Mang Pram
Mang Pram Freelancer

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tradisi Pawai Obor Menyambut Malam Hari Raya Idul Fitri

18 Mei 2020   18:26 Diperbarui: 18 Mei 2020   18:23 2430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Pawai Obor Menyambut Malam Hari Raya Idul Fitri
Pawai Obor (Foto Fairuz/ IG @dibotabaddi_)

Api menyala, dari sumbu disulut api, cahaya berkobar menerangi alam.

Seperti itulah sebuah semangat. Termasuk tradisi pawai obor menyambut hari Hari Raya Idul Fitri.

Pawai obor sebagai bentuk perayaan menyambut hari yang mulia itu. Segala ekspresi yang dilakukan sebagai tanda syukur, ibadah harus menyalah, semangat mendapatkan keberkahan dari Allah.

Di Kota Cilegon, Banten pawai obor sudah menjadi kegiatan yang rutin dilaksanakan dalam memperingati Hari Besar Islam, termasuk menyambutnya malam takbiran atau Hari Raya Idul Fitri.

Tujuannya sebagai pengingat kepada warga telah menyelesaikan puasa ramadan. Lantunan takbir dan solawat saling bersautan. Semarak pawai yang mengelilingi jalan-jalan sebagai bentuk media dakwah, mengingatkan akan kebesaran Allah dengan segala pujian Asmaul husnanya.

Gagasan pawai obor terinspirasi dari seorang ulama yang mengkaji Perang Geger Cilegon tahun 1888 dalam pengajian remaja nasjid. Semangat perjuangan warga Cilegon yang syarat nilai keislaman. 

Malam itu, Obor menjadi semangat gerakan para pejuang dari berbagai daerah yang terdiri dari barisan para ulama, santri, dan petani yang selama ini diperlakukan tidak manusiawi oleh penjajah Belanda. 

Dibawah komando KH. Wasid malam itu menjadi perjuangan yang berdarah-darah. Larangan tahriman dan adzan oleh Belanda membuat umat islam bergerak untuk membela diri. Tidak terima kolonial menekan pribumi dengan aturan yang seenaknya.

Geger Cilegon pun meletus dan menewaskan banyak ulama dan santri. Namun inilah menjadi semangat perjuangan oleh generasi selanjutnya hingga pada puncak kemerdekaan.

Sejak itulah, pengurus Remaja Masjid di tahun 2007 mulai menginisiasi pawai obor. Kemudian menjadi program kegiatan yang mendapat dukungan luar biasa dari semua warga.

Di awal pelaksanaan, hanya melibatkan Remaja dan anak-anak yang mengikuti pengajian. Rupanya kegiatan yang hanya coba-coba mendapat sambutan dari para orang tua. Mereka membuat obor dari batang bambu yang diisi minyak tanah.

Kegiatan pun menjadi lebih semarak, orang tua yang mendapingi anak-anaknya membuat suasana semakin ramai. Api yang menyala dari obor-obor semakin menerangi malam itu.

Siapa pun yang melihat pawai obor akan tersentuh hatinya. Pawai bukan hanya formasi orang berbaris, itu membawa filosofi kebersamaan dalam jamaah. Persatuan dalam menjunjung cinta kepada Allah dan Rasulnya.

Keberhasilan program pertama itu, akhirnya ditarik pada progran masyarakat melalui organisasi kepemudaan dan pengurus dewan masjid. Kegiatan pawai obor dilaksanakan setiap peringatan Hari Besar Islam.

Persiapan pelaksanaanya pun dikaji dengan seksama. Pawai obor bernilai kebaikan jangan sampai menimbulkan dampak mudarat saat pelaksanaan.

Para peserta harus mengenakan pakain muslim berwarna putih. Api obor sebagian diganti oleh lampu-lampu yang aman untuk dipegang anak-anak. Musik hanya ada rebana, marawis dan bedug. Takbir dan solawat membuat suasana semakin khidmat.

Ada pun yang dilarang adalah dengan menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini karena bisa mengganggu dengan suara bising dan polusi yang ditimbulkan. Ditambah lagi motor sulit diatur yang menyebabkan jalan macet dan semerawut. Petasan dan kembang api ukuran besar pun dilarang.

Pawai obor jika berjalan dengan konsep yang baik akan menjadi pemandangan yang indah. Barisan yang rapih menujukan jamaah islam yang kuat. Kalimat-kalimat toyibah menjadi lantunan indah kebesaran Allah.

Saat situasi pandemi covid-19 saat ini, pihak pemerintah sudah memberi himbauan untuk tidak melakukan keramaian. Tidak masalah jika pawai obor ditiadakan. Semangat perjuangan melawan covid-19 jauh lebih berfaedah meski di rumah aja.

Apa pun kegiatannya, setiap orang memiliki caranya tersendiri. Begitu juga dengan cinta, banyak cara untuk mengekspresikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun