Kemarin 17 Juni 2018, sesampai di Palembang dari liburan, "Wasap" grup Kompasianer Palembang kembali terdeteksi dan beberapa percakapan anggota terbaca, ada yang masih mudik ke kampung di daerah kabupaten diluar Palembang, ada yang justru baru mau mudik hari ini 18 Juni dan ada yang sudah siap menerima "sanjo" atau ajang silahturahmi saling berkunjung ke rumah sanak saudara atau handai taulan saat hari raya Idhul Fitri.
Pertama Umek (sebutan ibu bahasa Palembang) Elly menayangkan udang satang yang besar-besar di grup dan menyatakan siap memasak tekwan dan setengah memaksa harus datang, kalau tidak......Nah, ini kita tidak tahu apa yang terjadi kalau tidak datang, tidak dijabarkan lagi. Yang memancing-mancing mau sanjo yaitu Arako pun menyanggupi, saya pun walau baru pulang mengaku dapat datang.
Kira-kira setengah jam di rumah bu Tika sekeluarga dan memakan kurang lebih 5 pempek dan menghirup cukanya 5 "seruputan", kami bergerak ke rumah bu Elly Suryani yang rela menjadi komandan Kompasianer Palembang membimbing adik-adiknya yang masih hijau lumut, hihihihi.
Tidak sia-sia jauh-jauh ke daerah Talang Keramat yang secara administrasi sudah di Kabupaten Banyuasin, namun dekat ke bandara Sultan Mahmud Badaruddin II yang menjadikannya daerah pemekaran baru. Kami disambut dengan wangi khas tekwan dengan harum kaldu udang satang, mi suhun serta bola-bola tekwan yang merupakan perpaduan ikan, tepung dan bumbunya, sebenarnya mirip pempek tetapi dengan kuah yang berbeda.
Ini rumahnya dari ujung-ke ujung, menyeberang Sungai Musi dengan melewati Jembatan Ampera. Sebagai gambaran, daerah jembatan Ampera itu kalau sedang macet-macetnya, dapat tidak bergerak 5 menit sampai setengah jam di atas jembatan, terutama kalau ada lomba bidar 17 Agustusan atau ada pertandingan bola di stadion Gelora Jaka baring.
Tetapi karena semangat 45 sudah berjanji akan datang kesana, kami pun pergi berharap pukul 14.00-16.00 adalah saat jembatan ampera tidak ramai. Benar saja, jalanan lancar dan kurang lebih 30 menit kami sampai di rumah Om Ndut yang pernah beberapa kali menjadi tuan rumah pelancong asing karena "traveller blogger" ini ikut program sejenis tumpang menumpang wisatawan antar negara yang prinsipnya kalau kita mau menumpang di negara lain gratis ada saja yang mau menampung tetapi sebaliknya kalau ada wisatawan luar mau menginap di rumah kita gratis, kita bersedia menjamu. Tetapi menurut Om Ndut kita boleh kok menyeleksi calon penumpangnya, kalau tidak yakin maka boleh ditolak.
Yang pasti ada kamar kosong untuk menampung, tidak mungkin tidur di kamar Om Ndut yang masih bujangan, kan? Hehehehe..
Pukul 16.20 kami permisi pulang takut terjebak macet dan pukul 17.00 sudah sampai di rumah bu Tika sekeluarga dimana Arakopun menitipkan motornya disana.
Selesai dulu petualangan saya di hari ketiga lebaran yang sepertinya tidak kalah seru dengan jalan-jalan ke luar negeri, intinya ada niat jalan-jalan dan perjalanan serta silahturahminya dinikmati, diresapi dan disyukuri. Setuju?