Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Administrasi

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Yakin Nggak Mau Meningkatkan Skill di Bulan Ramadan?

15 April 2021   10:40 Diperbarui: 15 April 2021   10:45 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yakin Nggak Mau Meningkatkan Skill di Bulan Ramadan?
Yang bawang yang bawang, Dokpri

Hidup harus punya visi dan misi, tujuan yang nyata agar waktu tak berlalu sia-sia, itu yang saya yakini. Salah satu cara meraih visi adalah dengan meningkatkan skill dan kemampuan. Setiap orang memiliki bakat dan minat tersendiri, juga hobi. Bakat, minat, hobi jika diasah akan menjadi skill yang mumpuni. Jika mengasah skill dilakukan selama Ramadan akan menjadi nilai tambah tersendiri. Mengapa perlu menambah dan meningkatkan skill di bulan Ramadan? Alasannya adalah:

  • Mengisi Ramadan dengan kegiatan produktif

"Bulan puasa banyakin tidur saja, kan tidurnya orang berpuasa itu ibadah" Masih yakin dengan kalimat bijak ini? Sebenarnya nasihat ini adalah hadits nabi dan redaksional lengkapnya berbunyi:

"Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni," (HR Baihaqi)

Intinya, hadits nabi ini berkaitan dengan adab saat berpuasa. Jika ketika berpuasa berpotensi melakukan hal-hal yang merusak pahala puasa, maka tidurnya seseorang bisa dinilai sebagai ibadah, menjaga lisan agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tak semestinya bernilai seperti bertasbih. Dan yang terpenting adalah pesan Rasulullah pada kalimat berikutnya: amal ibadahnya dilipatgandakan. Jadi sayang sekali jika bulan puasa digunakan hanya untuk tidur dan bermalas-malasan. Lebih baik dimanfaatkan untuk meningkatkan skill dan kemampuan.

  • Menambah pahala dari aktivitas bernilai ibadah

Allah Maha Baik. Setiap aktivitas kebaikan yang kita lakukan dinilai sebagai ibadah. Jadi jangan membayangkan ibadah itu hanya sholat, puasa, zakat, infaq, haji, umroh, dzikir. Tetapi bekerja dan beraktivitas untuk sebuah kebaikan dan berharap ridhoNya semata juga dinilai sebagai ibadah. Tentunya meningkatkan skill dan kemampuan dengan tujuan mengoptimalkan nikmat waktu luang dan kesehatan yang telah dikaruniakan Allah, insyaAllah juga terhitung sebagai ibadah

  • Potensi mendapatkan penghasilan

Meningkatkan skill dan kemampuan dari bakat dan minat yang kita miliki tak menutup kemungkinan menjadi salah satu pembuka pintu rezeki. Hobi fotografi, jika terus diasah bisa menjadi ladang bisnis jasa foto produk atau jasa foto even khusus. Hobi menulis, bisa mendatangkan rezeki lewat naskah yang bisa dijual atau diterbitkan. 

Dengan tiga alasan tersebut, yakin nggak mau meningkatkan skill di bulan Ramadan? Yuk, saatnya mengoptimalkan bakat dan kemampuan di bulan penuh keberkahan.

Berkaitan dengan skill dan kemampuan, ada beberapa hal yang belakangan menarik minat saya. Ada juga aktivitas yang telah lama saya tekuni namun perlu untuk ditingkatkan lagi.

Ramadan kali ini, setidaknya saya memasang target khusus untuk meningkatkan skill dari kegiatan berikut:

  • Fotografi

Bagi saya fotografi adalah bagian dari seni. Butuh minat dan ketelatenan serta komitmen pribadi. Menyaksikan teman-teman bisa mendapat penghasilan dari membuka jasa foto produk memotivasi saya untuk meningkatkan kemampuan di bidang fotografi. Langkah awal adalah memotret produk UMKM saya sendiri, bawang goreng. Hasilnya lumayan untuk bahan promosi di media sosial. 

Namun yang paling sering saya abadikan adalah pemandangan di sekitar perumahan. Matahari terbit yang mengagumkan. Sekaligus belajar art photography nih sebab tak hanya sekadar mengabadikan matahari terbit, tetapi juga ada kesan artistiknya

Sunrise Dokpri
Sunrise Dokpri
  • Tarjim Al Quran

Membaca Al Quran adalah ibadah yang sangat mulia, terutama di bulan Ramadan. Tetapi seringnya kita hanya sekadar "mengeja atau menirukan" Sebab jika "membaca Al Quran" artinya kita harus memahami makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang selama ini saya lakukan adalah sekadar mengeja ayat-ayatnya, "membaca" yang tidak sepenuhnya, sebab tidak paham arti ayat dan harus membaca tafsir atau terjemah Al Qurannya untuk memahami yang saya baca.

Belajar lagi yuk, Dokpri
Belajar lagi yuk, Dokpri

Saya ingin bisa benar-benar membaca Al Quran dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Itulah sebabnya saya mengikuti kelas tarjamah atau tarjim Al Quran untuk meningkatkan skill membaca Al Quran sekaligus maknanya. Terbayang jika mampu membaca ayat-ayat dalam Al Quran sekaligus maknanya, seolah saya sedang membaca surat cinta dari Allah, berdialog dengan Sang Maha Pencipta

  • Menulis

Mengasah skill dapat dilakukan dengan konsisten berlatih. Begitu juga dengan menulis. Setiap orang pasti bisa menulis, tetapi tidak semua orang mampu menulis dalam gaya bahasa yang renyah, enak dibaca dan menginspirasi. Itulah salah satu alasan saya turut ambil bagian dalam program Satu Ramadan Bercerita (Samber) di Kompasiana.

Semangat SAMBER, Dokpri Profil Kompasianer
Semangat SAMBER, Dokpri Profil Kompasianer

Meningkatkan skill menulis lazimnya dapat dilakukan dengan tiga langkah: perbanyak membaca, konsisten berlatih dan menjaga komitmen. Bahan utama dari sebuah tulisan adalah hasil bacaan dan pengalaman. Semakin banyak membaca, bahan untuk menulis kian bertambah. Dengan konsisten berlatih, kemampuan menulis akan terus mengalami peningkatan. Membuat kerangka tulisan, mengurangi typo, memahami kaidah kepenulisan sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) hanya dapat dilakukan dengan konsisten berlatih. Memacu diri untuk menulis satu artikel setiap hari membantu meningkatkan skill menulis. Namun yang paling sulit adalah untuk menjaga komitmen yaitu komitmen untuk konsisten menulis meski tidak sedang berjibaku dalam sebuah kompetisi. Untuk menjaga komitmen menulis saya berupaya untuk menuangkan rasa dalam rangkaian kata. Meski hanya berupa caption di media sosial, hanya terdiri dari beberapa kalimat saja, namun jika dirangkai sedikit demi sedikit bisa menjadi satu artikel untuk blog pribadi saya.

Semoga Allah berkenan mengabulkan harapan saya agar mampu meningkatkan tiga skill tersebut. Berharap hari-hari di bulan Ramadan ini tidak dihabiskan dengan gabut. Sehingga kelak saat dihisab di akhirat tentang pertanyaan "bagaimana waktu senggang dihabiskan" saya tak kebingungan dan kalang kabut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun