Madrasah Ramadan dan "Momen-momen Pembebasan" yang Sederhana
Catatan Pendahuluan: Jalan Masih Panjang, Kekasih!
Semua yang tertulis di atas memang adalah perkara perjuangan terhadap tubuh, terhadap daging. Semacam kehendak untuk mendisiplinkan tubuh pada "posisi etis tertentu" (mungkin dalam konteks preferensi gaya hidup) yang masih di tahap dini.
Karena itu juga, terlalu gegabah jika dikatakan sebagai sebuah capaian keberhasilan. Sebuah kemenangan gilang gemilang dari pertarungan terbesar anak manusia: pertarungan melawan hawa nafsu!
Sebaliknya, usaha seperti ini hanyalah merupakan bagian kecil dari menghadirkan pengalaman tubuh kepada sejenis tindakan jeda terhadap rutinitas yang mengkondisikan tubuh pada irama setengah urban yang kini juga telah merayakan dirinya kedalam tentakel-tentakel konsumsi. Baik dalam wujud gerai-gerai cepat satu atau fasilitas konsumsi yang sekadar menghabiskan waktu luang (kedai kopi) dan melarikan galau sehari-hari (rumah karaoke?).
Sejenis tindakan yang memang sejak di atas kertas bukanlah perkara yang remeh dan tidak bisa ditakar dalam waktu yang pendek. Sebab itu, ini semua dicatat sebagai sebaris pernyataan PENDAHULUAN dari jejak panjang yang masih menyimpan lika-liku dan tikungan-tikungan tajam tak terduga.
Ihwal berikutnya yang kini muncul sebagai bagian yang menuntut kesungguhan untuk berbenah adalah bagaimana dengan spiritualitas yang berhubungan langsung dengan ritus bulan suci Ramadan? Ini bagian yang paling kudus. Yang tidak berani saya ceritakan.
Selamat Merayakan Ibadah Ramadan 1440 Hijriah. Semoga penuh berkah.
***