Alifis@corner
Alifis@corner Seniman

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Idul Fitri 2020, Anti Mainstream

24 Mei 2020   18:25 Diperbarui: 24 Mei 2020   18:25 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri 2020, Anti Mainstream
Mengamini Doa dari Bapak di Mudik online 2020 (dokpri)

Lain sekali dengan tahun-tahun sebelumnya. Ribuan massa yang tumpah ruah di shleter akan bersalam-salaman, saling menghampiri mencari teman lalu antri jalan keluar menuju prakiraan lalu mengalami kemacetan akibat meluapnya mobil dan motor di jalanan.

Sungkeman Norak Sedunia

Selesai sholat Id, kami pulang kerumah. Sesuai protokol, lepas semua pakaian dan cuci tangan, lengan, muka dan kaki dengan sabun. Ganti pakai baju, sarung dan kopiah lain yang bersih, tidak harus baru.

07:34 Wita, mulailah sungkeman mini ala keluarga kecil kami.  Sungkeman anak dan orangtua. Saling maaf dan doa-doa seperti biasa. 07.50 Wita, kami sarapan ketupat dan opor lebaran. Tradisi yang dikangeni setiap hari raya Idul Fitri. Suasana tentu berbeda dengan yang keluarga besar. Kami hanya berempat, jadi makannya relatif cepat.

09:04 Wita, kami mengikuti agenda mudik online, yaitu Silaturahmi Idul Fitri Virtual Keluarga Besar Surono bersama 10 Keluarga anak dan cucu beserta cicitnya dengan aplikasi Zoom.

Yang jauh di luar Jawa, ada saya di kota Kupang NTT, saudara kembar di kota Enrekang, Sulsel, dan kota Pringsewu, Lampung. Di Jawa tersebar di kota Bandung, kota Jember dan kab Nganjuk bersama Bapak Emak.

Acara berfokus pada wejangan orangtua dan sungkem dari anak-anaknya. Mengapa wejangan penting? Ibarat tumbuhan, wejangan ortu itu adalah siraman yang menyejukkan, penuh gizi dan menyehatkan. Walau anak-anaknya juga sudah masuk kategori tua, mendekati dan melebihi 50 tahun, dan memiliki cucu, tetapi nasehat Bapak Emak tetap yang utama.

Gaya hidup boleh modern, pergaulan boleh luas, pengalaman boleh lebih kaya dan materi boleh melimpah, tetapi wejangan dan nasehat orang tua adalah mutiara tak ternilai harganya. Selain dengan wejangan, yang selalu kami tunggu adalah do'a-do'a yang selalu dialirkan kepada anak-anaknya.

12-png-5eca5660d541df215627d9b3.png
12-png-5eca5660d541df215627d9b3.png

Kamipun, mengaminkan dalam keadaan bersila, di karpet lantai ataupun  duduk di sofa. Saya dan keluarga yang ingin beda suasana duduk di teras belakang, di lantai bermandikan cahaya.

Ini gaya sungkeman ternorak sedunia. Duduk agak nongkrong di depan laptop dan hape, sementara Bapak menunduk khusyu berdoa. Bayangkan jika ini di depan orangtua, tentu kurang sopan adanya. Apalagi kultur Jawa, yang etisnya duduk bersimpuh dihadapannya. Apalagi pakai celana buntung seadanya.

Tapi memang tradisi dan teknologi ada nilai tawarnya. Dari sudut pandang kamera zoom,  ini tidak akan terlihat sebagai pelanggaran kesopanan. Karena yang terlihat hanya setengah badan ke atas. Anda tentu pernah mendengar lelucon, bahwa penyiar berita sangat rapi dan berdasi, tetapi hanya mengenakan celana bomber di bawahnya. Itu lelucon saja, walau mungkin ada benarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun