selestin nisfu
selestin nisfu Tenaga Kesehatan

on learning process. love every little things to write in.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Berburu (Pahala) Takjil

17 Mei 2018   14:13 Diperbarui: 17 Mei 2018   14:23 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berburu (Pahala) Takjil
dok pribadi

Berburu 'Takjil' atau Berburu 'Bersegera' (?), ya makna sebenarnya dari Takjil adalah bersegera, tepatnya bersegera membatalkan puasa saat adzan magrib berkumandang. Sebagaimana HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098 :

"Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka."

Kembali ke pemahaman takjil yang entah sejak kapan bergeser, bahwa takjil merupakan makanan atau hidangan menu berbuka puasa :").  

Peristiwa berburu takjil menjadi salah satu sebuah tradisi atau kebiasaan di bulan Ramadhan. 

Puasa pertama seolah mengobati kerinduan para pemburu takjil dan pengusaha takjil. Pada bulan ini, menjelang sore hari di sepanjang jalan manapun mulai ramai para penjual dan pembeli takjil, tidak terkecuali di sepanjang Jalan Kenangan. Iya, nama jalan rumahku adalah Jalan Kenangan, setiap langkah di pengkolannya bersinggungan dengan kenangan -- kenangan warga yang tinggal disana, termasuk kenanganku membuat takjil bersama ibu.

"Bu, kenapa kolak namanya kolak? Memang kolak itu apa? Kan ini isinya pisang. Kenapa ga pisang kuah aja", tanya ku pada ibu di sore Ramadhan beberapa tahun lalu

"Kenapa yaa, haduh ibu juga kurang tau. Coba nanti kamu cari tahu, kalau sudah tahu, kabarin ibu deh, terus kalau memang cocoknya jadi pisang kuah. Yaudah besok kita buat pengumuman pake Toa Masjid yaa. Kolak udah ganti nama", celetuk ibu sambil terus mengaduk kolak yang sedang di masak.

"Yahh, ibu.... malu nanti, masa pake Toa." Sautku senang sambil mempersiapkan gelas plastik untuk dituangi kolak.

Ramadhan saat itu saat ibu masih ada, setiap sore Aku dan ibu selalu sibuk di dapur. Ibu selalu menyiapkan hidangan berbuka yang banyak dan setiap hari berganti menu. Menu saat itu adalah kolak, menu kenangan yang tiba -- tiba muncul di kepala. Padahal aku tidak begitu suka kolak, tapi menu itu paling favorit yang ibu siapkan.

"Bu kenapa sih kita masak banyak terus tapi gak dijual aja?" lanjutku

"Lho... ini kita juga sedang jualan Nak....", saut ibu

"Ibu.. kalau jualan kita untung dapat uang, tapi ini semua kan gratis"

"Nak, ini juga sama saja jualan.. Sama -- sama dapat untung. Untung itu bukan hanya soal uang, Sayang. Tapi untungnya ini lebih besar, karena kalau berbagi itu untungnya adalah pahala dari Allah SWT. Kamu kalau jadi orang tidak boleh pelit."

Hem.. iya, ini aku yang sekarang sedang mengenang di Jalan Kenangan. Teringat percakapan dulu. Setiap hari selama bulan Ramadhan ibu selalu membuat banyak makanan, bergantian setiap hari kadang kolak, gorengan, lumpia, atau es cendol. Semua hidangan itu diantar ke mushola dekat rumahku. Kata ibu selagi masih ada rizki tidak ada salahnya berbagi, lagi pula ini amalan yang paling mudah yang bisa ibuku kerjakan katanya. Dan sekarang tanpa ibu, aku menyambung kebiasaannya sebagai obat kerinduanku. Ia telah meninggalkan pelajaran yang begitu berharga. Bahwa berbagi sebenarnya hal yang sederhana.

Terlebih apapun yang ia siapkan, selalu dikerjakan dengan sungguh -- sungguh.

"Tangannya sudah bersih belum mau bantu ibu? Cuci tangannya dulu", tanyanya

"Bersihh dong... lagi kenapa sih bu, Buang orang ini hehheee canda ding", jawabku jail sambil memegang kulit lumpia siap diisi

"Justru karena buat orang lain, jadi harus diperhatikan. Kalau orang lain Ridho sama apa yang kita hidangkan, kita dapat pahalanya ngalir. Kalau engga, malah dapat dosa. Jadi buatnya harus benar -- benar Nak, jangan asal. Kalau buat di makan kamu si gapapa kali yaaa... kamu mah kebal", balas ibu sambil menjaili

Ah.. baiklah. Aku semakin merindukannya. Berbicara soal takjil memang kita selalu bisa mendapatkan pahala dari kesederhanaan takjil. Baik itu dari menjualnya atau hanya sekedar membagikannya gratis. 

Prinsipnya kita sama -- sama mencari berkah dari apa yang kita kerjakan, berkah berjualan dan berkah berbagi. Berjualan takjil sambil memperhatikan higiene dagangan kita, berkah bagi kita, karena peduli pada kesehatan pelanggan yang mengkonsumsinya. Atau saat membagikan takjil, perhatikan juga cita rasa dan keamanan pangannya, supaya tidak terasa tanggung jika memang ingin berbuat baik kepada sesama.

"Mbak Ndin.... saya mau dong kolak nya lima bungkus", tetiba suara ibu Harti memecah lamunanku

"eh ibu...kaget. boleh buuuu. Bu Harti tapi gaboleh banyak -- banyak ya Bu, terakhir gula darahnya berapa bu?", jawabku sambil membungkus

"Iyaa, saya coba cuma sesendok paling Mbak. Sisanya buat anak -- anak sama bapak. Terakhir cek 200 mba, tapi emang harus waspada si ya", jawab bu Harti  

"Kontrol terus ya bu gula darahnya, jangan khilaf kalu pas adzan berkumandang. Hehee. Makasih ya bu, kabarin kalau kolak nya kurang manis", balasku

"Siaap mbak Ndin, ahhh liat mbak Ndin juga sudah manis. Ibu makasih yaa besok menu nya InsyaAllah lumpia", tutupku,

Takjil dan Jalan Kenangan. Bahwa berbagi itu sederhana, maka sesungguhnya Allah SWT telah memudahkan jalan hambaNya untuk berlomba -- lomba dalam kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun