A Havizh Martius
A Havizh Martius Lainnya

Mahasiswa Abadi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Rasulullah nan Bersahaja (Sugih Tanpa Banda)

18 Mei 2021   11:33 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:38 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasulullah nan Bersahaja (Sugih Tanpa Banda)
makam-rasul-60a38a2c8ede4821952a3502.jpg

Dalam sebuah pengajian Ramadhan seorang ustadz bertanya kepada para jamaah, "Rasulullah itu kaya atau miskin? ". Sebagian besar jamaah menjawab "miskin".

Memang salah satu sisi kehidupan Rasullullah yang sering dibesar-besarkan  adalah Rasullullah sebagai sosok yang miskin, tidur di atas pelepah kurma, dapur rumahnya sampai 3 purnama tidak berasap, kelaparan dengan keluarganya dan lain-lain.

Barangkali memang episode seperti ini pernah dialami Rasulullullah, apalagi dalam Alquran  ada informasi bahwa orang beriman akan diuji dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. (QS. 2:155)

Namun Rasulullah adalah hamba yang paling bertakwa kepada Allah. Janji Allah kepada orang yang bertakwa adalah diberi rezki dari arah yang tidak diduga dan dicukupi kehidupannya. (QS.65:2-3). Apalagi bertebaran dalam Alquran perintah untuk berinfak dan bersedekah yang merupakan ciri orang bertakwa yang tentu saja ini adalah amalan orang yang berpunya. Bahkan salah satu rukun Islam adalah berzakat yang perintah untuk menunaikannya berulang kali dalam Alquran. Perintah zakat hanya dapat dilaksanakan oleh 'aghniya' atau orang kaya.

Dalam riwayat ada disebutkan Nabi bersedekah di bulan Ramadhan bagaikan angin. Berarti Rasulullah adalah seorang yang sangat dermawan, tidak takut kekurangan atau miskin. Dan memang tidak ada dermawan yang melarat karena kedermawanannya, malah semakin bertambah-tambah rizkinya karena pasti dibalas dengan berlipat ganda sesuai dengan janji Allah dalam berbagai ayat dalam Alquran. 

Dikisahkan bahwa pernah ada orang yang meminta pakaian (syamlah) yang ujungnya ditenun kepada Rasulullah sementara pakaian itu baru diterima Rasullullah sebagai hadiah dari seorang wanita, dan Rasulullah sangat menyukai pakaian tersebut. Tak lama kemudian pakaian tersebut diminta oleh seseorang lalu Nabi memberikannya. 

Hal inilah yang disebut orang sekarang dengan istilah bermental kaya, mental berkelimpahan.
Banyak yang tidak menyadari bahwa antara status dan gaya hidup itu berbeda.  Kalau status yang berhubungan dengan kepemilikan harta adalah seperti kaya atau miskin,  sedangkan gaya hidup contohnya adalah mewah, sederhana, foya-foya, hemat. Nah, gaya hidup sederhana inilah yang selalu melekat dengan Rasulullah. 

Rasulullah bukanlah seorang penumpuk harta bahkan sekedar menyimpan harta untuk kebutuhan hari esok juga bukan kebiasaan Rasulullah karena beliau selalu merasa bersama Allah Pemilik alam semesta, Yang Maha Pemberi rezki.

Bahwa Rasulullah menerapkan gaya hidup bersahaja dan zuhud, juga berlaku bagi keluarganya. Bahkan hal tersebut merupakan perintah Allah sebagaimana termaktub dalam Alquran QS. 33:28:"Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, "Jika kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik."

Allah menghendaki bukan hanya Rasulullah sebagai sosok teladan namun juga keluarganya sebagai keluarga teladan.
Memang ada riwayat yang populer di kalangan umat Islam sampai sekarang bahwa Rasulullah pernah berutang dan meninggalkan utang kepada seorang Yahudi ketika meninggal,  dan utang tersebut adalah untuk keperluan makan.

Riwayat yang disebut sebagai hadis ini perlu dikaji lagi kebenaran atau konteksnya karena di sisi lain juga banyak riwayat tentang ketegasan Rasulullah dalam masalah utang,  seperti dikisahkan bahwa Rasulullah pernah tidak mau menyolati jenazah orang yang masih berutang selagi belum ada yang membayari utangnya.  Ada juga riwayat dari Imam Muslim bahwa semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali utangnya.  Dan banyak lagi riwayat yang senada dengan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun