Topik Irawan
Topik Irawan Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Dear Untuk Kampung Keduaku Bernama Sukaraya

30 April 2023   08:40 Diperbarui: 30 April 2023   08:42 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dear Untuk Kampung Keduaku Bernama Sukaraya
Gambar ilustrasi(dokpri)

Aku menulis surat ini ketika jarum jam berdetak seakan berburu waktu dalam keadaan yang semakin menyempit, adakah kau cemburu saat kuberkemas taktala akhir Ramadan telah berakhir. Merencanakan untuk pulang kampung, kamu berpikir prioritas utama adalah kampung Rajawetan.

Bukan begitu wahai kampung keduaku Sukaraya, meski aku bukanlah sedari kecil berada di sini, bagiku kamu wahai Sukaraya yang selalu ada cinta yang sama dengan Rajawetan, dimana waktu kecil aku bahagia dalam dekapannya.

Bagiku kamu adalah cinta yang mempunyai porsi sama besar, lima puluh lima puluh, untuk kau Sukaraya dan Rajawetan. Bagaimana aku akan melupakan engkau wahai Sukaraya, sedangkan seluruh kehidupanku berada di sini bersamamu. Bahkan aku berlebaran di sini, membersamaimu, karena aku tahu bahwa berbuat dosa disini, minta maaf pun disini juga.

Tahu nggak sih, aku jatuh cinta padamu Sukaraya, meski dari dahulu, kamu merasa di duakan dengan kampung Rajawetan. Aku ingin berada di sini tujuh belas tahun yang lalu, saat jalan di sini di payungi pepohonan rindang, sawah menghijau, ini adalah mimpiku untuk bisa menetap di sini.

Meski yah seiring waktu berjalan, kamu sekarang telah banyak berubah. Tak ada lagi sawah menghijau karena digantikan oleh deretan rumah yang berjejer rapi, seperti rumah Squidward, kebon yang dahulu ditanami pisang, sekarang diganti ruko untuk jualan es krim.

Meski begitu tak  mengurangi cintaku kepadamu wahai Sukaraya, jika kau cemburu dengan Rajawetan, sah sah saja kok, aku kangen masa masa kecilku di sana. Tapi percayalah kamu itu masa sekarang dan masa depan untukku. Bagaimana aku bisa lupa padamu Sukaraya. Demi kau, aku sejatinya berjuang agar tak terlepas begitu saja.

Ingat nggak sih kau Sukaraya, saat awal awal bersamamu, selalu ada surat tagihan, karena aku telat bayar cicilan, bahkan jendela rumah ditempeli stiker warna merah merona yang norak itu lho.Aku takut saat itu karena bisa saja berakhir hubungan aku dan kamu, jauh darimu Sukaraya, bikin galau hati.

Aku terlanjur sayang di sini, kenal dengan puluhan orang orang baik, ada Mang Karim yang tiap bulan puasa, malam harinya woro woro untuk membangunkan sahur. Ada juga RT Gatot Widodo, RT Tarjuki, Ustad Indrawan, Teh Elis, RT Hambali,para ojek pengkolan hingga sekuriti perumahan.Mereka semua orang orang baik.

Aku sih berharap kamu bisa mengerti saja Sukaraya, di hati hanya ada Pak Jokowi eh salah ding, hanya ada kamu, kampung keduaku bernama Sukaraya. Tahu nggak sih kita tuh telah bersama sama melewati waktu, ada ketika dukung mendukung capres, sehingga terbelah suara. Dukungan kepada calon kepala desa juga yang menjadi cerita lain.

Oh iya, ketika musim penghujan, ada rasa deg degan, kamu sih Sukaraya, sedikit hujan tercurah, jalanan tergenang, bukan banjir sih seperti dialami oleh tetangga sebelah. Tapi khawatir saja kalau sekonyong konyong air masuk ke rumah. Namun sebenarnya lebih karena malas beres beres got, yekan. Terus kalau di suruh kerja bakti malah ogah ogahan.

Dear kampung keduaku Sukaraya, awal bulan Syawal semoga makin seru untuk tetap taat kepada Sang Pencipta,Allah SWT. Semoga empat masjid, empat mushola yang berada di perumahan Sukaraya seramai saat awal Ramadan. Oh iya hampir lupa, bagaimana tentang kelanjutan aksi damai itu?

Gambar ilustrasi(dokpri)
Gambar ilustrasi(dokpri)

Apakah warga mendukung terus adanya Balai Warga yang dipertanyakan keberadaannya oleh salah seorang warga? Hai hai hai apa kabar dengan masalah yang mendera Ketua RW 07? Semoga ada jalan keluar yang terbaik, seperti yang dikatakan Kepala Desa Sukaraya. Ya sudahlah semoga ada damai untuk masalah ini.

Aku tahu, sekarang kamu terus bebenah kan Sukaraya, bahkan sekarang sudah ada dua taman yang bisa dimanfaatkan warga untuk hiling tipis tipis, aku lihat juga sedang dirapihkan median jalan agar tidak semrawut. Aku juga gembira ketika ada Taman Bacaan di RT 05, bisa baca buku sambil leyeh leyeh di balai RT 05, pokoknya kamu lagi seru serunya deh.

Selain itu ada dua lapangan olah raga yang telah dibangun, tahu nggak sih, lapangan olah raga yang ada di sini, telah diperjuangkan oleh para wakil rakyat yang berkantor di gedung DPRD Kabupaten Bekasi, bahkan saat ini jalan lingkungan sudah di cor semua. Beruntung masih ada anggota dewan yang mau kerja, bukan hanya datang saat pemilu saja.

Aku ingin menulis terus tentang kamu, iya kamu Sukaraya, biar nggak ngambekan gegera kampung Rajawetan. Tahu nggak sih, bagiku baik kampung Rajawetan maupun kamu Sukaraya, telah menawan hatiku sejak tahun tahun yang lalu, baik suka maupun duka. Jadi plis Sukaraya jangan ngambek mulu apa.

Hei apa kabar juga tentang pasar pagi yang bukanya setiap hari Minggu, atau kisah pasar malam yang on fire setiap malam Kamis. Aku tahu juga, ketika Ramadan  kemarin, sibuk banget deh kalau menjelang waktu berbuka, sepanjang boulevard, jalan utama penuh dengan pedagang takjil. Yuhu banyak banget pilihan untuk berbuka.

Wahai kampung keduaku, rasanya tak ingin terburu buru untuk melupakanmu, ya walau aku tahu, kawasan yang aku tempati bukan tempat mewah, paling tidak, cukup beruntunglah dekat dengan perumahan di man Zaskia Gotik berada. Ya ampun kita tetanggaan dengan si Neng yang penyanyi dangdut itu lho, yang pernah jadi duta Pancasila.


Tahu nggak wahai Sukaraya, kenapa aku menulis panjang tentangmu, bercerita tentang kampung kedua, itu kan kamu. Ini tulisan episode terakhir Samber THR 2023. Jadi gini Sukaraya, admin Kompasiana menantang untuk menulis full tiga puluh hari selama berlangsungnya Ramadan. Ini tantangan terakhir.

Tau nggak hadiahnya? Satu unit motor listrik cuy, berharap sih motor itu meluncur ke Sukaraya sih, meski berat, masih ada kok untuk bisa memenangkannya, meski aku juga nggak janji lho Sukaraya, si motor listrik hadir di sini, yang penting har ini kita lho telah tuntas nulis 30 hari tanpa jeda.

Terima kasih ya kampung keduaku, terima kasih untuk ruang waktu dalam menulis sebulan penuh. Kalau pun tak menang hadiah utama, tetap ngarep dapatin hadiah yang lain, paling nggak satu juta dari Mystery Topic Pesona Indonesia, hihi. Boleh dong berharap. Meski memang rezeki mah nggak kemana sih.

Dahlah nulis suratnya segini dulu untukmu Sukaraya, pegel juga ya. Engkau akan menjadi kampung halaman terhebat bagiku wahai Sukaraya. Asal kamu tahu deh, kemana pun aku berada, baik nginep di hotel berbintang, berada di tempat wisata, jujurly aku pastinya selalu pulang dan kembali ke Sukaraya.

Kulipat kertas dan dimasukan ke amplop, lalu dibubuhi perangko di kantor pos untuk kirim surat, eh lupa ding. Ternyata aku sedang menulis di gadget. Rasanya sudah berpanjang lebar, menulis tentangmu Sukaraya. Yang jelas kamu adalah kampung halaman terindah bagiku...

Salam hormat
Topik Irawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun