Ketika teman-teman saya bingung dan bertanya setelah mereka membaca cerita perjalanan saya berkunjung ke masjid-masjid. Mereka kompak bertanya pada saya, "Memang kamu boleh masuk dalam masjid?" Mimik wajah mereka bingung dengan saya yang nonmuslim ingin masuk dalam masjid. Notabene masjid adalah rumah ibadah suci bagi umat Muslim, padahal safari masjid menjadi salah satu kegiatan yang saya senangi.
Jika kalian mengikuti kisah cerita Ramadan saya di hari pertama hingga sekarang, kalian bisa menemukan benang merah yang membuat saya kagum dan rindu Ramadan. Sejak tulisan pertama saya dijadikan headline ada rasa haru yang sulit diungkapkan. Puluhan komentar masuk yang menyejukan untuk dibaca. Bukankah bulan Ramadan bulan suci penuh makna?
Lahir dan hidup di Palembang, membuka mata serta pengetahuan saya mengenal kota sendiri. Palembang memang tidak memiliki alam seperti kota lain, namun sebagai kota tertua nyatanya Palembang memiliki pluralisme budaya. Mayoritas warga Palembang merupakan keturunan dari India, Arab dan Tionghoa serta orang Palembang asli berasal dari Kesultanan Palembang Darussalam. Kebudayaan ini akhirnya memiliki karakter dan saling hidup berdampingan membentuk harmonisasi.
Hal paling sederhana yang bisa dilihat adalah arsitektur bangunan masjid. Beberapa bangunan masjid di Palembang menyerap pengaruh empat budaya tersebut. Di dukung dengan sejarah Palembang dulunya pernah disinggahi oleh orang-orang Arab, India dan Tionghoa menguasai perdagangan di Sungai Musi. Saya beruntung berkesempatan menjelajahi masjid-masjid tersebut.
Masjid Sultan Mahmud Badaruddin II
Masjid Agung Palembang adalah masjid pertama saya untuk mengenal indahnya arsitektur bangunan islam. Saya bisa melihat impresi islami dalam bangunan masjid. Terdapat dua bangunan yang merupakan penggabungan karakter dari Palembang, Arab dan Tionghoa. Melangkah kaki masuk ke dalam masjid, mata saya merekam setiap sudut melihat ukiran-ukiran berwarna merah dan emas dalam balutan kaligrafis Arab. Masya Allah! Cantiknya.
Masjid Cheng Hoo
Ide pembangunan Masjid Cheng Hoo berawal dari kunjungan para anggota ke Semarang yang membuat mereka terinspirasi untuk membangun sebuah masjid untuk menampung orang-orang beribadah.
Sekilas bangunan masjid memiliki nuansa Tionghoa, terlihat dari dua buah menara dan bangunan masjid berwarna merah dan hijau. Merah identik dengan Tionghoa sedangkan pada hijau identik dengan Islam. Perkarangan masjid lumayan luas untuk menampung setiap hari jumat orang-orang muslim tidak hanya muslim tionghoa beribadah. Hal menarik yang ditemui biasanya akan ada pasar kaget selesai sholat jumat.