenis-jenis PTM yang sering dijumpai adalah diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dan penyakit jantung. Salah satu penyebabnya adalah tren pola makan yang tidak sehat, termasuk mengonsumsi makanan berminyak dalam jumlah besar," imbuh dokter asal Manado yang juga pendiri Health Collaborative Center.

Wah ngeri juga! Selama webinar berlanjut, saya hanya bisa merenung karena merasa apa yang disampaikan oleh narasumber banyak benarnya. Sebagian anggota keluarga saya juga seorang penyintas dari PTM ini. Bahkan nyawa ayah saya dan bibi saya terenggut oleh salah satu dari jenis PTM ini.

Setelah saya baca-baca dari referensi lainnya, makan makanan bergoreng sebenarnya tidak berbahaya dengan catatan harus diseimbangi dengan kebutuhan nutrisi atau gizi lainnya. Sederhananya sih, jangan kebanyakan makan makanan berminyak apalagi yang digoreng dengan minyak jelantah. Selain itu, olahraga rutin dapat menyingkirkan kolesterol-kolesterol jahat yang menumpuk dari sebuah makanan bergoreng. 

Tapi apakah harus menunggu 75 tahun dulu baru bisa mengubah kebiasaan pola makan yang tidak sehat? Ini seperti lingkaran setan yang terus-menerus berputar di tempat sama, sekali bergerak akan diam di tempat semula. Saya mencoba berkreasi dengan membuat rumus sederhana yakni 3 M + Kojima, mungkin ini bisa menjadi alternatif. Apalagi "KOJIMA" ini merupakan madu dengan 3 kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu.

Baca juga: KOJIMA Kombinasi Sehat Korma, Jinten Hitam, dan Madu: Cocok untuk Perantau yang Jauh dari Keluarga

Membiasakan Diri Jalan Kaki

Cara pertama untuk keluar dari lingkaran setan ini adalah dengan bergerak. Tidak perlu yang membutuhkan biaya besar, cukup agendakan jalan kaki setiap hari, terlihat sederhana bukan? Tapi faktanya, kita masih sering malas untuk berjalan kaki. Kalau ada yang lebih cepat, kenapa harus lebih lama? Begitu sangkalannya.

Mau pergi ke supermarket terdekat, pakai motor. Mau ambil uang di ATM seberang jalan, naik ojek daring dulu. Begitu seterusnya. Alhasil jalanan macet dan trotoar khusus pejalan kaki dipenuhi oleh penggendara motor ugal-ugalan. Bule saja kalau ke Indonesia suka heran, kenapa warga +62 jarang sekali jalan kaki?

Kita tidak begitu membutuhkan trotoar hijau lebar di mana-mana dengan hiasan penuh warna hanya untuk jalan kaki, kita hanya membutuhkan sedikit motivasi dan dorongan. Salah satu motivasi datang dari lingkungan sekitar, sementara lingkungan kita masih menyimpan gengsi tinggi jika harus jalan kaki. Lebih keren naik kendaraan pribadi, bukan? Begitu kelakarnya.

Saya sendiri menemukan motivasi ketika membeli sebuah jam tangan kesehatan yang dapat mengukur berapa lama saya jalan kaki dan berapa banyak langkah kaki ini. Kemudian jam tangan tersebut akan mengonversi kira-kira dengan jalan kaki sejauh itu kita hemat berapa liter bensin. Tentu saja, semakin jauh kita melangkah, semakin besar peluang kita menyelamatkan bumi dari gas polutan berbahaya. Hijaunya dapat, kolesterol jahatnya minggat.

Jam tangan andalan dan sangat bermanfaat sekali. Dokpri
Jam tangan andalan dan sangat bermanfaat sekali. Dokpri

Sebenarnya jam tangan kesehatan bukan patokan utama, yang paling penting adalah apakah kita mau berubah? Setidaknya dari langkah terkecil kita, jalan keliling kompleks cari takjil buat buka misalnya. Jangan lupa, setiap jalan kaki, siapkan amunisi. Kalau saya pasti wajib ada masker cadangan, tas belanja ramah lingkungan, hand sanitizer, dan "KOJIMA."

Kenapa harus ada Kojima? Karena kandungan kurma bikin kita lama laparnya, jadi lebih tahan lama puasa dari goreng-gorengan di pinggir jalan yang menggoda.

Amunisi yang harus ada di tas. Dokpri
Amunisi yang harus ada di tas. Dokpri

Memantau Aktivitas dan Kondisi Tubuh

Cara terbaik selanjutnya untuk keluar dari lingkaran setan tren pola makan yang tidak sehat adalah dengan terus memonitor aktivitas dan kondisi tubuh. Ada banyak cara untuk melakukan ini, selain dengan rutin medical check up, kita bisa memulainya dengan langkah sederhana. 

Saya biasanya membuat kreasi jurnal harian, bukan diary yang isinya curhatan saja, jurnal harian yang saya maksud adalah bullet journal

Baca juga: Isi Bulan Suci dengan Kreasi "Bullet Journal" dan Perbaiki Kualitas Diri 

Salah satu poin dalam bullet journal adalah health track atau jejak kesehatan kita, di dalamnya ada catatan langkah kaki setiap hari dalam sebulan, ada jumlah kalori yang terbakar, jarak tempuh, aktivitas olahraga selain jalan kaki, dan detak jantung rata-rata harian. 

Membuat kreasi warna-warni Bujo bulan April untuk memantau aktivitas gaya hidup sehat. Dokpri
Membuat kreasi warna-warni Bujo bulan April untuk memantau aktivitas gaya hidup sehat. Dokpri

Kalau ini Bujo untuk poin Health Track bulan Mei. Dokpri
Kalau ini Bujo untuk poin Health Track bulan Mei. Dokpri

Dari sini kita bisa memantau apakah dalam sebulan kita ada peningkatan atau justru penurunan. Cara ini bisa memotivasi kita untuk berlomba-lomba memperbaiki kualitas diri. Kadang saya juga membuat self achievement misal saya melakukan joging setiap akhir pekan tanpa bolong maka saya akan membeli buku pengembangan diri di toko buku.

Tak lupa saya menyediakan Kojima di sela-sela membuat kreasi. Jangan salah, menggambar juga menguras banyak energi dan pikiran. Apalagi buat saya yang tidak begitu jago menggambar. Dengan kebaikan madu dari Kojima, energi saya kembali terisi penuh. Saya semakin semangat membuat kreasi di atas bullet journal.

Mengganti Camilan Berminyak

Apa yang dikatakan Dr. dr. Ray W Basrowi bahwa kita masih susah melepaskan untuk tidak makan makanan berminyak merupakan kebenaran mutlak karena saya termasuk di antaranya. Setiap hari, sudah pasti makanan utama saya mengandung minyak (warteg, nasi padang, mi goreng, dan nasi goreng) ditambah camilan yang suka saya konsumsi juga rata-rata berminyak. 

Jalan kaki saja tidak cukup untuk membakar kolesterol jahat dari makanan bergoreng karena kadang ada waktu di mana kita tidak bisa jalan bukan? Misal cuaca sedang panas-panasnya, hujan lebat, atau kerjaan menumpuk parah. 

Kita juga kadang khilaf makan gorengan di pinggir jalan tanpa kontrol karena tergoda nafsu jajan. Saya akhirnya menemukan ide, kenapa tidak mengganti camilan berminyak dengan yang lebih sehat? Sesederhana itu.

Mencampuri kue-kue dengan Kojima adalah salah satu jawabannya. Jujur saja, asem jawa dari Kojima ini mampu memperkaya citra rasa dari camilan. Apalagi khasiat jinten hitam (Habbatussauda) mampu mengobati kolesterol yang menumpuk setelah mengonsumsi makanan utama yang berminyak seharian.

Kue kering dengan sedikit campuran madu Kojima. Dokpri
Kue kering dengan sedikit campuran madu Kojima. Dokpri

Rumus 3 M + Kojima mungkin salah satu jawaban untuk mengurangi angka kematian dari Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk yang disebabkan oleh kolesterol jahat menumpuk. Kebiasaan atau tren pola makan goreng-gorengan boleh dilestarikan, asal rumus 3 M + Kojima terus dijalankan. Hidup seimbang dan sehat kemudian, siapa yang mau menolak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun