H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Wiraswasta

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Perubahan Paradigma Mudik Lebaran

28 Mei 2019   05:31 Diperbarui: 28 Mei 2019   05:43 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perubahan Paradigma Mudik Lebaran
Ilustrasi: Suasana macet mudik lebaran. Sumber: mnctrijaya.com

Persiapkan dana untuk konsumsi dan akomodasi selama dalam perjalanan. Termasuk di kampung halaman dan saat kembali. Jangan sampai di kampung halaman kita kewalahan karena kehabisan uang. Termasuk persiapan pengeluaran tak terduga. Misalnya untuk rekreasi dengan keluarga ataupun bagi-bagi salam tempel.

Jika faktor-faktor penting itu sudah disiapkan jauh-jauh hari, maka mudik pasti akan lebih tenang. Jangan lupa juga persiapkan dana untuk biaya hidup sepulang mudik, hal ini paling penting.

Sebenarnya dalam mempersiapkan biaya mudik itu bisa diambil dari setiap gaji atau penghasilan yang di dapat jauh sebelum Ramadan atau hari lebaran tiba. Misalnya sisihkan 10% dari pendapatan setiap bulannya untuk mudik dan jangan tunggu tunjangan hari raya (THR). Kalau disisihkan 10% setiap bulan,  maka 10 bulan saja kita sudah dapat 100% dari pemasukan.

Ilustrasi: Berani berbeda. Sumber: online.jwu.edu
Ilustrasi: Berani berbeda. Sumber: online.jwu.edu
Mengubah Paradigma Mudik

Sepertinya hanya di Indonesia yang mempunyai tradisi mudik. Sesungguhnya bagi penulis sudah diberi contoh atau panutan dari orang tua untuk tidak berparadigma "mudik" termasuk dalam ziarah kuburan. Tapi lakukan "mudik" dan/atau "ziarah kuburan-nyekar" atau silaturahim baik masa tinggal di kampung maupun pada masa di rantau, sesuai waktu yang tersedia pada 12 bulan berjalan.

Setelah penulis beranjak dewasa dan sampai saat ini, tidak merasa dipusingkan tradisi mudik atau ziarah kubur baik orang tua maupun sanak saudara lainnya. Karena pada hari-hari di luar Ramadan atau hari lebaran. Menggunakan waktu luang untuk pulang kampung dan berziarah kuburan.

Sebenarnya mudik sah-sah saja bila tidak memaksa diri. Tapi bila terbiasa mudik, tentu akan menyiksa batin bila harus mudik tapi persiapan keuangan tidaklah mencukupi. Kondisi tersebut sangat berbahaya dilakukan.

Maka jalan alternatif, umumnya orang memaksa diri dengan berutang. Demi mempertahankan harga diri yang tidak menginginkan disebut sebagai orang tidak mampu mudik karena tidak ada pembiayaan atau tidak ada biaya untuk menyiapkan hadiah lebaran dan lain sebagainya.

Termasuk ada yang memaksa diri membeli kendaraan baru, baik itu mobil maupun motor. Semua hanya karena mempertahankan gengsi di kampung halaman. Padahal apa yang ada tersebut, semua atau sebagian dalam bentuk utang.

Saran penulis sebaiknya merubah paradigma atau cara pandang menghadapi tradisi mudik. Kalau sekiranya tradisi mudik itu harus dilaksanakan, lakukanlah dengan cara sederhana. Jangan terlalu berlebihan, ajari dan beri panutan pada anak-anak atau keluarga agar mudik sesuai waktu luang. Agar pada hari raya lebaran tidak memaksa diri untuk mudik.

Begitupun dalam bersilaturahim. Jangan tunggu saat-saat mudik saja. Apalagi saat ini, hubungan melalui telepon pintar atau smartphone dapat dengan mudah melakukan komunikasi atau silaturahim. Teknologi informasi yang canggih dewasa ini, silaturahim dapat dilakukan setiap saat.

Bandung, 28 Mei 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun