Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Konsultan

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Saat Kesel, Sebel, Keki, Dongkol dan Amarah "Ngumpul" Jadi Satu

12 Juni 2018   05:57 Diperbarui: 12 Juni 2018   08:14 2477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Kesel, Sebel, Keki, Dongkol dan Amarah "Ngumpul" Jadi Satu
Gambar : ruangmuslima.co

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan". (QS Al Imraan : 134).

Barusan banget gue abis hampir nangis. Gue lagi kesel banget sama sesuatu. Lebih tepatnya sama keadaan yang gue hadapin. Ngerasa sering banget gak sih, kita tuh nemu kondisi yang gak sesuai sama 'yang seharusnya' versi kita. 

Misal ada orang yang berantakan di kamar kita, atau kondisi temen dan kerjaan di kantor yang ngeribetin gak beres-beres. Atau bisa juga kondisi orang di keluarga kita yang lagi super nyebelin. Gue rasa, pasti semua pernah ngalamin ya..

Kalian tau, gue termasuk orang yang emosional pada dasarnya. Dalam artian, gue itu saat kesel keliatan banget dan saat seneng keliatan banget juga. Intinya sih emosional alias menunjukkan emosi yang gue rasakan. 

Termasuk saat gue lagi kesel atau sebel atau keki, dongkol sampe marah banget, itu gue keliatan banget. Gak bisa bohong alias munafik. Makanya kadang temen gue suka komen "elu kalo lagi gak suka keliatan banget ya..". 

Okay, by time gue tau sikap seperti ini kurang positif apalagi kalau cuma menyangkut masalah pribadi.

Dulu, kalo gue marah karena perbuatan atau perkataan seseorang, jantung gue berdebar keras. Badan gue dingin. Langsung tersusun sikap dan kata-kata yang bakal gue ucapin untuk membalas misal ada yang berbuat perbuatan atau perkataan buruk dia ke gue. 

Gak jarang, keributan makin besar lahir dari sana.

Karena cukup banyak keluarga dan sahabat gue yang memberi masukan positif ke gue untuk tidak menjadi orang yang emosional, maka gue sedikit banyak belajar gimana caranya jadi orang yang gak gampang marah. Diantaranya yang gue udah praktikkin langsung, ada beberapa yang efektif menghilangkan amarah.

Pertama, kalo gue lagi marah, gue langsung inget-inget bahwa kalo gue kayak gini, bisa rusak amalan gue karena gue ngerjain sesuatu. 

Misal kita bantuin kerjaan orang yang udah bersikap nyebelin super ke kita tapi dengan gak ikhlas dan marah-marah. Macem kasih berlian ke orang dengan cara ditimpuk. Berliannya (kerja, bantuan) memang berharga tapi dengan ke-gak-ikhlasan kita itu merusak pahala / reward kita. 

Kedua, bahwa saat amarah datang, kata-kata dan sikap cenderung ngaco, gak terkontrol dan beresiko fatal. Berapa banyak orang yang bertahun-tahun musuhan cuma gara-gara satu dua patah kata. 

Masalahnya servis perasaan orang itu gak ada jasanya. Jadi ya  susah juga kalo udah rusak gara-gara kemarahan kita. Ketiga secara medis, kalian bisa cari tahu sendiri ya.. bahwa marah itu benar-benar merusak sistem kekebalan tubuh kita. 

Bahkan kalau sudah kronis bisa menyebabkan kanker. Keempat, pastinya gue cepet tua hehe. Kelima, penurunan citra dan kualitas diri. 

Sekeren-kerennya orang, kalau marahnya gak berkualitas dan gak pada tempatnya, langsung ancur berkeping-keping di mata orang lain. Dan masih banyak kerugian lainnya saat kita malah sibuk melampiaskan amarah kita jika kita melampiaskannya dengan cara yang salah.

Terus apa yang sekarang gue lakukan saat marah? Beberapa waktu ini, saat gue marah gue bakal diem dulu. Gue bakal merenung apa yang bikin gue marah. Biasanya gue bakalan sambil nangis kalo udah sangat marah dan berdoa. 

Gue minta solusi sama Yang di Atas atas apa yang mesti gue lakukan untuk menyelesaikan masalah gue. Kadang gue wudhu juga. Biasanya gue kalo udah kecapekan dan kebanyakan nangis gue bakal ketiduran. Abis itu, pas bangun perasaan gue jauh lebih baik. 

Gue bisa lebih jernih berpikir dan bersikap setelahnya. Apa solusi dari kemarahan gue ini biasanya muncul. Cara tiap orang bisa beda-beda. Intinya sih lakukan hal yang bisa bikin kita lebih tenang dan relax.

Tapi, gue juga pernah nyeplos kata-kata kurang enak saat gue marah. Yah, bukannya jadi selesai ya yang ada masalahnya makin runyem. Emang solusi dari Rosul Saw  untuk tidak marah itu tepat banget. 

Kalo pun ada orang yang perbuatannya buruk dan membuat kita marah, merugikan kita, Maka step pertama yang harus kita tempuh adalah mendoakannya agar berubah lebih baik dan menegur atau menasihatinya  dengan adab yang baik. 

Seperti tidak menasihati di depan orang lain, gunakan bahasa yang baik dan hati yang tulus untuk membantunya berubah lebih baik, bukan untuk menjauhkan atau menyudutkan.

Namun, ada juga beberapa jenis amarah yang legal bahkan dianjurkan. Seperti kemarahan saat kita dijajah, kemarahan saat melawan kezaliman yang menimpa banyak orang juga kemarahan saat melihat kesyirikan dan kemaksiatan di depan kita. 

Juga marah saat melihat banyaknya kemiskinan, ketimpangan, kriminalitas, pelecehan dan melampiaskannya dengan bentuk aksi nyata sebagai solusi. Nah, kalo marahnya macem yang tadi itu, boleh banget dan harus banget. Hehehe.

Salam perbaikan diri semua. Semoga kita makin awet muda dan bahagia dengan management amarah yang kita punya. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun