Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Lainnya

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pembagian Nafsu Manusia dalam Al-Qur'an

2 Mei 2021   05:34 Diperbarui: 2 Mei 2021   06:11 4932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembagian Nafsu Manusia dalam Al-Qur'an
Ilustrasi nafsu manusia oleh Josh Marshall via Unsplash

Di dalam Al-Qur'an Allah SWT telah menjelaskan tentang tiga jenis nafsu yang ada pada diri manusia. Adapun jenis nafsu yang pertama adalah nafsu ammaarah. Nafsu ammaarah ini merupakan nafsu yang senantiasa mengajak manusia untuk berbuat maksiat, melakukan perbuatan-perbuatan buruk dan keji yang bertentangan dengan syariat agama Islam. Nafsu ini merupakan penggelincir manusia dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Oleh sebab itulah nafsu ammaarah ini termasuk di antara ujian yang paling berat bagi kita untuk kita hadapi.

Begitu beratnya ujian yang ditimbulkan nafsu ammaarah ini maka Allah SWT telah mengingatkan kita bahwa tidak ada yang dapat lepas dari belenggu nafsu ini kecuali mereka yang telah mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Hal sebagaimana diterangkan di dalam QS Yusuf 53 berikut:

 "Dan tidaklah aku membebaskan diriku (dari kesalahan), sesungguhnya nafsu itu menyuruh pada keburukan kecuali nafsu yang diberikan rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Adapun jenis nafsu yang kedua adalah nafsu lawwaamah. Nafsu ini merupakan pendorong bagi manusia agar ia senantiasa merasa menyesal sebab tidak dapat melaksanakan ketaatan secara sempurna kepada Allah SWT. Diantara mereka yang memiliki nafsu ini adalah mereka yang telah beribadah namun belum juga dapat meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah SWT.

Nafsu ini timbul pada diri seseorang untuk mendorong mereka agar mereka menyesali dosa-dosa yang telah ia lakukan di masa yang lalu yang karena perbuatan maksiat ini menyebabkan dirinya merasa khawatir akan semakin menjauhkan dirinya dari Allah SWT. Sehingga nafsu lawwaamah ini pun meliputi orang-orang yang bertaubat setelah melakukan kesalahan-kesalahan di masa yang lalu. Dengan adanya penyesalan dan taubat ini maka mereka berpotensi akan kembali menjadi pribadi yang taat kepada perintah-perintah Allah SWT. Penjelasan tentang nafsu lawwamah ini sebagaimana diterangkan di dalam QS Al-Qiyamah 2 berikut:

"Dan aku bersumpah demi jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri atas kesalahan dan kekurangan dalam melaksanakan hak Allah)."

Adapun jenis nafsu yang ketiga adalah nafsu muthmainnah. Nafsu ini merupakan jenis nafsu yang senantiasa merasakan ketenangan dalam kehidupan termasuk pada saat menghadapi ujian-ujian dari Allah SWT sekalipun. Orang yang memiliki nafsu ini cenderung merasakan ketenangan di dalam hidupnya sebab dalam setiap waktunya ia senantiasa merasakan kehadiran dan kebersamaan dengan Allah SWT. Selain itu, ia juga merasakan ketenangan sebab senantiasa ridha atas segala ketentuan Allah yang ditetapkan kepadanya.

Atas keridhaannya terhadap segala ketentuan Allah ini maka Allah pun akan membalasnya dengan keridhaan serta hadiah berupa surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan. Hal ini sebagaimana penjelasan dalam QS Al-Fajr ayat 27-30 berikut:

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah engkau kepada Tuhanmu dengan keridhaan dan mendapatkan ridha (dari Tuhanmu). Masuklah kalian ke dalam (golongan) hamba-Ku. Masuklah kalian ke dalam surga-Ku."

Orang yang memiliki nafsu muthmainnah akan cenderung merasakan ketenangan dalam menjalani setiap ujian dari Allah SWT. Sebab dalam melaksanakan ujian tersebut ia meyakini pasti akan ada pertolongan dari Allah SWT. Keadaan ini sebagaimana diterangkan dalam QS As-Shaff ayat 13 berikut:

 "Dan (ada lagi) karunia lain yang akan kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun