Musa Hasyim
Musa Hasyim Guru

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Mengajarkan Kita untuk Tidak Rakus

25 April 2020   21:49 Diperbarui: 25 April 2020   21:55 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Mengajarkan Kita untuk Tidak Rakus
Ilustrasi makanan takjil berbuka, sumber: dokpri

Pernahkah kalian berbuka puasa dengan banyaknya sajian makanan di atas meja? Kalian seolah ingin balas dendam karena seharian tidak makan dan minum dengan melampiaskan makan sebanyak-banyaknya.

Begitu sajian di atas meja tidak habis, perut kalian sudah tidak bisa muat lagi maka sajian-sajian tersebut mubazir begitu saja.

Kondisi semacam ini hampir dialami oleh banyak orang di hari-hari pertama puasa terutama bagi mereka yang jarang atau tidak pernah puasa sunah Senin dan Kamis. Mereka akan kaget begitu puasa karena saking lemas dan laparnya.

Saya pernah mengalami situasi ini. Saya mengambil nasi di dapur cukup banyak dengan lauk bermacam-macam. Saya yakin sekali bahwa saya akan menghabiskan semuanya karena saya sangat lapar.

Ketika saya meminum es sirup dengan toping timun suri, saya sangat lega. Lalu saya melanjutkan menghabiskan makanan itu. Sayangnya, ekspektasi saya berlawanan dengan realitas.

Ekspektasi saya sebelumnya adalah saya akan bisa menghabiskan semuanya namun realitasnya saya hanya mampu menghabiskan setengahnya.

Pertanyaannya adalah, kenapa saya tidak habis? Padahal biasanya porsi makan saya memang segitu. Apalagi ketika puasa, saya hanya makan sehari dua kali, buka dan sahur. Lalu malamnya saya hanya menyemil camilan kriuk-kriuk atau buah-buahan segar.

Di sini timbul sebuah asumsi bahwa apa yang saya lakukan adalah bagian dari kerakusan. Bagaimana tidak rakus, saya mengambil makanan sebanyak-banyaknya. Tidak mengambilnya sedikit demi sedikit tapi mengambilnya secara banyak sekaligus.

Padahal kalau saya mengambil porsi makanan yang sedikit saya bisa menambah porsi lagi jika memang saya merasa kurang.

Mungkin benar apa kata Nabi Muhammad dulu bahwa berbuka dengan yang manis cukup dengan satu kurma dan air putih. Logikanya, bagaimana bisa kenyang dengan satu kurma?

Ini bukan soal kenyang atau tidak, tapi ini adalah salah satu cara Nabi mengajarkan umatnya agar tidak berlaku rakus. Nabi ingin mengajarkan umatnya agar tidak berlaku berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan.

Buka puasa dengan porsi yang cukup adalah cara kita untuk menghindari perilaku rakus. Nabi juga menganjurkan untuk berbagi makanan berbuka kepada mereka yang membutuhkan. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini, banyak orang membutuhkan uluran tangan untuk berbuka.

Kini, saya semakin hati-hati kalau sedang mengambil porsi makanan untuk berbuka. Saya tidak lagi berniat balas dendam atas rasa lapar, sehingga  sampai mengambil porsi tak terkira.

Kejadian super kekenyangan di saat berbuka juga tidak bagus untuk melakukan aktivitas salat Tarawih di rumah. Karena kekenyangan, bisa-bisa kita bablas ketiduran sehabis salat Isya. Karena kekenyangan, kita malah melupakan amaliah ibadah lainnya.

Barangkali sekali-kali kita patut coba, berbuka cukup dengan kurma dan air putih, apa kita akan merasa kenyang dan baik-baik saja atau kita masih merasa lapar?

Saya pernah mencoba hal satu ini dulu. Ketika sedang dalam perjalanan jauh ke timur Jawa, saya hanya makan satu kurma dan air putih. Saya cukup kenyang waktu itu.

Esensi puasa bukanlah waktu berbuka, namun di saat kita sedang berpuasa di tengah harinya. Dengan berpuasa, kita akan merasakan menjadi orang yang kurang beruntung. Coba lihat, ada berapa banyak orang kelaparan di dunia ini. 

Dengan berpuasa, kita akan merasakan betapa susahnya menahan rasa lapar seharian penuh. Bayangkan saja, ada berapa orang yang mati kelaparan di Afrika sana? Semoga dengan berpuasa kita semakin terhindar dari sikap rakus di mana berpuasa hanya untuk berbuka dengan sajian yang berlebihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun