Iradah haris
Iradah haris Asisten Pribadi

Wanita yang selalu hidup di tengah keriuh-riangan rumah dan sekitar lingkungan. "Happy live is about happy wife" 😍

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pehobi Batu, Bila Akik Suami Memenuhi Laci Meja Rias Istri

5 Mei 2021   22:48 Diperbarui: 5 Mei 2021   22:52 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pehobi Batu, Bila Akik Suami Memenuhi Laci Meja Rias Istri
Koleksi batu-batu akik di laci meja rias.
(Foto IH)

TUBAN. Cinta memang buta. Pepatah biasa yang diperuntukkan pada orang yang sedang kasmaran. Namun, apa ungkapan yang tepat bila kegemaran suami sampai "mengembargo" wilayah privacy istri. Seperti kumpulan akik suami yang memenuhi laci meja rias istri. Mungkin pepatah ini sesuai, "hobby memang buta".

Hobi adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. kata Hobi merupakan sebuah kata serapan dari Bahasa Inggris "Hobby" (sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hobi)

Setiap orang memiliki hobi. Biasanya sesuatu yang amat digemari untuk dilakukan. Demikian pun saya. Hobi saya merenung dan menulis apa saja. Dulu sewaktu masih di bangku sekolah dasar, saya gemar menulis surat. Istilah kerennya saat itu, korespondensi. Hobi bawaannya, mengumpulkan perangko bekas. 

Demi hobby ini saya rela menghabiskan waktu seharian hanya untuk mengurus perangko-perangko bekas dan menulis surat. Demi bisa mengirim surat dan berharap dapat balasan dari sahabat pena, saya rela tidak jajan seharian. Waktu itu, untuk mengirim surag lewat kantor pos, kita harus membeli perangkonya terlebih dahulu.

Mendapat balasan surat, artinya menambah koleksi perangko kita. Apalagi bila sahabat penanya dari luar negara. Bahagianya luar biasa. Bangga. Sebab jumlah perangko luar negeri saya tak seberapa. Jadi, perangko bekas dari luar itu limited edition.

Saya membuatkan album khusus koleksi perangko. Terbuat dari buku tulis yang halaman perhalamannya sudah ditempeli kertas putih transparan (biasa untuk bahan layang-layang). Sebagai tempat untuk menyusun prangko. 

Menempatkan perangko dalam album. Mengaturnya dalam baris-baris rapi. Mengelompokkan dan mengurutkan tahun-tahunnya. Kemudian menyimpan album di tempat yang tak mudah dijangkau siapa pun. Melakukan hobi ini seperti menemukan kepuasan tersendiri.

Karena merasa pernah juga menjadi pehobi, maka saya pun tidak frontal menentang hobi mengoleksi akik kegemaran suami. Hanya saat itu, saya selalu mengingatkan bahwa batu-batu akik itu peminatnya tidak abadi. Berbeda dengan emas. 

Tunggu masanya, tak lama orang akan meninggalkan dunia batu. Apa pun batunya kecuali batu permata yang harganya dihitung menyesuaikan kadar karatnya. Kalau pun turun harga jualnya, tidak akan terlalu jauh perubahannya dengan harga beli.

Mengingatkan orang yang sedang terlena euforia itu percuma! Seperti melakukan pekerjaan sia-sia. Toh suami pun tetap akan berburu batu ke pasar-pasar dan centra pengrajin batu. Baik di seluruh Surabaya hingga ke Jakarta Gems Center (JGC) Rawa Bening.

Momong di Pasar Akik

Bagi saya, demi rasa cintanya pada akik, suami jangan sampai melalaikan tugasnya, itu saja. Waktu itu, kami sama-sama bekerja. Dan sejak menikah sudah memutuskan untuk menerapkan kebiasaan berbagi peran di dalam rumah. Hingga saat ini masih terus belajar untuk demikian.

Saat suami berburu akik, anak saya nomor tiga masih batita. Supaya tidak mengganggu kerja saya, suami membawa serta anak ke Pasar Kayoon. Pasar Kayoon merupakan kiblat pemburu koleksi batu di Surabaya. Semua pedagang dan pengrajin batu berbagai jenis dan bentuk ada di pasar ini.

Berburu batu akik sambil momong bayi. Layaknya orang menjaga bayi seharian, suami pun membawa persediaan lengkap. Siap stroler bayi. Susu formula cukup untuk 3 kali minum dan beberapa lembar popok. Demi hobi mengoleksi batu akik, lelaki sanggup melakukan apa saja. Amazing!

Kendati sepasar menertawakannya pun, ia tak ada rasa risih atau malu membawa-bawa bayinya. Beberapa pengrajin langganannya sampai ada yang berseloroh, "ditinggal minggat bojoe yo cak?!?" (ditinggal pergi istrinya ya cak). Suami pun malah melayani selorohan itu dengan candaan pula. Hobi berburu akik dan Hobi bercandanya memang sama-sama luar biasa saat itu.

Saya sebagai istri ini tidak kuasa menerapkan standart ganda. Tak baik melarang hobi suami tapi juga menyukai penghasilan dari hobinya. Saat itu harga penjualan kembali batu akik juga sangat menggiurkan. Suami saya selain berburu batu untuk koleksinya, juga menerima banyak permintaan dari beberapa teman dan koleganya. 

Benar saja peringatan saya. Setelah 2 tahun di atas angin, peminat bisnis dan koleksi batu akik terjun bebas dari ketinggian.

Dunia batu terjadi booming besar-besaran dari 2014. Kita semua mengingat, masa itu banyak orang "tergila-gila" batu akik. Tidak ada segmentasi pasar. Hampir Tua muda, laki-laki perempuan semua suka. Bukan hanya untuk koleksi saja, Namun juga untuk bisnis, dijual kembali. Segala jenis batu, laku.

Presiden SBY menghadiahkan sebuah akik bacan kepada presiden Amerika, Barack Obama di 2015. Momen ini berhasil mendongkrak harga batu-batu asli nusantara. Termasuk batu bacan itu. 

Namun di tahun berikutnya dunia batu akik mengalami kelesuan. Peminatnya meredup. Terakhir suami saya tak dekat-dekat Pasar Kayoon dan centra perajin akik di Jl Indragiri Surabaya sekitar 2016 awal. 

Tahun sebelumnya, setiap hari melintas di Pasar Kayoon Surabaya di jam kerja, pasti akan ada kemaceta. Karena volume parkit kendaraan pengunjung pasar memakan badan Jalan. Sore pun demikian, macet kembali terjadi karena aktifitas bubaran para pengunjung pasar tak kalah dengan waktu bubar kerja, pergantian shif di sebuah pabrik besar. Itu fenomena 2014-2015 silam di Pasar Kayoon Surabaya.

Sekarang minat koleksi dan bisnis batu ini makin sepi. Entah sampai kapan. Hampir semua pasar batu di Indonesia mengalami penurunan. Di JGC, menurut pengakuan pedagangnya, animo pembeli saat ini tinggal 5 persennya saja. Saat booming penghasilan perhari mereka bisa mencapai 50-150 juta. Sekarang hanya 2,5 juta. 

Suami pun sudah tak melirik-lirik lagi ke arah pasar akik. Namun tumpukan akiknya di laci meja rias saya, masih utuh hingga sekarang. Harga beli batu-batu itu dulu berkisar antara 700-35 juta. Belum embannya yang rata-rata  1 juta lebih. Dulu dengan harga itu, ramai yang memburu. Sekarang, cobalah obral, gak laku!

Akik-akik di laci meja rias itu akan jadi catatan sejarah bagi kami sekeluarga. Kadang kami bisa menertawakan kegilaan mengoleksi batu yang pernah juga dilewati. Hanya untuk mengambil banyak pelajaran dari pengalaman silam.

Salam 22 Ramadhan 1442 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun