H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Wiraswasta

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Perubahan Paradigma Mudik Lebaran

28 Mei 2019   05:31 Diperbarui: 28 Mei 2019   05:43 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perubahan Paradigma Mudik Lebaran
Ilustrasi: Suasana macet mudik lebaran. Sumber: mnctrijaya.com

Fenomena setiap tahun terjadi adalah kembali ke kampung halaman atau disebut dengan istilah mudik. Tentu tujuannya semua adalah menyambung tali silaturahim.

Tradisi mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah berjalan sejak sebelum zaman Kerajaan Majapahit. Dahulu para perantau pulang ke kampung halamannya untuk berziarah atau nyekar ke makam keluarga atau makam para leluhurnya. Hal ini dilakukan untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.

Rasa lelah setahun bekerja, mencari nafkah di kampung orang atau di rantau. Tentu ingin pulang kampung. Pada masa libur panjang atau libur lebaran memperingati hari Raya Idul Fitri. Tentu dan umumnya mudik identik membawa hadiah-hadiah lebaran untuk diberikan pada sanak keluarga atau sahabat di kampung halaman. Semuanya demi membahagiakan orang lain.

Tidak ada perbuatan yang baik kecuali hanya memberi kebahagiaan pada orang lain atau menyenangkan pada orang yang beriman. Apalagi pada orang tua dan saudara-saudara di kampung. Sepanjang pemberian tersebut tidak menyusahkan diri. Bukan karena mau menyombongkan diri, atau uang didapatkan dari perolehan yang haram atau uang korupsi. Yaaa silakan saja, malah dianjurkan memberi.

Rasululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam berkata : "Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai". (HR. Al Bukhori dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al Imam Al Albani rohimah...ullohu dalam Irwa'ul Gholil no. 1601).

Hadits yang mulia di atas menunjukkan bahwa pemberian hadiah akan menarik rasa cinta di antara sesama manusia, karena tabiat jiwa memang senang terhadap orang yang berbuat baik kepadanya.

Maksud dari hadiah adalah pengaruhnya secara maknawi, bukan materi. Sungguh adanya hadiah walaupun kecil atau sedikit akan dapat menumbuhkan cinta dan persaudaraan.

Sepanjang pemberian tersebut tidak menyusahkan diri, mungkin tidak ada masalah. Namun berbeda bila memaksa diri hanya ingin disebut berhasil di rantau. Sehingga bisa saja memaksa diri untuk mempersiapkan hadiah-hadiah atau kebutuhan sendiri, hanya untuk pamer di kampung.

Bila niatnya pamer atau menyombongkan diri, ini sangat berbahaya. Karena bisa saja memaksa diri untuk mempersiapkan hadiah lebaran atau memenuhi kebutuhan penampilan "pencitraan" agar dianggap sebagai orang yang berhasil, padahal semuanya semu.

Ilustrasi: Suasana mudik lebaran. Sumber: namalonews.com
Ilustrasi: Suasana mudik lebaran. Sumber: namalonews.com
Bila Perlu, Persiapan Dini Mudik Lebaran

Antara mudik dan lebaran sebenarnya tidak memiliki kaitan satu sama lain. Dalam bahasa Jawa ngoko, Mudik berarti "Mulih dilik" yang berarti pulang sebentar. Pengertian Mudik dikaitkan dengan kata "Udik"  yang artinya kampung, desa atau lokasi yang menunjukan antonim dari kota. Lantas pengertian ini ditambah menjadi "Mulih Udik" atau "Mudik" yang artinya kembali ke kampung atau desa saat lebaran tiba.

Kalaupun harus mudik, sebaiknya disiapkan sejak awal adalah dana untuk mudik. Biaya mudik ini bukan masalah sepele. Tapi harus disiapkan untuk beberapa hal. Misalnya dana transportasi pergi dan pulang dari kampung halaman. Jangan sampai yang disiapkan hanya perginya saja, tapi pulangnya enggak. Bisa-bisa nanti jadi utang pasca lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun