Korupsi, Tirakat, dan Ulat
Kepercayaan jawa menyebutnya tirakat. Ibadah puasa sejatinya tidak hanya menahan haus dan dahaga semata. Lebih dari itu, puasa merupakan risalah para nabi-nabi sebelumnya untuk menekan hawa nafsu manusia.
Sebab dalam perspektif bahasa, puasa dimaknai dengan menahan diri dari segala sesuatu (imsak), termasuk hawa nafsu yang dapat dapat mengotori jiwa manusia (Rasjid, 2010). Firman Allah "Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan." (Yusuf: 58). Kejahatan itu termasuk tindak pidana korupsi.
Menjumpai awal Ramadan 1439 H rasanya waktu yang tepat untuk mengikis penyakit korupsi di negeri ini. Puasa diharapkan dapat mengubah hati yang sakit menjadi hati yang sehat. Tirakat idealnya dapat merubah pribadi korup menjadi pribadi bersih. Dan Puasa seyogyanya mengubah perilaku rakus menjadi pribadi qonaah (menerima apa adanya).
Belajar dari ulat
Pertanyaaan yang muncul bagaimana puasa yang mampu mengubah manusia dari pribadi korup menjadi bersih. Allah telah memberi isyarat di alam semesta bagaimana seharusnya manusia mengambil ibroh pada seeekor ulat yang rakus dan menjijikkan berubah menjadi kupu-kupu yang disukai banyak orang. Allah berfirman "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal". (QS Ali Imran: 190).
Sifat rakus pada ulat akan meningkat saat kondisi cuaca yang tidak menentu dan karena pola tanam yang tidak serempak. Kesan ulat juga menjijikkan dimata orang. Pasalnya ulat memiliki bulu, yakni rambut-rambut pada bagian dorsal (punggung) di sepanjang tubuhnya.
Pada banyak spesies, rambut-rambut mudah rontok dan menimbulkan reaksi gatal apabila tersentuh kulit manusia (Baliadi & Bedjo, 2011). Hal inilah membuat ulat dijauhi atau dibenci oleh banyak manusia.
Dua karakter utama ulat itu ternyata sama tingkah laku koruptor yang dibenci oleh rakyat, karena para koruptor diidentikkan dengan sifat tomak terhadap aset negara dan dibenci oleh masyarakat luas.
Ajaibnya ulat mampu mampu mengubah bentuk lebih sempurna dan lebih baik melalui mekanisme apik yaitu puasa. Puasa Ramadan kita hendaknya mencontoh bagaimana ulat sedang melakukan puasa dalam bentuk pupa dan akhirnya keluar dalam wujud kupu-kupu yang indah.
Kupu-kupu tergolong ordo Lepidoptera (Subardi, 2009). Tubuhnya berukuran 3-250 mm. Sayap dua pasang, besar, dilapisi sisik atau semacam serbuk, memiliki pola warna beraneka ragam. Antenanya panjang dan tergulung rapi di bawah kepala.