Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Arus Balik, Kembali ke Jakarta

10 Juni 2019   06:07 Diperbarui: 10 Juni 2019   08:52 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arus Balik, Kembali ke Jakarta
Sumber: Kompas.com

Begitulah perkara yang terjadi setiap kali musim lebaran dan sudah mentradisi selama lima puluh tahun.

Boleh saja tradisi mudik lebaran Idul Fitra 1440 Hijriyah atau tahun 2019, telah mencatatkan kisah tersendiri. Hadirnya tol Trans Jawa lalu di tambah strategi sistem "One Way" (satu arah) di jalur tol cukup efektif memangkas kemacetan yang lalu dikait-kaitkan dengan narasi politik atas keberhasilan pemerintah.

Lalu, kisah mudik  lancarpun akhirnya menggema di seantero nusantara akibat jasa jalan tol.

Bagaimana dengan kisah baliknya? Ternyata kemacetan tetap menjadi narasi utama bukan?

Berapapun ruas jalan yang akan ditambah atau di bangun, namun, setiap musim arus balik, akan sulit terhindar dari perkara macet.

Persoalannya bukan hanya karena sebab, para pemudik melakukan proses balik yang bersamaan, namun setiap musim balik, jumlah urbanpun selalu meningkat tidak terkendali, terselubung bersama kaum urban sebelumnya.

Setiap tahun kaum urban telah dengan berbagai cara menyiapkan diri untuk mudik, ada yang membeli mobil atau motor baru, ada yang msnyewa, ada yang kredit, terpenting kendaraan dapat menjadi moda transportaai mudik dan balik pribadi, di luar transportasi umum, maka hasilnya, volume kendaraanpun tidak terkendali.

Jadi saat musim balik, kaum urban dan kendaraan yang mudik, tentu akan menjadi aktor utama untuk balik, di tambah kendaraan dan kaum urban baru. Itulah mengapa musim balik, kemacetan selalu lebih parah dari musim mudik.

Wacana pindah Ibu kota

Atas kondisi ini, meningkatnya urbanisasi yang yang tidak pernah dapat dikendalkan oleh pemerintah di setiap tahun musim mudik dan balik Lebaran,  maka bila Presiden Jokowi kembali mewacanakan pindah Ibu Kota Republik Indonesia, boleh jadi akan menjadi sarana praktis memecah kebuntuan kisah kemacetan.

Namun, pindah Ibu Kota juga bukan perkara mudah. Karenanya, sejatinya pemerintah dan kota metropolitan dapat mencari pemecahan masalah tentang kisah balik yang selalu menambah jumlah urban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun