Denata
Denata Wiraswasta

perempuan cerdas tidak hanya harus berpendidikan namun juga mampu menggunakan logika dan rasionalitas dalam menyingkapi sebuah isu. Broaden knowledge and be critical

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hobi Koleksi Barang Bernilai Investasi

5 Mei 2021   19:07 Diperbarui: 5 Mei 2021   19:12 1881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi Koleksi Barang Bernilai Investasi
Sebagian dari koleksi buku, sumber dokpri

Setiap orang memiliki hobi dan kegemaran masing-masing, salah satunya mengoleksi barang tertentu. Barang yang dijadikan koleksi bisa bermacam-macam jenisnya, dari yang biasa saja, unik dan langka. Dari yang berbentuk kecil hingga besar. Bahkan tidak sedikit orang yang rela bepergian ke seluruh penjuru dunia hanya untuk mencari dan menambah koleksi barang.

Berbicara tentang hobi mengoleksi barang tidak akan ada habisnya. Jika perempuan pada umumnya gemar mengoleksi tas, baju, sepatu dan perabot rumah tangga, tidak demikian dengan saya. Barang-barang tersebut memang ada di rumah, tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari alias terbatas. Kenapa? Karena membeli sesuai kebutuhan sudah lebih dari cukup, tidak perlu berlebihan. Lantas hobi koleksi barang apa yang saya gemari? Hobi koleksi barang yang memiliki manfaat dan bernilai investasi jangka panjang.

Membeli, Membaca dan Koleksi Buku 

Sebagian koleksi buku, jenis komik, sumber dokpri
Sebagian koleksi buku, jenis komik, sumber dokpri

Mengoleksi barang hendaknya memiliki nilai investasi. Tapi jangan salah paham dulu, investasi tidak hanya tentang saham, reksadana, properti dan emas. Mengoleksi buku juga merupakan investasi yaitu investasi ilmu. Sebuah investasi yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Ketertarikan mengoleksi buku dimulai sejak lulus kuliah dan sudah mulai mencicipi dunia kerja. Sebenarnya ada hubungan antara kegemaran membaca buku dengan mengoleksi buku saat ini. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar, saya kerap memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku cerita yang dibelikan orang tua setiap akhir pekan. Kegemaran membaca buku terus berlanjut hingga dewasa, hanya saja semua hasrat tentang buku dapat tersalurkan secara total setelah memiliki penghasilan sendiri.

Sejak mandiri dalam hal keuangan, saya semakin rajin membeli buku. Setiap hari Sabtu pasti ada kunjungan ke toko buku terbesar yang ada di kota dan membeli beberapa bacaan. Bahkan waktu 2 jam berlalu tanpa terasa saking senangnya membaca blurb atau sinopsis buku. Setelah berkeliling, baru dapat memutuskan membeli buku apa dan membawa pulang. Dari waktu ke waktu jumlah koleksi pun terus bertambah. Ada kesenangan dan keseruan tersendiri dari hobi mengoleksi buku ini.

Meskipun mengoleksi buku sering mendapat narasi sinis, tetapi saya tidak ambil pusing. Menurut saya, mengoleksi buku lebih banyak manfaatnya daripada mengoleksi barang-barang lain. Meskipun ada beberapa buku yang belum dibaca tuntas, tetapi keinginan untuk membeli buku lagi selalu ada.

Mengoleksi buku menjadi kesenangan tersendiri, buku bagi saya sangatlah unik. Seperti buku yang baru-baru ini saya beli. Buku tersebut menarik karena penulis bisa memaparkan ilmu filsafat dalam sebuah cerita. Banyak orang mengatakan belajar filsafat berat dan sulit. Filsafat dianggap sebagai dewanya ilmu pengetahuan, tetapi melalui novel yang saya beli, filsafat menjadi mudah dicerna dan sangat menyenangkan untuk dibaca.

Itu adalah sedikit contoh kenapa mengoleksi buku menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi saya. Bahkan ketika ada pertanyaan, apa enaknya mengoleksi buku, bukankah membeli buku menjadi perilaku konsumtif. Saya akan menjawab membeli buku memang sekilas terkesan konsumtif, tetapi membeli buku bukan hanya sekedar membeli kemudian selesai. Ada alasan yang bersifat jangka panjang. Selain itu, ada sisi produktif dari mengoleksi buku.

Buku-buku yang saya koleksi bermacam-macam, ada buku motivasi atau self-help yang cenderung berfokus pada kesehatan emosional dan spiritual, novel fiksi, novel filsafat, kumpulan puisi dan cerpen, komik dan masih banyak lagi. Komik bagi saya ibarat makanan ringan yang disisipkan di sela-sela rutinitas berat. Membaca komik menjadi hiburan dan kadang membuat pikiran lebih rileks dan santai. Selama ini masih saja ada anggapan negatif perihal buku komik, padahal komik juga bagian dari sebuah karya seni.

Mengoleksi buku berarti juga memiliki tanggung jawab penuh merawat buku. Ada beberapa cara merawat buku, seperti diberikan sampul plastik, disimpan dalam kotak atau disusun di rak. Jika hanya dibiarkan menumpuk begitu saja, rumah akan terlihat kacau dan berantakan. Hal ini membuat kurang nyaman dan tidak enak dilihat.

Jika akan menyusun buku di rak, bisa berdasarkan ukuran buku, genre atau intensitas pemakaian buku. Namun, jika kita menyimpan buku di dalam kotak harus dipastikan ada jadwal mengeluarkan buku dan membersihkannya.

Manfaat Koleksi Buku

Buku adalah sumber ilmu, penambah wawasan, kawan setia dalam berbagai suasana. Itulah gambaran buku bagi saya. Lagipula harga buku juga terjangkau dan membeli buku tidak pernah ada kata mubazir. Andaikan belum memiliki waktu luang untuk membaca, tetapi sudah ingin membeli lagi, saya yakin suatu hari nanti pasti akan dibutuhkan dan dibaca.

Membeli atau memilih buku sebenarnya tidak memiliki patokan khusus. Tidak ada buku yang tidak baik. Bagi saya semua buku menarik, semua karya penulis patut dihargai dan diberikan apresiasi. Sebenarnya masing-masing orang memiliki minatnya sendiri terhadap jenis buku. Kembali lagi pada selera, pasalnya buku terlaris belum tentu bisa dikategorikan sebagai buku yang bagus. Buku yang kurang laku tidak bisa juga langsung dianggap sebagai buku yang buruk.

Banyak manfaat yang bisa didapat dari mengoleksi buku. Ketika kita membaca buku, sudah jelas mendapat informasi dan pengetahuan. Manusia memiliki akal, karena itu kita selalu berusaha memahami apa yang terjadi di sekitar. Rasa ingin tahu itu terobati dengan membaca buku. Terlebih lagi, mengoleksi buku menjadikan kita sebagai pribadi yang terbuka terhadap hal-hal baru.

Buku adalah investasi yang semakin naik seiring berjalannya waktu. Mengoleksi buku berarti semakin banyak inspirasi yang dapat dijadikan karya baru. Semakin banyak buku yang dibeli dan dibaca maka semakin banyak ilmu yang didapat.

Mengoleksi buku seperti melakukan perjalanan panjang, atau sedang berkeliling dunia. Bertemu dengan banyak orang, mengenal banyak budaya dan belajar dari banyak sudut pandang. Sudah banyak buku yang diciptakan para penulis-penulis hebat. Sudah banyak buku yang terbaca banyak orang. Namun, masih banyak buku yang  menanti untuk dibaca. Buku menjadi bukti peradaban dan buah pikir manusia. Hobi mengoleksi  buku memberikan manfaat dan menjadi sebuah investasi jangka panjang yang tidak ternilai harganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun