Cermin | Karena Hati Perempuan Itu Sulit Dimengerti
"Assalamualaikum, duhai, calon imamku..." ia berlalu sambil tertawa.
***
Perempuan. Entah perempuan mana yang ingin kubicarakan kali ini. Mungkin Anisa. Mungkin Emak. Atau bisa juga Aisyah perempuan kecil yang belum mengerti apa-apa itu.
Huft. Entah mengapa tiba-tiba saja pikiranku dipenuhi oleh ketidakmengertian soal hati perempuan.
Perempuan dan cinta menurutku sama-sama rumit. Tidak mudah diurai dengan sambil lalu.
Ya, kucontohkan saja Anisa. Apa yang ada dalam hatinya ketika menerima pinanganku yang super kilat itu? Aku yakin banyak pemuda yang jatuh hati padanya. Tapi mengapa ia justru memilihku? Padahal kami hanya sekali bertemu, saat wisuda Aisyah tempo hari. Itupun tanpa sengaja.
Lalu di acara buka bersama awal puasa kemarin kami dipertemukan kembali oleh takdir.
Ya, oleh takdir.
Ah, bisa jadi ini memang permainan takdir.
"Tidak usah membawa-bawa nama takdir, Dot. Terima dan syukuri semua yang telah Allah berikan," suara Emak. Cukup mengagetkankanku. Bagaimana mungkin Emak bisa membaca pikiranku padahal aku tidak mengatakan apa-apa padanya?
"Ingat, Dot. Ada takdir Mubram dan takdir Muallaq. Takdir Mubram adalah takdir yang..." Duh, Emak. Mulai deh, gencar menggurui dan menasehati.