Agung Han
Agung Han Wiraswasta

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Dampak Positif Ini Bisa Dirasakan, Jika Anda Menjalankan Puasa dengan Benar!

10 Juni 2019   06:02 Diperbarui: 10 Juni 2019   10:34 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak Positif Ini Bisa Dirasakan, Jika Anda Menjalankan Puasa dengan Benar!
Ilustrasi: Shutterstock

Assalamualaikum Kompasianer, euforia dan riuh mudik rasanya masih lekat di benak, suasana lebaran belum sepenuhnya pergi. Ramadan baru beberapa hari pergi, bulan suci sebagai jalan kita menggapai kemenangan hakiki. 

Di meja tamu keluarga masih belum habis aneka kue lebaran, kantong anak-anak masih tebal, baru saja angpao dihitung, sembari berencana membeli ini dan itu (biasanya) barang kesayangan.

Arus balik dari mudik baru saja selesai, di timeline medsos tampak melalui status dan gambar, beberapa teman justru baru berangkat mudik (termasuk saya dan keluarga, yang mudik seminggu setelah lebaran). 

Selain memanfaatkan sisa hari libur masih ada, bagi pekerja freelance (memilih mudik telat, salah satunya) untuk menyiasati harga tiket supaya kembali normal.

Tapi lebaran memang belum sepenuhnya selesai, kalau di kampung halaman saya, ada lebaran kedua yang dinamakan lebaran ketupat atau lebaran syawal atau syawalan. Dirayakan pada hari ke tujuh setelah idul fitri, dihitung setelah puasa enam hari setelah puasa syawal (dimulai tanggal 2 syawal).

Lebaran syawal atau syawalan memang tak seheboh Idulfitri, tetapi warga di kampung tetap memasak ketupat meski tidak atau belum puasa syawal. Karena enam hari puasa syawal, bisa dikerjakan bertahap (dicicil) yang penting masih di bulan syawal.

suasana mudik di rest area- Dokumentasi pribadi
suasana mudik di rest area- Dokumentasi pribadi

-------

Puasa Ramadan tahun ini, dari awal saya bertekad mengulang sukses Ramadan tahun lalu, yaitu ingin membuang lemak (yang mulai) berlebih. Maka saya relatif ketat, memperhatikan asupan saat berbuka dan sahur. 

Masuk waktu berbuka dan sahur, sebelum masuk makanan apapun, saya awali dengan minum air putih hangat-hangat kuku (ingat jangan terlalu panas).

Subhanalloh, saat menulis artikel ini, saya masih bisa mengingat dan merasakan bagaimana nyamannya lambung yang kosong ketika disiram air putih hangat ini, rasanya legaaaa banget -- Kompasianer musti coba.

ilustrasi-Dokumentasi pribadi
ilustrasi-Dokumentasi pribadi

Setelah air putih hangat, saya makan ubi ungu rebus yang saya masak sekira jam lima kurang sedikit dan matang empatpuluh menitan. Beberapa menit menunggu bedug maghrib, ubi ungu sudah matang dan dibelah dua.

Heeem, asap dari ubi ungu yang matang mengepul, bau wanginya keluar menyebar ke udara, sungguh enak ketika aroma menusuk indera penciuman. Ubi ungu rebus ini cukup nendang untuk mengawali berbuka, cukup makan separuh saja lambung rasanya penuh, kemudian saya minum air putih hangat lagi.

Nah, sembari memberi jeda untuk pencernaan menyesuaikan diri, saya tinggal dulu makanan dan menunaikan sholat maghrib (kebetulan rumah saya tidak jauh dari masjid). Suasana sholat di masjid begitu semarak, ketemu anak-anak, remaja atau jamaah yang sedang berbuka di masjid dan biasanya takmir menyediakan buah-buahan. 

Selepas sholat maghrib, sambil pulang saya bisa mengambil buah (kadang jeruk, semangka, salak). Sampai rumah, melanjutkan berbuka dengan ubi rebus dan makan buah.

ilustrasi-Dokumentasi pribadi
ilustrasi-Dokumentasi pribadi

Agar tidak bosan, saya membuat variasi menu berbuka, misalnya keesokan konsumsi telur rebus, mix dengan buah (pisang, jambu, pepaya), kemudian siomay, otak-otak bakar (saya menghindari gorengan).

Meski tidak dipungkiri, namanya manusia tetap punya keinginan motek gorengan (punya anak yang biasanya nggak habis), nasi putih sesendok untuk menghilangkan rasa pengin, tapi ingat jangan kebablasan 

-----

Rita Ramayulis DCN, M. Kes, seorang Nutrisionis dan penulis buku tentang gizi, pernah menjadi narasumber dalam sebuah acara blogger. Saya sangat tercerahkan pada pemaparan beliau, bahwa mengonsumsi bahan olahan sedikit serat dan banyak mengandung minyak dan gula, membuat tubuh cepat lemas saat berpuasa. Kurang minum air putih di malam hari, kemudian beraktivitas siang di ruang panas akan rawan terkena dehidrasi.

Rita Ramayulis DCN, M Kes (kiri) - Dokumentasi pribadi
Rita Ramayulis DCN, M Kes (kiri) - Dokumentasi pribadi

Survey dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan mengungkapkan, menu makan saat berbuka sebaiknya mengikuti prinsip keseimbangan.

Terdiri dari 50% Karbohidrat, 25% lemak dan 15% protein dari total kebutuhan energi. Sementara asupan untuk kebutuhan sahur, dianjurkan 1/3 dari kebutuhan kalori sehari-hari dan tidak terlalu kenyang.

Kebiasaan konsumsi makanan terlalu manis dan berlebih saat berbuka atau sahur, dalam jangka panjang dampaknya kurang bagus. Makan secukupnya saja, kemudian setelah sholat tarawih, bisa makan selingan untuk melengkapi zat gizi yang belum terpenuhi saat berbuka.

Rita Ramayulis juga menyampaikan, Bulan puasa, meskipun dengan kegiatan sama kebutuhan energi menjadi lebih sedikit. Efek puasa, membuat tubuh secara otomatis melakukan penghematan energi. Tubuh melakukan adaptasi, dan penggunaan energi untuk tubuh bekerja juga menurun dibanding jika seseorang sedang tidak berpuasa.

Dengan perubahan tersebut, konsumsi makanan perlu diatur, seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, sayur, buah, air serta serat sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing,

"Hindari makanan dengan kalori tinggi yang menyebabkan dehridasi karena akan menganggu metabolisme tubuh untuk detoksifikasi" ujar Rita.

ilustrasi-Dokumentasi pribadi
ilustrasi-Dokumentasi pribadi

Dampak Positif Puasa Dilihat dari Sisi Fisik

Sejatinya puasa adalah kesempatan kita untuk hidup sehat, karena tubuh akan beristirahat selama kurang lebih 14 jam, sehingga terjadi regenerasi (pankreas, usus, hati, kantung empedu, lambung) dan penurunan radikal bebas. Saat puasa, secara otomatis tubuh akan melakukan proses detox atau pembuangan zat beracun dalam tubuh secara alami.

Apalagi kalau kita memperhatikan asupan saat berbuka dan sahur, maka proses detoksifikasi akan berlangsung cukup optimal. Dari pemaparan Rita Ramayulis, berikut indikasi keberhasilan puasa dilihat dari hal yang bisa dirasakan pelakunya dan bisa juga tampak di mata orang lain.

Berat badan menjadi ideal, ternyata puasa tidak sekadar menurunkan berat badan, tapi bisa membuat berat badan ideal (dari yang kurus bisa naik). Selain memperhatikan asupan, olahraga yang sesuai selama puasa jangan diabaikan. Olahraga yang melatih kardio, seperti jalan cepat, lompat tali, bersepeda, diyakini mampu membuang kalori berlebih yang disimpan di otot, sehingga berubah menjadi energi.

Analisis Lipoprotein atau profil lipid darah membaik: mengukur kadar darah dari jumlah kolesterol, LDL Kolesterol, HDL Kolesterol dan trigliserida. Kondisi membaiknya analisis lipoprotein, tentu berdampak baik bagi penurunan risiko penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, serangan jantung atau obesitas.

Kadar glukosa darah membaik: kadar gula darah normal sangat penting, selain menunjang kineja tubuh juga membuat kondisi tubuh tetap sehat. Kisaran kadar gula darah yang baik, sebelum makan di 70-130 mg/dL, dua jam setelah makan < 140 mg/dL. Pada saat puasa (setidaknya 8 jam) < 100 mg/dL, menjelang tidur 100 -- 140 mg/dL.

Tekanan darah stabil: kondisi tekanan darah normal orang dewasa sekitar 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.

Lebih aktif dan produktif: Dampak dari empat kondisi di atas, maka tubuh sehat dan lebih aktif beraktivitas fisik.

Pemikiran lebih positif dan fokus: puasa dengan segala dampak baiknya, selain menahan diri pada prasangka negatif, sekaligus membuat pelakunya positif thinking dan fokus

Emosional membaik: menahan diri dari haus dan lapar di siang hari, sekaligus melatih emosi agar tidak mudah tersulut amarah.

perubahan dua minggu setelah puasa-Dokumentasi pribadi
perubahan dua minggu setelah puasa-Dokumentasi pribadi

-------

Asal kita benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar sesuai syariat, saya yakin manfaat puasa Ramadan akan kita dapatkan. Tidak hanya sehat secara lahiriah, bahkan sehat secara batin insyaallah kita rengkuh, jasmani seat dan batin merasa lebih tentram dan tenang.

Puasa Ramadan diperintahkan Tuhan, pasti demi kebaikan manusia itu sendiri, masalahnya kita makhluk mulia ini, apakah bersedia mereguk nikmat Ramadan. Menyingkirkan sejenak, kesenangan, dan kepentingan duniawi untuk menggapai kesenangan yang sejati dan menjadi bekal menuju kampung akhirat.

O'ya, jangan lupa, selepas puasa Ramadan masih ada enam hari puasa syawal, yuk manfaatkan momen bertabur berkah, demi kebaikan diri sendiri yang akan berdampak pada orang lain- wallaju'alam. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun