Madrasah Ramadan dan "Momen-momen Pembebasan" yang Sederhana
Tapi, tentu saja, kehendak sedemikian tidak muncul semata karena dorongan dari dalam. Selalu ada konteks yang memberi alasan bagi tindakan yang lebih nyata.
Kondisi eksternal seperti apa yang membuat daya tarung tubuh yang telah sejak berseragam putih biru menyentuh ujung Bentoel Biru hasil dari memenangkan gula-gula Berhadiah?
Satu kondisi serius lainnya adalah karena kelahiran bocah yang menggunakan nama saya dan kakeknya.
Dia hadir dan memberi efek pada beberapa pembatasan-pembatasan. Semacam aturan main baru di dalam rumah yang kesepakatan atasnya lebih banyak dilakukan dengan diri sendiri.
Pada mulanya pembatasan itu bernada, "Jangan merokok di dalam rumah!"
Tanggung. Saya juga merasa jika dengan teknik lokalisasi seperti ini, saya tidak bergerak ke mana-mana. Maka, akan lebih radikal jika, "Tidak merokok sama sekali!"
Energi untuk mencapai setahun tanpa asap rokok pun bekerja. Kata anak-anak hari ini, Alhamdulillah, semesta ikut bekerja sama! Setahun tercapai juga. Ramadan ke Ramadan tercatat sebagai episode saya membebaskan diri dari kontrol asap rokok.
Peristiwa Kedua
Peristiwa kedua sekilas terlihat sebagai kebetulan yang menguntungkan. Saya mulanya menduga demikian.
Syahdan, dalam kumpulan dimana saya berkegiatan sehari-hari sedang berada pada satu transformasi diri yang dirancang oleh seseorang yang sangat kami hormati.
Transformasi itu adalah ajakan untuk selalu mengajak tubuh berlari. Ajakan yang dimulai setahun lebih awal dari keputusan membebaskan duri dari rokok.
Sekilas, ini terlihat sebagai sambutan akan gaya hidup sehat yang tengah marak di kota-kota besar Indonesia. Saat itu di masih di kota Sampit.