Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Buruh

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Berbagi tanpa Sekat di Salatiga, Sehari Obati 30 Orang

18 Mei 2018   03:18 Diperbarui: 18 Mei 2018   03:26 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi tanpa Sekat di Salatiga, Sehari Obati 30 Orang
Gery mengobati penderita gangguan saraf (foto: dok pri)

Ibu Utami yang sejak lama mengalami sesak nafas, mengaku sudah menghabiskan banyak uang untuk berobat. Meski agak pesimis dengan pengobatan Kop Cakra, ia tetap mencobanya. Setelah digarap  David selama 10 menit, ia merasa plong dalam bernafas. Bahkan, usai diobati, dirinya meninggalkan tongkat yang biasa dipakai sehari- hari.

Hingga pk 13.00,  David yang dibantu Gery telah mengobati sekitar 15 orang, akhirnya meminta waktu beristirahat selama 1 jam. Maklum, pengobatan berlangsung marathon dan cukup menguras tenaga. Pada saat makan siang, ia sempat menanyakan sosok mbak Lis penderita gangguan saraf. " Salah satu tujuan saya ke Salatiga, ingin mengobati mbak Lis," ujarnya.

Hingga selesai makan siang, David dan Gery kembali menuju joglo uzur meneruskan pengobatannya. Untunglah, pasien yang ia tunggu, yakni mbak Lis sudah tiba. Akhirnya, perempuan dhuafa nan malang tersebut langsung dimintanya minum NZ Pro 22 serta NZ Pro 99. Sungguh celaka, saat diberi minuman herbal tersebut, penyakit mbak Lis kambuh.

Tangan kanannya berputar mirip baling- baling helikopter tanpa mampu dihentikan. Begitu pun kaki kanannya, mendadak berayun- ayun sangat cepat, enggan merespon perintah otak. Setelah  David turun tangan, penderitaannya mereda. Kendati begitu, muncul reaksi lain, ia muntah- muntah cukup lama.

Sampai akhirnya semua terkendali, mbak Lis langsung diobati oleh David. Hampir 15 menit lamanya ia menjalani therapi. Selesai digarap, wajahnya berbinar gembira, dirinya mengaku enteng. Melihat hal itu, bang David mengeluarkan air mata. Dirinya merasa terharu mampu mengobati mbak Lis meski belum sembuh total.

David dan mbak Lis yang selesai diobati (foto: dok pri)
David dan mbak Lis yang selesai diobati (foto: dok pri)
Berbagi Tanpa Sekat

Demikian pula dengan Riyanti yang mengaku bila jongkok sulit berdiri tegak, diduga ada gangguan otot di lututnya, usai menjalani therapi Kop Cakra, ia mampu jongkok berdiri tanpa bantuan apa pun. " Saya sangat berterima kasih atas bantuan om David," ungkapnya.

Sementara Siti Rosidah, warga Desa Segiri, Pabelan, Kabupaten Semarang yang mendampingi ibunya, mengaku puas atas pengobatan Kop Cakra. Pasalnya, sang ibu yang dulunya mengalami stroke, paska diobati  David tubuhnya terasa ringan dan bicaranya jadi cukup jelas. Begitu pun bagian kepalanya yang terasa pusing, langsung lenyap rasa peningnya.

Kendaraan pasien dari berbagai lapisan menunggu diobati (foto: dok pri)
Kendaraan pasien dari berbagai lapisan menunggu diobati (foto: dok pri)
Salah satu ibu- ibu berumur 70 tahun yang selama ini mengalami kesulitan menunaikan sholat, usai ditherapi mengaku pinggang dan lututnya tak terasa nyeri lagi. Dengan begitu, ia bakal mampu menjalankan ibadahnya tanpa kesulitan apa pun. " Saya benar- benar sangat berterima kasih atas pengobatan ini," tukasnya sebelum meninggalkan lokasi.

Dari sekitar 30 orang pasien David yang diobati, mayoritas merasa sangat puas atas hasil pengobatannya. Mereka menginginkan agar sang Kompasianer itu nantinya akan kembali lagi ke Kota Salatiga. Sebab, selain teknik pengobatannya efektif mengusir beragam penyakit, David juga tak memungut biasa sepeser pun alias gratis.

Tuntas berbagi baru menikmati sate kambing (foto: dok pri)
Tuntas berbagi baru menikmati sate kambing (foto: dok pri)
Menanggapi hal tersebut, David mengaku bahwa dirinya akan secara rutin tiap tiga bulan sekali melangsungkan pengobatan Hiber Action di berbagai daerah. Untuk Kota salatiga sendiri, sudah ia masukkan dalam daftar agenda. " Ini namanya berbagi tanpa sekat. Saya sangat bahagia mampu berbagi dengan siapa pun," ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun