Kartika E.H.
Kartika E.H. Wiraswasta

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

"Bailang" Penyelamat Tradisi Silaturahmi Lebaran di Masa Pandemi

14 Mei 2021   20:12 Diperbarui: 14 Mei 2021   20:18 3634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Bailang" Penyelamat Tradisi Silaturahmi Lebaran di Masa Pandemi
Bailang "tipis-tipis" | Twitter Bank Indonesia

Sudah menjadi rahasia umum, keutamaan bersilaturahmi begitu luar biasa. Bahkan dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW juga menyebutkan bahwa "menjalin silaturahmi" merupakan salah satu asbab seseorang bisa masuk surga-Nya.

Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,

"Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)."

 (HR. Bukhari no. 5983)

Baca Juga :  Kisah "Baliman" yang Menghilang, Setelah Kojima Datang!

Momentum lebaran biasanya menjadi waktu yang umum dimanfaatkan secara khusus oleh masyarakat nusantara untuk kembali menjalin silaturahmi lebih intens dengan kolega, keluarga dan sanak saudara lainnya. Tapi itu dulu, sebelum pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke pelosok nusantara.

Komunikasi Daring | almunawwirkomplekq.com
Komunikasi Daring | almunawwirkomplekq.com

Tidak jauh berbeda dengan lebaran edisi setahun sebelumnya, lebaran 1442 H atau 2021 kali ini, masih sama-sama dalam situasi Pandemi Covid-19 yang mengharuskan pemerintah melakukan berbagai pembatasan terhadap aktivitas masyarakat selama lebaran. Mau tidak mau, tradisi silaturahmi yang selama ini menjadi salah satu "warna" perayaan lebaran masyarakat nusantara jadi terkena imbasnya.

Sekarang, masyarakat dihimbau merayakan lebaran lebih banyak dari rumah masing-masing, sehingga silaturahmi berkeliling kampung atau komplek dari rumah-ke rumah relatif tidak bisa dilakukan lagi. 

Baca Juga :  "Peci Pakol" Impian, Kopiahnya Para Mujahidin

Sebagai gantinya, berkah dari kemajuan teknologi telekomunikasi yang memungkinkan antar manusia melakukan komunikasi jarak jauh secara daring alias online menjadi pilihan. Sekarang silaturahmi secara daring inilah yang mau tidak mau menjadi alternatif paling bisa diandalkan untuk tetap bisa menjalin silaturahmi lebaran di masa pandemi covid-19 seperti saat ini. 

Ibarat nggak ada akar rotan pun jadi kali ya... eh nggak kebalik kan?

Silaturahmi Virtual | pexels.com
Silaturahmi Virtual | pexels.com

Kalau silaturahmi-pun juga sudah mulai pakai daring alias online seperti beragam aktifitas kekinian lainnya, bagaimana  untuk bersilturahmi dengan keluarga dekat dan juga tetangga dekat di kiri-kanan rumah? Masak iya daring juga?

Seperti saya tuliskan dalam artikel Ketika "Urang Banjar" Berlebaran, lebaran tahun ini sebagian Masjid di Kota 1000 Sungai yang berada di zona hijau boleh melaksanakan sholat idul Fitri berjamaah. Sayangnya, untuk tradisi silaturahmi tatap muka secara langsung tetap masih dilarang keras, terutama silaturahmi yang mempertemukan banyak orang, seperti open house atau halal bi halal. 

Baca Juga :  "Adat Badamai", Tradisi Saling Memaafkan ala Urang Banjar

Sedangkan untuk tradisi bailang alias tradisi berkunjung skala kecil, seperti bersilturahmi ke rumah tetangga kanan-kiri rumah atau kepada keluarga dekat, apalagi bisa menerapkan protokol kesehatan, sejauh ini masyarakat masih bisa memberikan toleransi. 

Bailang skala kecil alias bailang tips-tipis inilah "penyelamat" tradisi bersilaturami lebaran ala Urang Banjar. Bailang tipis-tipis ini memungkinkan antar keluarga dengan menerapkan protokol kesehatan masih bisa saling mengunjungi.

Kebiasaan  Urang Banjar, hari raya atau lebaran selalu identik dengan kulineran tradisional, seperti soto banjar, lontong tampusing atau lontong banjar, katupat kandangan, katupat batumis, laksa banjar, slada banjar dan lain-lain. Bahkan, meskipun pandemi menjadikan bailang antar keluarga menjadi sangat berkurang (awalnya sempat juga dilarang),  sehingga tamu yang datang menjadi sangat terbatas pada tetangga dan saudara dekat saja, biasanya masing-masing keluarga tetap "masak besar" sebagai bagian dari merayakan hari kemenangan.

Baca Juga :  Mengenal Alat Musik Dayak Sape' dan Keledi, Instrumen "Sound of Borobudur" dari Kalimantan

Inilah daya tarik tradisi bailang. Bailang "tipis-tipis" dengan tetap menerapkan protokol kesehatan mandiri secara ketat, selain "berbuah surga" juga ikut berperan melestarikan tradisi "masak besar" di hari raya yang otomatis juga melestarikan beragam kuliner tradisional Banjar.

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Selamat Idul Fitri 1442 H | @kaekaha 
Selamat Idul Fitri 1442 H | @kaekaha 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun