Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Memaafkan adalah Tanda Kematangan Emosional dan Spiritual

29 April 2023   09:13 Diperbarui: 29 April 2023   14:42 2223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaafkan adalah Tanda Kematangan Emosional dan Spiritual
Memaafkan Orang Lain. (Odua Images via Kompas.com)

Ketika kita memaafkan, kita membebaskan diri kita dari beban emosional yang berat dan memperlihatkan bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengendalikan emosi dan tindakan kita sendiri.

Selain itu, memaafkan seseorang juga dapat membantu kita memperbaiki hubungan dengan orang tersebut. Kita dapat menunjukkan bahwa kita menerima permintaan maaf mereka dengan tulus dan terbuka hati, dan kemudian berusaha untuk membangun kembali hubungan yang baik dengan mereka.

Namun, memaafkan seseorang juga tidak berarti bahwa kita harus melupakan apa yang terjadi. Sebaliknya, kita dapat belajar dari pengalaman tersebut dan memperbaiki hubungan kita dengan orang tersebut. 

Jika seseorang meminta maaf dengan tulus, kita dapat memberikan kesempatan untuk memulihkan hubungan tersebut. Namun, jika mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, kita dapat memilih untuk tetap menjaga jarak dan menghindari konflik di masa depan.

 "Tidak Ada Maaf Bagimu" 

Kata-kata "tidak ada kata maaf bagimu" seringkali diucapkan sebagai bentuk penolakan untuk memaafkan seseorang yang telah melakukan kesalahan atau membuat kesalahan terhadap kita. Namun, sebenarnya, ungkapan tersebut kurang tepat dan dapat memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak. 

Sebaliknya, jika kita mengganti kata-kata tersebut dengan "ada maaf untukmu", kita dapat membuka pintu bagi kemungkinan memperbaiki hubungan dan membangun kembali kepercayaan.

Kata-kata "tidak ada kata maaf bagimu" dapat memberikan kesan bahwa kita tidak mau memaafkan seseorang dan tidak memberikan kesempatan untuk perbaikan. Hal ini dapat menyebabkan konflik berlarut-larut dan memperburuk hubungan yang sudah terganggu. Selain itu, ungkapan tersebut juga dapat memberikan kesan bahwa kita lebih mengutamakan ego dan kebanggaan diri daripada memperbaiki hubungan dengan orang lain.

Sebaliknya, ketika kita mengganti kata-kata tersebut dengan "ada maaf untukmu", kita menunjukkan sikap terbuka dan memperlihatkan bahwa kita mempertimbangkan kemungkinan memaafkan seseorang.

Ungkapan tersebut juga dapat memberikan kesan bahwa kita masih ingin memperbaiki hubungan dengan orang tersebut dan siap untuk memulai kembali. Dalam hal ini, kita tidak hanya membuka peluang untuk memperbaiki hubungan, tetapi juga memberikan kesempatan untuk kedua belah pihak untuk saling memaafkan.

Proses memaafkan memerlukan waktu dan usaha, terutama jika kesalahan yang dilakukan sangat menyakitkan. Namun, jika kita memiliki niat yang tulus dan terbuka, maka kita dapat melangkah menuju ke arah perbaikan hubungan yang lebih baik.

Mengamalkan sifat Allah SWT Yang Maha Pemaaf (Al-Ghofur) 

Allah SWT merupakan Maha Pemaaf yang memiliki asmaul husna yakni Al-Ghofur yang memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk selalu memperbaiki diri dan mendapatkan pengampunan atas segala kesalahan dan dosa yang dilakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun