Bai Ruindra
Bai Ruindra Guru

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Rantang Wajib Isi 5 Tingkat untuk Mertua di 17 Puasa

19 Mei 2018   09:19 Diperbarui: 19 Mei 2018   10:33 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rantang Wajib Isi 5 Tingkat untuk Mertua di 17 Puasa
Ilustrasi - rumah.com

"Abang ambilkan rantang di lemari depan itu!"

"Mana tahu aku simpanan kau!"

Teuku Ampon tak mau berkutik saat Aminah membuka lemari di depan matanya, lalu mengeluarkan rantang 5 tingkat. Tingkat satu nasi, lalu berurutan ayam, tumis sayur, ikan goreng dan pisang goreng. Air semangka parut nanti ia masukkan ke dalam ceret warna kemasan.

Pukul enam lewat lima detik. Tangis Agam kembali saat Aminah selesai memasukkan semua menu berbuka ke dalam rantang. Teuku Ampon telah bersih dan wangi.

"Ambillah Agam sebentar," ujar Aminah. Kali ini Teuku Ampon menurut. Aminah bersiap diri untuk ke rumah mertua. Buka puasa di sana hari ini. Ini tahun kedua yang repot. Namun, tak ada permisi untuknya menoleh ke Agam yang masih dalam gendongan.

Senja begitu tiba-tiba. Rantang telah di tangan Aminah. Agam dalam gendongan. Teuku Ampon berjalan lebih cepat lima langkah di depannya. Rumah orang tua Teuku Ampon berjarak hanya beberapa meter di depan, jika Aminah membuka jendela menghadap ke barat, maka ia langsung dapat melihat rumah mertuanya dibalik daun-daun tebu.

Teuku Ampon sesekali bersapa dengan orang yang lewat. Ia berujar hari ini buka puasa di rumah ibunya. Tak bisa dielak, orang-orang yang lewat juga menyapa Agam yang mungkin terlelap, mungkin juga hanya pura-pura memejamkan mata.

Bahu Aminah terasa pegal. Rantang di sebelah kanannya hampir jatuh. Ceret di sebelah kiri tak ada kurangnya. Pintu rumah mertuanya telah terlihat. Di bawah matahari menyingsing dari balik daun kelapa yang tinggi, bayangan apa saja terlihat dengan mudah.

Beduk ditabuh. Tanda buka puasa hari itu. Agam merengek dalam gendongan. Ibu mertua sibuk ke dapur, ke ruang makan, Aminah tak bisa berkutik saat rantangnya dibuka. Rantang kakak ipar lebih berwarna dan lebih lezat. Rantang adik ipar membawa aroma yang tak kalah mengurungkan nyali untuk bersuara.

"Aminah, kau sinikan si Agam," ujar Ibu mertua. "Kau repot sekali masak banyak-banyak, tak ada pun datang saja,"

Agam berpindah tangan. Aminah meneguk air semangka parut miliknya, terasa sedikit hambar. Pisang goreng ia makan sepotong, sedikit asin. Ia menelan ludah. Tak berani mencicipi kue dari rantang adik ipar dengan warna merah jambu. Ia tak juga menyentuh agar-agar di rantang kakak ipar yang dimasukkan ke dalam wadah berbentuk bintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun