Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Kebijakan Satu Arah dan Derita Pemudik yang Melawan Arus

2 Mei 2023   11:43 Diperbarui: 2 Mei 2023   11:50 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebijakan Satu Arah dan Derita Pemudik yang Melawan Arus
Kemacetan arus balik di jalan tol|dok. liputan6.com/Immanuel Antonius

Tradisi mudik yang sudah berurat berakar pada masyarakat kita, kembali menemukan momentum yang pas pada perayaan Idulfitri 2023 sekarang ini.

Seperti diketahui, selama 3 kali lebaran pada tahun 2020 hingga 2022, tradisi mudik terkendala karena negara kita dilanda pandemi Covid-19.

Alhamdulillah, meskipun kasus Covid masih belum sepenuhnya hilang, namun bisa dikatakan sudah relatif terkendali.

Maka, kebijakan pembatasan sosial pun tak lagi diterapkan pemerintah. Dengan demikian, tradisi mudik lebaran sudah bisa berjalan kembali.

Mungkin karena sudah beberapa kali lebaran tidak mudik, jumlah pemudik sekarang ini betul-betul membludak luar biasa.

Menurut pemberitaan sejumlah media mengutip pernyataan pemerintah, diperkirakan ada 123 juta pemudik yang berlebaran di kampung halamannya masing-masing.

Angka tersebut menjadi rekor pemudik yang tercatat selama ini. Mereka menempuh perjalanan dengan sepeda motor, mobil pribadi, bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang.

Di Pulau Jawa, jalan tol yang menghubungkan kota-kota di bagian utara terasa sekali jauh lebih padat dari biasanya.

Nah, dalam rangka memperlancar arus mudik, pada masa puncak diberlakukan beberapa kebijakan di Tol Trans Jawa

Kebijakan dimaksud adalah sistem one way atau jalan satu arah dan sistem contra flow di mana di sisi seberang jalan, dibuka satu jalur yang bergerak berlawanan arah.

Tidak itu saja, pada tanggal tertentu juga diberlakukan sistem ganjil genap, yakni mobil berplat nomor ganjil hanya bisa masuk tol di tanggal ganjil, dan sebaliknya untuk mobil bernomor genap.

Dengan demikian, jika kita ikuti berita di beberapa stasiun televisi yang menyiarkan secara langsung arus mudik dan arus balik, lalu lintas relatif terkendali.

Bahwa kemacetan panjang tetap tak terhindarkan di beberapa titik, tidak sampai betul-betul membuat kendaraan berhenti total.

Angka kecelakaan pun, dibanding dengan arus mudik dan arus balik tahun lalu, terjadi penurunan.

Tentu, ada saja pemudik yang jadi korban dari kebijakan yang diterapkan pemerintah, seperti mereka yang mudik ke arah berlawanan dari tujuan kebanyakan pemudik.

Memang, rata-rata pemudik bergerak dari Jakarta ke berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan saat arus balik, semua kembali ke arah Jakarta.

Namun, ada juga mahasiswa asal Jakarta yang kuliah di berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dalam hal ini, mahasiswa itu melakukan mudik yang berlawanan dengan arus utama, yakni mudik ke Jakarta dan balik lagi ke daerah.

Nah, kisah seorang mahasiswi yang diantar orang tuanya dengan kendaraan pribadi kembali ke kota Solo, bisa memperjelas kondisi di atas.

Mereka berangkat dari Depok, Jawa Barat, pada hari Senin (1/5/2023) sekitar pukul 06.30 pagi. Harusnya, mereka akan masuk tol Trans Jawa, karena Jakarta-Solo sudah tersambung via tol.

Namun, karena jalan tol menerapkan sistem satu arah dari timur ke barat, maka si mahasiswi terpaksa melewati jalan biasa.

Ternyata, jalan biasa mengalami kemacetan yang lumayan parah. Si mahasiswi di media sosialnya mengatakan bahwa mereka terpaksa mencari penginapan.

Normalnya, meskipun lewat jalan biasa, Jakarta-Solo bisa ditempuh sekitar 10-12 jam. Artinya, sekitar magrib, mereka seharusnya sudah sampai di tujuan.

Begitulah, tak ada kebijakan yang sempurna, selalu ada "korban" yang perlu cermat mengantisipasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun