Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Guru

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ketika Tak Ada Lagi Suara Canda dan Tawa Anak-anak di Masjid

2 Mei 2021   05:10 Diperbarui: 2 Mei 2021   05:35 14096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Tak Ada Lagi Suara Canda dan Tawa Anak-anak di Masjid
Ketika Tak Ada Lagi Suara Anak-anak di Masjid, Muncul Pertanyaan Bagaimana Kondisi Generasi Muda Saat Itu? - Sumber : regional.kompas.com

"Kalau nggak bisa diem, nggak usah sholat di masjid ya! Mengganggu orang yang lagi sholat aja!"

Pernahkah mendapati kalimat dengan nada tinggi seperti di atas ketika sedang berada di masjid? Kalimat itu ditujukan kepada anak-anak yang sedang asyik-asyiknya, sedang berbahagia belajar beribadah di masjid bersama teman-temannya. Pasti pernah atau bahkan ketika masih kecil pernah pula merasakan bagaimana sakitnya disemprot dengan kalimat seperti itu.

Terdapat dua kemungkinan yang terjadi. Pertama cuek saja yang kedua tak lagi kembali ke masjid untuk beribadah karena merasa tak ada rasa nyaman dan aman  karena takut berjumpa dengan Bapak A atau Bapak B yang galaknya minta ampun.

Anak-anak merupakan generasi emas penerus bangsa yang harus benar-benar dijaga akhlaknya melalui pendidikan agama yang baik, benar, dan tepat.

Hal ini dilakukan sebagai wujud upaya menciptakan pemimpin-pemimpin berakhlakul karimah penerus bangsa. Namanya juga anak-anak yang sangat senang bermain dan memang masa-masa itu adalah masa dimana anak-anak gemar sekali bermain. Anak-anak pun memiliki hak untuk bermain yang harus dimengerti dan dihormati.

Jumlah Anak-anak di Masjid Semakin Ramai Ketika Ramadhan Tiba 

Mungkin sesekali kita memperhatikan bahwasanya ketika ramadhan tiba jumlah anak-anak yang beribadah di masjid semakin meningkat. Entah ketika sholat subuh, dzuhur, ashar, dan magrib  ataupun ketika sholat isya plus tarawih secara berjamaah. Sudah pasti akan terdengar canda dan tawa anak-anak ketika beribadah.

Atau bahkan muncul pula suara tangis anak-anak akibat keusilan teman lainnya. Fenomena positif yang perlu dilihat dari perspektif yang berbeda sehingga dapat menyikapi kehadiran anak-anak di masjid dengan bijak sehingga tercipta suasana ramah anak di dalam masjid.

Edukasi Ibadah Sejak Dini 

Kehadiran anak-anak di masjid merupakan wujud upaya edukasi bagaimana menjalankan ibadah sejak dini. Selain itu sebagai wujud nyata pendidikan akhlak selain dari keluarga dan juga sekolah. Hal positif yang harus disambut dengan beragam perspektif positif pula. Melihat dari kaca mata yang lain dengan bijak dalam menyikapi kehadiran anak-anak di masjid yang tentunya dengan ciri khasnya.

Sebuah kebahagiaan jika anak-anak hadir di masjid dan mewarnai suasana Ramadhan dengan kekhasannya. Mereka hadir di masjid adalah sebuah wujud nyata edukasi tentang ibadah dan pembentukan karakter Akhlakul Karimah.

Mereka hadir atas dasar kemauan sendiri, dorongan dari keluarga, atau bahkan karena tugas dari guru pendidikan agama dan Budi pekerti adalah wujud nyata semangat belajar ibadah sejak dini yang patut diapresiasi. Bukan ditegur dengan nada tinggi dan bahkan dipermalukan di depan umum. Ingat, masa anak-anak merupakan masa-masa bermain. 

Apresiasi Setiap Upaya Belajar dan Pencapaiannya 

Ketika melihat kehadiran anak-anak di masjid sungguh kebahagiaan tersendiri. Kehadirannya menciptakan suasana khas yang selalu dirindukan. Terkadang mendapati mereka bercanda ketika beribadah membuat tertawa kecil mengingat memori masa lalu. Ada yang saling menginjak kaki ketika sholat, ada yang saling senggol hingga tertawa cekikikan namun tak mampu ditahan sehingga suara tawanya pun khas. Tak hanya tentang sholat begitu pula tentang puasa.

Selalu saja ada cerita kocak mewarnai upaya belajar ibadah mereka. nah melihat fenomena ini bagaimana menyikapinya? Rasa-rasanya bagaimana pun perlu diapresiasi setiap upaya yang anak-anak lakukan dalam belajar ibadah. Agar mereka tetap semangat menemukan bahwasanya ibadah adalah sebuah kewajiban dan kebutuhan dalam rangka memperbaiki akhlak. Sudah sewajarnya manusia memiliki kesalahan tak hanya anak-anak, orang dewasa pun juga demikian.

Oleh sebab itu perlu saling nasihat menasihati dalam hal kebaikan dengan cara yang tepat. Pantaskah memarahi anak-anak di depan umum ketika sedang belajar ibadah di masjid? Pantaskah mempermalukan mereka di depan umum ketika sedang giat-giatnya belajar ibadah di masjid? Bukankah kita harus menangkap potensi emas mereka sebagai generasi penerus bangsa berakhlak mulia penerus bangsa di masa yang akan datang?

Sama halnya orang dewasa ketika dinasehati, akan dapat menerima jika dengan cara yang halus dan sembunyi-sembunyi, bukan dengan cara memaki dengan nada tinggi di depan umum. Hal itu bukan nasehat namun mempermalukan.

Ketika Tak Ada Lagi Suara Canda Tawa Anak-anak di Masjid 

"Jika suatu masa kamu tidak mendengar gelak tawa riang gembira anak-anak di antara shaf-shaf sholat di masjid-masjid. Maka sesungguhnya takutlah kalian akan datang kejatuhan generasi muda saat itu" - Muhammad Al Fatih

Sebuah keprihatinan jika tak ada lagi suara khas anak-anak yang menghiasi dan mewarnai suasana di masjid. Pertanyaan, anak-anak itu pergi ke mana saat waktunya sholat dan beribadah? Apakah lebih mengutamakan bermain daripada beribadah, bermedia sosial, atau asyik dengan gadget bermain game online.

Tanda-tanda itu mulai terasa sehingga perlu perhatian khusus terkait pendidikan agama dan budi pekerti bagi anak-anak. Jika itu terjadi perlu waspada tentang generasi muda saat ini. Pendidikan agama, pendidikan akhlak dan Budi pekerti adalah hal yang harus diutamakan untuk menjadikan manusia menjadi manusia yang mampu memanusiakan manusia lainnya.

Selain itu pendidikan agama dan budi pekerti sebagai pondasi utama pembentukan karakter mulia bagi generasi emas penerus bangsa, pemersatu bangsa di tengah keberagaman. 

Masa anak-anak adalah masa bermain. Mereka bermain sembari belajar mencari tahu sesuatu hingga menemukan kebaikan di setiap langkah upaya belajarnya. Patut untuk diapresiasi dan senantiasa diarahkan dengan cinta kasih dan kelemahlembutan hati dalam perspektif edukasi. Semoga masjid-masjid akan tetap ramai dengan semangat belajar ibadah anak-anak yang khas dan selalu dirindukan. Mereka adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu wajib untuk menjaga potensi emas itu dengan kasih sayang. Upaya nyata mengajarkan anak beribadah adalah memberikan kesempatan mereka memasuki lingkungan ibadah yang nyata di masyarakat karena di dalamnya ada pendidikan dan pendewasaan. Kewajiban orang dewasa adalah menciptakan suasana masjid yang ramah anak demi masa depan yang gemilang. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun