Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mendem Kangen dengan Masjid di Tulungagung

30 April 2020   20:27 Diperbarui: 30 April 2020   20:31 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Agung Al Munawwar, Tulungagung, Jawa Timur. Letaknya berdekatan dengan Alun-Alun dan Pendopo. Gambar: Dokpri/DeddyHS

Memang, saya tidak dilahirkan di salah satu kabupaten yang berada di Jawa Timur, Tulungagung. Tetapi, saya masih merasa terikat dengan daerah penghasil marmer itu. Sudah genap dua dekade saya menjadi penduduknya, meski kini mulai jarang menetap di sana.

Kenangan yang terpatri sejak kecil, sejak awalnya belum bisa berbahasa Jawa, dan memanggil nenek dengan, "Heh!", di situlah saya mulai menyimpan apa saja yang sudah terjadi. Termasuk tempat yang paling lama saya lihat ketika itu.

Memiliki ingatan yang tidak terlalu baik terhadap lokasi memang membuat tempat-tempat lama lebih banyak mengisi ruang ingatan, dibandingkan tempat-tempat baru. Seperti tempat-tempat ibadah yang bernama masjid.

Sudah ada beberapa masjid yang disinggahi, baik di kampung asal, tempat tinggal saat ini, hingga di kota-kota yang pernah disinggahi. Namun, tetap saja, masjid-masjid di Tulungagung memiliki tempat tersendiri di ingatan.

Suasana pasca sholat Idul Fitri tahun lalu. Gambar: Dokpri/DeddyHS
Suasana pasca sholat Idul Fitri tahun lalu. Gambar: Dokpri/DeddyHS
Salah satu dan yang paling utama tentu adalah Masjid Agung Al-Munawwar. Bukan karena ini adalah masjid terbesar di Tulungagung, melainkan murni karena masjid yang pertama kali saya lihat di Tulungagung adalah Masjid Al-Munawwar.

Faktor tempat tinggal yang kala itu sangat dekat, hanya sekitar 150-an meter membuat masjid ini sudah seperti tempat lahir. Tetap diingat walau sudah semakin lama tak dikunjungi lagi.

Inilah yang membuat masjid ini tetap dikenang meski sudah pindah rumah, ditambah dengan kini jarang pulang kampung. Benar, saya hanya pulang kampung sebagian besar saat momen mudik.

Kecuali jika ada momen pilkada atau mengurus keperluan tertentu yang membuat saya harus pulang. Jika tidak ada hal semacam itu, maka tak perlu pulang.

Saat Ramadan pun yang paling diingat tentu adalah ketika dapat mengikuti buka bersama di masjid yang sangat luas itu. Hanya, terkadang saya juga pernah merasa terdiskriminasi karena dianggap masih kecil, belum tentu puasa.

Maka tak heran jika seusai Maghrib, pulang tak membawa apa-apa kecuali sebelumnya minum segelas susu dan dua-tiga butir kurma--jika dapat. Syukurlah....

Dari situ pula saya--saat itu--mengira bahwa, anak kecil sepertinya disangsikan untuk berpuasa. Anak kecil juga dianggap tak akan kuat berpuasa. Termasuk juga kepantasan dalam memperoleh makanan untuk berbuka. Ah, mungkin di rumah ibunya sudah masak kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun