Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Memaafkan adalah Tanda Kematangan Emosional dan Spiritual

29 April 2023   09:13 Diperbarui: 29 April 2023   14:42 2249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaafkan adalah Tanda Kematangan Emosional dan Spiritual
Memaafkan Orang Lain. (Odua Images via Kompas.com)

Pada lebaran tahun ini ada pelajaran berharga yang saya petik tentang arti memaafkan. Sudah lama kata maaf ini menjadi kata yang asing yang sepertinya tidak akan pernah keluar dari mulut Bibi yang kami hormati.

Tiba-tiba, sang Bibi mengunjungi kami untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Ini sungguh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dikarenakan sudah lama Bibi memusuhi kami. Entah apa alasannya, hanya Bibi dan Tuhan yang tahu. 

Sedangkan kami tidak ada sedikitpun perasaan dendam hanya merasa tidak dihargai padahal Bibi adalah saudara kami sendiri. 

Pada akhirnya, niat baik Bibi dapat kami terima dengan baik pula dengan menerima permintaan maaf yang datang darinya dengan tulus dan hati terbuka.

Memaafkan seseorang bukanlah tindakan yang mudah, terutama jika kita merasa telah diperlakukan dengan tidak adil atau tidak dihargai. Namun, pada akhirnya, memaafkan seseorang bukan hanya memberikan kelegaan bagi mereka yang meminta maaf, tetapi juga bagi diri kita sendiri. 

Ketika kita memaafkan, kita membebaskan diri kita dari beban emosional yang berat dan memungkinkan kita untuk melanjutkan hidup dengan lebih damai dan bahagia.

Sebuah kenyataan mengenai kunjungan Bibi yang tak terduga dan permintaan maafnya memberikan pelajaran berharga mengenai arti memaafkan. 

Memiliki kemampuan untuk memaafkan dapat membantu kita menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan membawa kedamaian dan harmoni ke dalam hidup kita.

Mulailah dengan memaafkan diri sendiri terlebih dahulu

Memaafkan diri sendiri adalah langkah penting untuk memaafkan orang lain dan menciptakan kehidupan yang lebih baik. Banyak orang mengalami kesulitan dalam memaafkan orang lain karena mereka terjebak dalam perasaan tidak terima kasih dan dendam terhadap diri mereka sendiri. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan belajar memaafkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum memaafkan orang lain.

Pertama-tama, belajar memaafkan diri sendiri dapat membantu kita meredakan perasaan bersalah dan menumbuhkan rasa percaya diri. Kesalahan dan kekhilafan dalam hidup adalah hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Namun, terkadang kita terjebak dalam perasaan bersalah dan merasa seperti kita telah gagal. 

Memaafkan diri sendiri membantu kita meredakan perasaan tersebut dan memberi kita kesempatan untuk belajar dari kesalahan yang telah kita perbuat. Selain itu, ketika kita memaafkan diri sendiri, kita dapat mengembangkan rasa percaya diri yang kuat dan membangun fondasi yang lebih baik untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan orang lain.

Kedua, memaafkan diri sendiri membantu kita mengatasi rasa malu dan rendah diri. Terkadang, kita merasa malu atau merasa rendah diri karena kesalahan yang telah kita buat. 

Namun, ketika kita memaafkan diri sendiri, kita menghargai diri kita sendiri dan memahami bahwa kesalahan dan "sikap bodoh" adalah bagian dari kehidupan yang wajar. 

Ketiga, memaafkan diri sendiri membantu kita menjadi lebih berempati dan menghargai orang lain. Ketika kita menghargai dan memaafkan diri sendiri, kita menjadi lebih mampu untuk menghargai dan memaafkan orang lain. 

Sebaliknya, ketika kita terjebak dalam perasaan bersalah dan dendam terhadap diri sendiri, kita cenderung lebih kritis dan sulit memaafkan orang lain.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan belajar memaafkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum memaafkan orang lain. Dengan begitu, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna untuk diri kita sendiri dan orang lain di sekitar kita.

Memaafkan adalah tanda kematangan emosional dan spiritual. (Shutterstock via Kompas.com)
Memaafkan adalah tanda kematangan emosional dan spiritual. (Shutterstock via Kompas.com)

Memaafkan bukan berarti kalah

Memaafkan seseorang bukanlah tindakan yang menunjukkan bahwa kita kalah. Sebaliknya, memaafkan seseorang adalah tindakan yang memperlihatkan keberanian dan kebijaksanaan kita dalam menghadapi konflik dan memperbaiki hubungan dengan orang lain.

Banyak orang yang merasa bahwa memaafkan seseorang berarti bahwa mereka harus menyerah atau menunjukkan kelemahan. Namun, hal ini tidaklah benar. Sebaliknya, memaafkan seseorang adalah tindakan yang menunjukkan bahwa kita memiliki self control atas emosi dan tindakan kita sendiri.

Memaafkan seseorang bukanlah tindakan yang mudah, terutama jika kita merasa telah diperlakukan dengan tidak adil atau tidak dihargai. Namun, pada akhirnya, memaafkan seseorang bukan hanya memberikan kelegaan bagi mereka yang meminta maaf, tetapi juga bagi diri kita sendiri. 

Ketika kita memaafkan, kita membebaskan diri kita dari beban emosional yang berat dan memperlihatkan bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengendalikan emosi dan tindakan kita sendiri.

Selain itu, memaafkan seseorang juga dapat membantu kita memperbaiki hubungan dengan orang tersebut. Kita dapat menunjukkan bahwa kita menerima permintaan maaf mereka dengan tulus dan terbuka hati, dan kemudian berusaha untuk membangun kembali hubungan yang baik dengan mereka.

Namun, memaafkan seseorang juga tidak berarti bahwa kita harus melupakan apa yang terjadi. Sebaliknya, kita dapat belajar dari pengalaman tersebut dan memperbaiki hubungan kita dengan orang tersebut. 

Jika seseorang meminta maaf dengan tulus, kita dapat memberikan kesempatan untuk memulihkan hubungan tersebut. Namun, jika mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, kita dapat memilih untuk tetap menjaga jarak dan menghindari konflik di masa depan.

 "Tidak Ada Maaf Bagimu" 

Kata-kata "tidak ada kata maaf bagimu" seringkali diucapkan sebagai bentuk penolakan untuk memaafkan seseorang yang telah melakukan kesalahan atau membuat kesalahan terhadap kita. Namun, sebenarnya, ungkapan tersebut kurang tepat dan dapat memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak. 

Sebaliknya, jika kita mengganti kata-kata tersebut dengan "ada maaf untukmu", kita dapat membuka pintu bagi kemungkinan memperbaiki hubungan dan membangun kembali kepercayaan.

Kata-kata "tidak ada kata maaf bagimu" dapat memberikan kesan bahwa kita tidak mau memaafkan seseorang dan tidak memberikan kesempatan untuk perbaikan. Hal ini dapat menyebabkan konflik berlarut-larut dan memperburuk hubungan yang sudah terganggu. Selain itu, ungkapan tersebut juga dapat memberikan kesan bahwa kita lebih mengutamakan ego dan kebanggaan diri daripada memperbaiki hubungan dengan orang lain.

Sebaliknya, ketika kita mengganti kata-kata tersebut dengan "ada maaf untukmu", kita menunjukkan sikap terbuka dan memperlihatkan bahwa kita mempertimbangkan kemungkinan memaafkan seseorang.

Ungkapan tersebut juga dapat memberikan kesan bahwa kita masih ingin memperbaiki hubungan dengan orang tersebut dan siap untuk memulai kembali. Dalam hal ini, kita tidak hanya membuka peluang untuk memperbaiki hubungan, tetapi juga memberikan kesempatan untuk kedua belah pihak untuk saling memaafkan.

Proses memaafkan memerlukan waktu dan usaha, terutama jika kesalahan yang dilakukan sangat menyakitkan. Namun, jika kita memiliki niat yang tulus dan terbuka, maka kita dapat melangkah menuju ke arah perbaikan hubungan yang lebih baik.

Mengamalkan sifat Allah SWT Yang Maha Pemaaf (Al-Ghofur) 

Allah SWT merupakan Maha Pemaaf yang memiliki asmaul husna yakni Al-Ghofur yang memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk selalu memperbaiki diri dan mendapatkan pengampunan atas segala kesalahan dan dosa yang dilakukan. 

Al-Baqarah ayat 37. (via quran.com)
Al-Baqarah ayat 37. (via quran.com)

Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT selalu memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.

Sebagai manusia, kita juga harus belajar untuk menjadi pemaaf seperti Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti akan bertemu dengan orang-orang yang membuat kesalahan dan salah terhadap kita. Namun, jika kita tidak dapat memaafkan orang tersebut, maka hubungan kita dengan orang tersebut akan terus terganggu dan sulit untuk memperbaikinya.

Sebaliknya, jika kita memiliki sikap pemaaf seperti Allah SWT, maka kita akan mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan kita. Ketika kita memaafkan orang lain, kita membebaskan diri dari beban pikiran dan emosi yang merugikan diri kita sendiri. Selain itu, kita juga memberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan.

Namun, memaafkan seseorang bukan berarti kita harus selalu membenarkan tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. Sebagai manusia yang memiliki akal dan perasaan, kita harus mempertimbangkan tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. 

Jika tindakan tersebut telah melanggar aturan dan nilai-nilai yang ada, kita harus menegur dan mengajarkan pada orang tersebut untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang.

***

Perkara memaafkan seseorang bukan berarti bahwa kita harus melupakan apa yang terjadi. Sebaliknya, kita dapat belajar dari pengalaman tersebut dan memperbaiki hubungan kita dengan orang tersebut. 

Jika seseorang meminta maaf dengan tulus, kita dapat memberikan kesempatan untuk memulihkan hubungan tersebut. Namun, jika mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, kita dapat memilih untuk tetap menjaga jarak dan menghindari konflik di kemudian hari.

Kita juga harus mengingat bahwa memaafkan bukanlah tindakan yang hanya dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri atau pada saat-saat khusus lainnya. Kita dapat memaafkan seseorang kapan saja, sepanjang kita merasa siap dan tulus dalam hati. 

Memiliki kemampuan untuk memaafkan dapat membantu kita menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan membawa kedamaian, kesejahteraan, ketenangan, dan harmoni ke dalam hidup kita.

Semoga kita selalu diberikan kemampuan untuk memaafkan dan menjadi lebih baik di masa depan. Aamiin...

 ^^^
Salam berbagi dan menginspirasi.
 == Akbar Pitopang ==
[Samber 2023 Hari 29: Memaafkan Orang Lain]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun