Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Guru

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ngabuburit di Rumah Aja? Siapa Takut!

4 Mei 2020   17:54 Diperbarui: 4 Mei 2020   18:03 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kepada masyarakat Kota Banjarmasin diimbau agar tetap di rumah masing-masing. Yang tidak berkepentingan diharap tidak keluar rumah. Tetap jaga kesehatan untuk kita semua." demikianlah bunyi imbauan yang disosialisasikan oleh Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin melalui spanduk sejak PSBB mulau diberlakukan di kota ini, Jumat, 27 April 2020 lalu.

Sebagai warga Kota Banjarmasin yang patuh, saya dan keluarga berusaha mematuhi aturan di atas. Kami hanya keluar rumah untuk keperluan penting saja, misalnya ke kantor bila ada jadwal piket atau dinas dan pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari. Praktis hanya dua jenis aktivitas tersebut yang menjadi alasan saya keluar rumah.

Nah, bulan Ramadan biasanya identik dengan kegiatan ngabuburit di mana-mana. Bagi generasi milenial atau generasi zaman now, yang dipahami sebagai "ngabuburit" itu adalah pergi beramai-ramai bersama teman-teman ke suatu tempat.  Waktunya pun suka-suka, mau pagi hari, siang hari, sore hari, atau malam hari. Pokoknya jalan-jalan keluar rumah dan mengunjungi suatu tempat, tanpa mengenal nama-nama hari, dan punya tujuan bersama sebagai goal-nya.

Padahal kalau dikembalikan maknanya, kata ngabuburit sebenarnya berasal dari Bahasa Sunda "burit" yang menunjukkan waktu sore, senja, atau menjelang Magrib. Sedangkan awalan nga- bermakna menunggu. Sehingga makna asli kata ngabuburit adalah "menunggu saatnya berbuka puasa atau menanti datangnya azan Magrib sebagai tanda buka puasa tiba."

Sesuai penjelasan dalam artikel yang ditulis di situs genpi.co disebutkan bahwa pada zaman dahulu kala, istilah ngabuburit dipergunakan oleh masyarakat Sunda untuk menyampaikan kepada anak-anaknya sekaligus mengajak mereka mengikuti pengajian bersama selama bulan Ramadan. Tujuannya agar anak-anak itu teralihkan perhatiannya dan mampu melupakan rasa haus dan lapar yang dialami selama berpuasa.

 Sekarang kita menjadi lebih paham, apa makna ngabuburit itu. Ternyata pada awalnya ungkapan ini mempunyai makna yang positif berkaitan dengan tradisi masyarakat Sunda di bulan Ramadan.

Lain Kepala Lain Isinya, Lain Zaman Lain Pemaknaan

 Mungkin untaian kalimat sejenis peribahasa di atas dapat mewakili situasi dan kondisi peradaban manusia yang akan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Maksudnya, segala sesuatu di atas bumi ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri.

Hal tersebut pernah ditegaskan seorang filsuf Yunani kuno terkenal yang bernama Herakleitos (540SM -- 480SM). Filsuf tersebut berujar demikian, "Panta rhei kai uden menei" (semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal tetap). Analogi tersebut hendak menyatakan kepada kita semua bahwa sebagai manusia kita tidak akan pernah turun pada aliran air sungai yang sama, sebab secara logika aliran air sungai akan terus berganti di setiap waktunya.

Hal serupa juga terjadi pada makna ngabuburit yang kini sudah mengalami pergeseran makna. Yang pasti, apapun jenis aktivitas yang dilakukan dalam konsep ngabuburit ini, sekarang tidak bisa kita lakukan dengan bebas akibat pandemi covid-19. Jika pun sebagai salah satu warga masyarakat kita masih ngeyel dan tetap keukeuh untuk menjalankannya dengan beraktivitas di luar rumah bersama teman-teman, maka kita beresiko besar tertular virus corona. Entah dari siapa dan entah dimana.

Mungkin ada yang beranggapan bahwa situasi saat ini masih aman-aman saja. Buktinya di Kota Banjarmasin sendiri situasi di jalan raya pagi ini, Kamis, 4 Mei 2020, terbilang ramai. Saya pribadi belajar berpikir positif saja. Barangkali mereka-mereka yang berlalu-lalang di jalan tadi pagi memang sedang dalam perjalanan ke tempat kerjanya masing-masing. Atau mungkin mereka sedang ada keperluan penting yang mengharuskannya keluar rumah hari ini.

Ikuti Imbauan Pemerintah, Ngabuburit Must Go On

Sub judul di atas sekilas berisi imbauan positif, namun diiringi kalimat provokatif yang bisa dimaknai salah. Pasti ada yang berpikir bahwa ngabuburit itu boleh-boleh saja asalkan kita menerapkan physical distancing dan memakai masker kemana-mana. Tetapi apakah memang 100% aman dengan menerapkan hal tersebut, sementara kita tetap berjalan (keluar rumah) sesuka hati?

Mari kita lihat jumlah pasien positif yang terus bertambah di banyak kota di Indonesia, tak terkecuali di Kota Banjarmasin. Data tersebut mengindikasikan bahwa di lapangan masih terjdi penularan virus corona jenis baru ini di antara warga masyarakat. Dengan kenyataan tersebut, kita dituntut bersikap bijaksana untuk menyikapi pandemi covid-19 ini agar tidak berkepanjangan.

Nah, meskipun kita berada di rumah, namun kita tetap bisa ngabuburit secara positif dan aman. Berikut ini adalah beberapa tips ngabuburit yang bisa dipraktikan bersama anggota keluarga yang tinggal di lokasi berbeda, bersama sahabat, rekan kerja, atau siapa saja yang terkoneksi dengan kita melalui telepon selular.

Apa saja aktivitas ngabuburit yang menarik tersebut? Yuk, kita simak penjelasan lengkapnya di bawah ini:

1. Diskusi bersama acara "Siraman Rohani Islami"

Kegiatan ngabuburit positif yang bisa kita jadikan pilihan pertama adalah "diskusi bersama". Diskusi ini bisa kita adakan bersama teman-teman maupun orang terdekat kita saat waktu menjelang berbuka puasa. Materi yang kita perbincangkan bisa dipilih dari salah satu acara siraman rohani Islami yang tayang di televisi nasional atau melalui akun Youtube.

Setelah semua peserta diskusi menonton acara dimaksud, maka diskusi bisa kita lakukan melalui media sosial atau aplikasi teleconference/telewicara yang ada (Zoom, Google Meet, Skype, dan sejenisnya). Alangkah baiknya bila dalam kelompok diskusi ini kita mengundang ulama, kyai, atau ustadz yang lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam. Dengan begitu, diskusi kita akan membawa manfaat positif dan keimanan kita akan semakin diteguhkan.

 2.  Mendongeng berantai

Kegiatan mendongeng adalah satu aktivitas menarik yang pasti digemari oleh siapa saja. Tidak hanya oleh anak-anak, kaum remaja, atau orang dewasa juga masih banyak yang menyukai dongeng. Di masa pandemi ini kita bisa menyelenggarakan kegiatan "mendongeng berantai". Aktivitas ini sudah pernah saya coba bersama beberapa rekan kerja saya melalui grup WhatsApp.

Keseruan kegiatan mendongeng berantai adalah kita tidak akan pernah tahu akhir cerita dari dongeng yang kita mulai di awal. Salah seorang peserta bisa membuka dongeng dengan mengutip kalimat pembukaan yang pada umumnya dipakai dalam cerita dongeng, misalnya: "Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan yang berada di Hutan Kingkalingking, tinggallah seorang Nenek bersama cucunya yang bernama Putri Semata Wayang."

Oleh setiap peserta berikutnya, dongeng itu bisa dilanjutkan sesuai imajinasinya masing-masing. Tentu sudah terbayang bagaimana keseruan mendongeng berantai ini. Agar terasa kejutannya, peserta yang mendapat giliran mendongeng bisa merekam suaranya pada fasilitas perekam yang terdapat pada aplikasi WhatsApp.

3. Meng-cover lagu bersama

 Jika kita rajin menonton channel Youtube, Instagram, atau media sosial saat ini, ada begitu banyak orang-orang yang membuat konten video secara keroyokan. Konten video berupa lagu tersebut dinyanyikan bersama-sama dari rumah masing-masing.

Supaya ide dapat terealisasi dengan baik, harus disepakati dahulu para penyanyi yang akan dilibatkan plus pembagian bait lagu yang akan dinyanyikan dengan iringan musik yang sama. Setelah prosedur dianggap jelas, maka proses meng-cover lagu bisa kita mulai bersama teman-teman yang kita dakwa menjadi "penyanyi dadakan" tadi. Dengan berbagai aplikasi video editor yang tersedia saat ini, kita dengan mudah dapat menggabungkan scene-scene yang sudah ada hingga menjadi sebuah lagu utuh.

Hasilnya bisa kita posting sore atau malam harinya sembari menikmati saat berbuka atau saat-saat santai bersama keluarga, usai menjalankan salat berjamaah di rumah. Karena tersimpan di media sosial, niscaya karya-karya kita insyaallah akan bisa kita nikmati dan saksikan di tahun-tahun yang akan datang.

4. Bermain Tik Tok namun memberi manfaat

Aplikasi Tik Tok menjadi salah satu aplikasi yang saat ini digemari banyak orang. Karena bulan ini adalah bulan Ramadan, maka kita bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk menyampaikan pesan-pesan yang menentramkan hati. Tantangan semacam "Brush Challenge" misalnya, bisa kita modifikasi sesuai tujuan kita untuk menyampaikan pesan-pesan Islami yang menyejukkan.

Dengan menciptakan konten-konten positif demikian, lambat laun kita dan kelompok kita akan dikenal oleh mereka-mereka yang masuk dalam jaringan kontak kita di media sosial. Tentu kita akan merasa senang bilamana jejak kita ini kemudian diikuti oleh yang lain. Dengan begitu, sebagai generasi milenial kita tetap bisa memanfaatkan teknologi dan aplikasi "kekinian" untuk tujuan-tujuan yang mulia. Apalagi kebiasaan ini insyaallah bisa berlanjut di bulan-bulan dan tahun-tahun selanjutnya.

Kembangkan Terus Ide Ngabuburit nan "Cerdas"

Demikianlah beberapa ide ngabuburit "cerdas" yang bisa saya bagikan melalui artikel kali ini. Semoga bisa membawa manfaat bagi kita semua. Harapannya, meskipun kita berkegiatan di rumah saja, namun ngabuburit tetap bisa kita jalankan bersama teman-teman atau orang-orang terdekat kita.

Kita tidak perlu repot-repot memakai masker di rumah, atau melakukan physical distancing dengan mereka-mereka yang kita ajak ngabuburit bersama. Sehingga silaturahmi yang terjalin tetap ada dan tak terputus walau keadaan sedang tidak memungkinkan kita untuk saling berjumpa.

Mohon perhatian, ide-ide di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kreativitas masing-masing, tanpa perlu takut terkena covid-19. So, tunggu apalagi? Yuk kita ngabuburit bersama!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun