Alifis@corner
Alifis@corner Seniman

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Idul Fitri 2020, Anti Mainstream

24 Mei 2020   18:25 Diperbarui: 24 Mei 2020   18:25 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri 2020, Anti Mainstream
Mengamini Doa dari Bapak di Mudik online 2020 (dokpri)

Yang utama adalah substansinya, saling maaf-memaafkan. Titik. Alhamdulillah acara berjalan lancar dan bersyukur  seluruh keluarga bisa berkumpul. Total 35 anggota keluarga.

Kangen Buser Kid

Ini Idul Fitri era covid -19 yang meniadakan unsur kerumunan dan keramaian. Otomatis, silaturahmi antar tetangga juga ditiadakan. Toh tetangga dekat sudah bertemu semua di pagi hari kala sholat Idul Fitri. Sebagai pengganti hidangan, agar suasana komplit, kami juga mengirimkan buah-buahan representasi rasa penyesalan karena tidak membuka pintu lebar-lebar.

Buah Idul Fitri penting di masa pandemi Covid-19 (dokpri)
Buah Idul Fitri penting di masa pandemi Covid-19 (dokpri)

Insya Allah  buah-buahan lebih menyehatkan daripada emping melinjo yang bikin asam urat kumat, sate kambing atau sapi yang bikin naik tensi, atau jagung titi yang kadang nyelip di gigi. Klise saja, padahal gak sempat membuat sendiri masakan atau kue favorit ini.

Konsekuensi lainnya, mungkin tidak akan ada tamu-tamu tetangga lain yang turut memperindah Idul Fitri yaitu dari sahabat dan tetangga Nasrani. Di malam hari selama 2 hari Idul Fitri, biasanya tamu-tamu silih berganti berkunjung sambil ngobrol banyak hal ditemani kue sajian untuk dicicipi.

Yang unik, adalah tamu-tamu kecil, sebagai tim sukses kemeriahan Idul Fitri. Kalau Idul Fitri tanpa mereka yang ada hanya orang-orang tua dan muda yang cenderung ngobrol normatif. Percayalah, semakin berusia, manusia semakin tidak lucu. Kalaupun lucu, cenderung satire  dan tidak alami.

Saya menamai mereka Buser Kid. Saya sebut begitu karena personilnya anak-anak, tapi kerjanya mirip tim buru sergap. Minim obrolan, yang ada datang bergerombol, semacam gang. Saat datang ramai bersalam, hanya duduk sejenak dan yang disasar adalah kue-kue dan minuman yang disukai. Bahkan lucunya kadang tanpa duduk, mereka mengakses kue-kue, dikantongi lalu pamit. Dehh hehehe...

Anak-anak penggembira Idul Fitri (marimembaca.com)
Anak-anak penggembira Idul Fitri (marimembaca.com)

Ini yang bikin kami senyum-senyum sendiri. Saya teringat dulu sekali di masa kecil waktu Idul Fitri. Tidak beda sama sekali. Hahaha. Di kampung saya di Nganjuk, biasa setelah selesai acara di  keluarga, maka tim buser berangkat. Bahkan diantara kami juga berunding main strategi. Berbagi jumlah anggota serta arah sasaran.

Lokasi jauh diujung kampung kami tak gentar. Yang disebelah desa saja kami sasar. Apalagi mendengar disitu ada bangkai atau bagi-bagi uang. Semangat juang tim buser Kid, menyalak. Hahaha..

Buser Kid, sepertinya libur berburu. Maklum keadaan pandemi covid-19 sedang tidak menentu. Semoga saja cepat berlalu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun