Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Wiraswasta

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Olahraga Saat Ramadan Dapat Bikin Meninggal, Apa Iya?

4 Mei 2021   15:15 Diperbarui: 4 Mei 2021   15:23 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga Saat Ramadan Dapat Bikin Meninggal, Apa Iya?
Source image: kompas.com

Bisa jadi ini klaim sepihak. Tapi, rasanya, kita semua pernah mendengar jika ada kenalan atau bahkan kerabat yang meninggal dunia setelah habis olahraga. Saya pribadi, baru-baru ini saja mengalami saat salah satu personal trainer tempat saya berolahraha meninggal dunia saat bermain futsal bersama kawan-kawan yang lain.

Mulanya, dia merasakan nyeri di dada. Muntah dan pingsan. Saat dibawa ke IGD Rumah Sakit, sayangnya nyawanya tidak tertolong lagi.

Terus terang, hal ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, hal yang sama pun dapat menimpa kepada saya, kan? tapi kalau nggak olahraga, efeknya ke badan juga sama parahnya. Berat badan naik. Dikit-dikit masuk angin. Flu mudah menyerang dan mood suka berantakan hehe. Apalagi kalau ngaca liat pipi tembem dan double chin mencuat. Wah bikin uring-uringan haha. Tapi, Ramadan gini, gimana dong menjaga kesehatan tubuh?

Mengenal Aritmia, "Si Pembunuh" yang Berbahaya

Kembali ke orang-orang yang meninggal dunia pasca berolahraga. Well, jikapun tidak ada kerabat atau kenalan kalian yang mengalaminya, namun hal serupa pernah terjadi ke beberapa pesohor tanah air.  Demi menghormati almarhum, saya tidak akan menyebutkan namanya. Namun, coba ingat kembali, saya yakin kalian akan mengingat satu-dua nama (atau bahkan lebih) artis yang meninggal dunia setelah mereka berolahraga.

Ternyata, Aritmia-lah penyebabnya.

Secara sederhana, penjelasan apa itu Aritmia ialah kondisi ketika jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Nah, Aritmia dikenal juga sebagai gangguan irama jantung yang disebabkan karena impul elektrik yang berfungsi untuk mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Akibatnya, jantung seseorang berdetak sedemikian lambat bahkan berhenti mendetak.

Aritmia si penyebab detak jantung kacau. Source image: Kompas.com
Aritmia si penyebab detak jantung kacau. Source image: Kompas.com
Beberapa penjelasan lainnya mengenai jantung, yakni kondisi irama jantung lebih lambat dari biasanya itu disebut Bradikardia. Kalau detak lambat itu hingga menyebabkan pingsan, itu disebut Blok Jantung. Nah, sebaliknya, jika jantung berdetak cepat itu yang dinamakan Takikardia Supraventrikular. Lalu, jika lagi istirahat aja masih berderak cepat, itu dinamakan Fibrilasi Atrium. Dan... yang paling berbahaya yakni Fibrilasi Ventrikel yang membuat pengidapnya hilang kesadaran dan meninggal mendadak.

Lantas apa penyebab Aritmia ini?

Diantaranya konsumsi narkoba, sebab barang terlarang itu dapat mengganggu kinerja jantung. Efek samping obat-obatan juga mempengaruhi. Maka itu penting untuk mengkonsumsi obat dalam pengawasan dokter. Trus lagi, kebiasaan mengkonsumsi kafein dan nikotin (para perokok nih) serta minum alkohol pun merupakan pencetus aritmia. Makanya, penting bagi kita untuk tidak mengkonsumsi barang-barang tersebut.

Ilustrasi detak jantung. Source image: kauveryhospital.com
Ilustrasi detak jantung. Source image: kauveryhospital.com
Lantas, apakah aritmia dapat dicegah? Oh tentu saja.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya menjaga berat badan tetap ideal. Menghindari stres, membatasi konsumsi minum-minuman keras dan berkafein, berhenti merokok serta tidak sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa petunjuk dokter, terutama obat batuk dan pilek karena ternyata obat tersebut mengandung zat stimulan yang dapat memicu jantung berdetak lebih cepat.

Tetap Menjaga Kesehatan Selama Ramadan

Saat Ramadan, semua orang yang menjalaninya pasti akan mengalami perubahan pola hidup. Dari jam sarapan yang menjadi lebih cepat saat sahur, nggak ada makan siang, hingga waktu berolahraga yang serba salah jika dilakukan. Kalau dilaksanakan pagi, pasti bikin haus dan bisa dehidrasi. Kalau sore hari menjelang berbuka, tenaga udah lemas. Gitu gak sih? Hahaha, soalnya saya begitu tuh.

Tapi, berolahraga di sore hari adalah pilihan yang saya ambil. Ketimbang skip olahraga sebulan penuh, kan? bisa-bisa, saat lebaran badan ikut lebar-an. Gimana mau main ke rumah calon mertua kalau begini? Hehe.

Ada beberapa hal yang saya lakukan saat Ramadan demi menunjang keseharan. Apa saja? Ini dia.

Menjaga Tidur

Teman-teman dekat saya tahu kalau saya ini orangnya ngantukan. Jam 9 malam biasanya udah tepar di kamar. Jika terpaksa begadang, biasanya keesokan harinya saya akan berubah jadi zombie haha. Kayak mayat hidup yang menggerogoti tenaga dan konsentrasi.

Ilustrasi. Ya, kalau saya tidur sih seganteng inilah hehe. Source image: Kompas.com
Ilustrasi. Ya, kalau saya tidur sih seganteng inilah hehe. Source image: Kompas.com
Nah, selama Ramadan saya tetap berusaha menjaga istirahat. Tidur tepat waktu biar saat bangun sahur tetap fresh. Mengenai nyambung tidur setelah subuh sih, err, jujur saja masih sering saya lakukan. Walaupun banyak yang bilang itu nggak baik untuk kesehatan, tapi kembali mengumpulkan tenaga 1 sd 2 jam pasca sahur terkadang masih saya lakukan karena bisa dibilang saya nggak ada kesempatan untuk tidur siang karena harus bekerja. Nah, dengan tidur tepat waktu sehari sebelumnya, saya kuat berjaga dan menyelesaikan pekerjaan.

Menjaga Kebugaran

Kembali lagi ke celotehan di atas. Saya akhirnya memilih untuk berolahraga di sore hari. Nggak lama-lama, cukup setengah jam sebelum bedug magrib berkumandang. Jenis olahraganya pun bukan yang ekstrim. Cukup dengan jalan cepat menggunakan treadmill (kebetulan banget ada di rumah, punya adik saya). Jika nggak ada pun, jalan keliling kampung sambil beli jajanan untuk berbuka puasa itu dapat dilakukan.

Tips olahraga yang saya terima dari seorang kawan. Foto kanan dari kompas.com
Tips olahraga yang saya terima dari seorang kawan. Foto kanan dari kompas.com
Saya beruntung dikelilingi teman-teman yang senantiasa menjaga kesehatan. Salah satu teman saja mengajarkan satu regimen olahraga sederhana yang dapat saya lakukan di rumah. Gerakannya ternyata "hanya" terdiri dari 3 yakni push up, lunges dan jumping track yang dilakukan dengan hitungan tertentu. Idealnya sih dilakukan 3 set repitisi. Namun, jika mampu 1 set aja udah lumayan bikin badan basah keringat.

dokpri
dokpri
Nah, gerakan regimen olahraga inilah yang saya lakukan setiap sore. Biasanya, saya selingin juga dengan angkat beban beberapa set. Awal-awal sih, ngap banget ya. Bahkan saya sempat berujar, "kayak mau mati!" haha. Itu dikarenakan saya sudah terlalu lama vakum olahraga. Namun, sahabat lain memberi semangat, "yang susah itu ialah memulai (olahraga). Dan yang terberat itu ialah terus konsisten."

Makanya, semalas-malasnya atau selemas-lemasnya saya selama Ramadan, saya berusaha tetap melakukan olahraga ini, setiap sore, semampu yang saya bisa. Jangan juga terlalu dipaksa sebab itu tadi, aritmia mengintai walaupun alhamdulillah saya tidak mengkonsumsi narkoba, alkohol, kafein atau merokok.

Menjaga Asupan

Untuk saya yang masih tinggal bersama orang tua, alhamdulillah banget, urusan asupan gizi ini masih bisa bergantung pada ibu yang ada di rumah. Selama Ramadan, ibu hampir tiap hari memasak. Jadi, kualitas bahan dan gizinya tentu saja terjamin. Ya, ada sih sesekali jajan beli kue-kue atau gorengan. Tapi itu pun jarang sekali sebab selama Ramadan ini, secara tidak langsung kami sekeluarga mulai memperhatikan asupan gizi ini.

Masakan ibu. Dokpri.
Masakan ibu. Dokpri.
Walau sederhana, tapi ini istimewa. Dokpri.
Walau sederhana, tapi ini istimewa. Dokpri.
Kami mengurangi makanan bersantan dan berminyak. "Ibu udah turun 3 kg loh selama Ramadan." Good job, mom! Biasanya makan pempek digoreng, kami sekarang cukup makan pempek rebusan aja. Untuk minuman pun, kami udah lama gak minum es. Botol air di kulkas hampir kosong. Sebagai ganti, air panas di termos yang selalu terisi dan jadi rebutan.

Jika saya bergerak dengan berolahraga, ibu saya lain lagi. Dia mencari keringat dengan berjalan kaki atau berkebun. Kebetulan, halaman kami cukup luas. Dan, "anak-anak"nya ibu di kebun cukup banyak yang harus diperhatikan. Disiram tiap sore, ditambahin pupuk dalam jangka waktu tertentu, pokoknya ada aja kegiatan yang dilakukan di hampir setiap harinya.


Trus, kami sekeluarga kini juga mengkonsumsi KOJIMA, Madu dengan 3 Kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda) dan Madu  yang manfaatnya sudah tak perlu diragukan lagi. Bahkan, kehebatan kandungan bahan yang ada di Kojima ini (korma, madu dan jinten) disebut di berbagai kitab suci, dari Alquran hingga Injil.

Awalnya, ibu penasaran dengan kojima yang saya minum. Setelah beliau icip, eh ternyata rasanya yang tak begitu manis juga cocok di lidahnya. Makanya, saya terus stok Kojima di rumah untuk dikonsumsi bersama keluarga.

***

Nah, itu dia aktifitas yang saya lakukan untuk menjaga kesahatan selama Ramadan. Aritmia bukan mitos ya. Jadi, kematian tiba-tiba akibat detak jatung yang "kacau" (diantaranya disebabkan oleh olahraga yang terlalu berat dalam satu waktu) itu sangat mungkin terjadi. Namun, semua dapat diantisipasi. Sekali lagi, konsisten itu satu yang berat. Mudah-mudahan saya bisa terus bertahan melakukannya demi kesehatan dan tubuh yang ideal saat lebaran. Yeay!

Penulis bagian dari KOMPAL
Penulis bagian dari KOMPAL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun