Neni Hendriati
Neni Hendriati Guru

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Dear Kampung Halaman, Aku Mencintaimu

30 April 2023   11:46 Diperbarui: 30 April 2023   11:47 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dear Kampung Halaman, Aku Mencintaimu
Foto: Dokpri

Dear kampung halaman,

Kutulis surat ini dengan sepenuh hati.

Tahukah kau?

Kau adalah tempat terindah untuk pulang, yang selalu kurindu di kala jauh, dan kupeluk erat kala dekat. Tahun ini, kusambangi lagi dirimu.

Kau tempatku dilahirkan. Dilingkup kasih Ibu, berlumur kasih ayah. Ceria bersama dua kakak dan seorang adik. Walau sesekali timbul rasa cemburu di hati. Ya, aku merasa cemburu kepada  adikku, sehingga kerap menjahilinya!

Kau tahu? Kata Ibu, akulah pendekar samber nyawa, yang secepat kilat menghilang, setelah mencubit adikku. Dan membiarkannya menangis sendirian!

Duh, sungguh aku merasa malu akan hal itu. Eh, tapi, itu lucu! Hehehe...

Di tanahmu yang asri berbatas deretan pohon beluntas pinggir rel kereta api, ada pohon-pohon kelapa menjulang milik Pak Ustaz.

Di sana, kerap kami menghabiskan waktu setiap hari. Bermain galah, konclong, spintrong, petak umpet, sepdur, paciwit-ciwit lutung,  sumput beling, atau bedil lodong. Sungguh mengasyikkan, hingga lupa waktu.

Kau tahu, ya?

Kami kerap berbuat nakal. Diam-diam kami menyimpan paku-paku di atas rel kereta, dan bersorak riang, saat paku gepeng terlindas kereta.

Kami mengasah paku gepeng itu, hingga menjadi pisau belati tajam. Kalau ketahuan penjaga pintu kereta, kami lari terbirit-birit dikejar, sambil tak henti tertawa gembira.

Aduh, padahal kelakuan kami sangat membahayakan keselamatan penumpang kereta. Bagaimana jika kereta terjungkal gara-gara paku kami! Oh, tidak!

Untunglah, sampai saat ini, tak pernah ada kereta terjungkal di depan kami.

Atau sekali waktu, kami asyik main ayunan di kawat-kawat yang terentang di sepanjang rel kereta. Duduk-duduk di sana, kami serasa menjadi tuan penguasa rel kereta.

Eh, awas, penjaga tak suka! Dia kembali menghardik kita agar tak merusak kawat-kawat itu dengan cara menaikinya. Kita dikejar lagi, nih! Hihihi

Dear kampung halaman,

Kau tahu?

Saat kami berulang tahun, semuanya pasti dirayakan Ibu. Bukan dengan pesta! Ibu akan membuat nasi pincuk dari daun pisang, yang diisi nasi putih, lauknya ikan teri, urap, goreng tempe dan kerupuk kecil.

Ibu akan memenuhi tampah dengan nasi pincuk, dan membawanya ke pinggir rel dibawah pohon kelapa. Ibu akan menyeru,

"Hai, anak-anak, kemarilah. Ade Neni berulang tahun!"

Seketika, semua kawan yang ada di sana, besar kecil laki perempuan, segera mengelilingi ibu. Ibu memimpin doa. Satu persatu, mereka mendapat satu pincuk nasi. Kami pun makan nasi pincuk dengan nikmat. Duh, sedapnya!

Tak ada kue ulang tahun dan ucapan selamat. Cukup dengan do'a yang dilantunkan Ibu. Sungguh  terasa meresap dalam kalbu.

Dear kampung halaman,

Kau tahu?

Kami sering naik kereta yang perwis di depan halaman. Kereta dari arah barat, dari Bandung dan Jakarta, berhenti di depan, menunggu kereta di stasiun yang tak jauh dari rumah tuk  berangkat.

Kesempatan ini sering kami gunakan untuk menumpang ke Ciamis atau ke Pangandaran.

Ibu akan menitipkan kami berempat, untuk diturunkan ke stasiun tujuan. Ke rumah Nenek atau Uyut untuk liburan seminggu, dua minggu, bahkan sebulan! Duh, senangnya....

Dear kampung halaman,

Tapi kini aku sedih! Hiks!

Sedih, karena tak ada pelukan Ayah Ibu.

Kau terasa sunyi, Hanya tinggal kakak kedua yang baik hati pengganti Ibu, serta keluarga putri bungsunya. Melanjutkan kehidupan,  memakmurkan pengajian  yang dirintis Ibu. Selalu berbagi menolong si papa, yang ada di kanan kiri.

Dan masih ada juga keluarga adik bungsuku, yang dulu selalu kucubit! Hihihi

Ada pula keturunan para tetangga yang baik hati, dan Pak Ustad lain melanjutkan tradisi di sini.

Dear kampung halaman,

Teman-teman kecilku satu persatu telah pergi! 

Peti, sahabat setia yang selalu menjemput saat berangkat sekolah, kini telah menghadap Ilahi. Demikian pula Heni, teman sebangkuku, pembelaku saat aku dibully.

Hiks, alfatihah untuk mereka.

Dear kampung halaman,

Sungguh sesak keadaanmu kini.

Rumah-rumah petak memenuhi sepanjang jalan kereta api. Tak pernah lagi botram nasi pincuk seperti saat ada Ibu. Pohon kelapa kini tak ada lagi. Berganti rumah-rumah yang tak menyisakan tanah.

Foto Tangkapan layar berita.99.co
Foto Tangkapan layar berita.99.co

Dear kampung halaman,

Meski tlah berubah, kau selalu kurindu.

Untuk kakakku sayang, tetaplah menjadi pionir kebaikan bagi warga di sana. Untuk adikku, maafkan kakakmu, si samber nyawa ini, yang dulu suka mencubitmu.

Dear kampung halaman.

Terima kasih telah mengiringi langkahku sejauh ini. Percayalah, kau selalu di hati.

Dear kampung halaman,

Aku mencintaimu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun