Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

"Bocah Ngapa Yak, Ramadhan Gak Puasa?"

6 Juni 2018   22:40 Diperbarui: 6 Juni 2018   22:52 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ardi...Kalau lu gak puasa, jangan makan di jalanan, kasiaan tong, hormati orang nyang lagi puase," kata Nyak saat mengingatkanku 20 tahun yang lalu. Kini, usiaku 27 tahun, pesan itu seolah masih terus terngiang, meski lima tahun lalu ibuku sudah meninggalkanku untuk selama-lamanya. Kini, diriku sendiri tanpa kedua orang tua, meskipun begitu dengan semangat tetap kulalui perjalanan hidup yang penuh dengan liku.

" Nglamun aja broo...tuh kopinya diminum, jangan pura-pura puasa lu," ujar temanku saat siang hari menawarkanku minuman kopi panas asli Aceh. Entah, puasa tahun ini ingin sekali menjalankan puasa, seolah malu rasanya hati ini, sudah usia besar namun masih saja tidak berpuasa. Teringat masa kecil saat ibuku mengajari puasa "bedugan" untuk melatih puasa. Sekarang boro-boro puasa "bedugan", semakin besar malah puasanya " Godong Pring" alias esuk esuk nodong Piring ( pagi-pagi sudah makan satu piring).

Pergaulan mungkin yang membuatku berubah, ironisnya perubahanku malah semakin parah. Justru membuat semakin jauh dengan Sang Pencipta. Dengan alasan, kerja berat, mikir, panas-panasan akhirnya mengambil kesimpulan sendiri untuk tidak berpuasa. Parahnya, tidak pernah membayar hutang puasa, sampai datang kembali puasa tahun berikutnya.

" Sampai kapan terus-terusan begini ?," ujarku di depan kaca. Bukankah masih ingat pesan orang tuamu untuk bisa menjaga puasa dan ibadah lain agar kelak mereka tiada bisa berdoa untuk mereka. Sekarang boro-boro mendoakan, sholat aja masih bolong-bolong, puasa juga nggak, padahal usia hampir beranjak menuju tiga puluh tahun.

" Hei bro....," tegur teman disampingku, sembari menawarkan kopi panas. Secara refleks, aku bilang," maaf, aku sedang berpuasa". Tentu saja membuat teman di sekitar tertawa terbahak-bahak. " Rupanya lu udah tobat bro...hahaha...," ujar si Carto, teman nongkrong.

"Rupanya untuk kali ini, sementara aku harus hijrah mencari teman yang bisa membimbingku," bisikku lirih.

Ku teringat si Madin, teman SMP lama yang dulu sempat aku olok-olok karena kuanggap sok alim, sok rajin ibadah dan lainnya. Sepertinya tepat untuk kutemui agar bisa membimbingku ke arah lebih baik. Kukesampingkan rasa maluku untuk belajar kepadanya.

" Assalamualaikum din," ujarku melalui telepon

" Waalaikum salam, apa kabar Ardi," sapa Madin yang tidak lupa dengan suaraku.

" Boleh kita bertemu, lama tak bersua," imbuhku

" Insya Allah, nanti sore bisa datang ke Masjid At Taqwa, kita jamaah bersama disana," ajaknya.

Selang beberapa jam, kunyalakan starter motor Supra Fit tahun 2007 ku yang masih kenceng larinya, jarak 20 menit akhirnya sampailah aku ke Masjid dan sempat berjamaah bersama. Tenang hati ini, sudah lama sekali tidak datang ke Masjid seperti ini. Biasanya seminggu sekali, hanya sholat Jumat saja bisa sempat datang ke Masjid, sisanya kalau sempat sholat sendiri dan masih bolong-bolong.

Hari pertamaku bertemu dengan kawan lama, membawa pencerah dan secercah harapan untuk bertaubat. Akhirnya kuteringat sebuah hadits yang mengatakan, bahwa sebesar apapun dosa yang dibawa, apabila memohon ampun dan bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa kita.

Subhnallah, begitu indah lantunan ayat suci Al Qur'an yang diperdengarkan sayup-sayup di serambi Masjid. Kucoba ambil kitab Al Quran perlahan, gemetar tangan ini, setelah sekian lama menyentuh perbuatan maksiat, jarang sekali membuka ayat-ayat-Nya. Teringat membuka terakhir, saat ngaji bersaama kawan-kawan, 10 tahun yang lalu. Sungguh ironis, namun semoga tidak terlambat, suasana baru membuat hati menjadi tenang.

Mungkin, kalau dikaitkan dengan lagunya Wali Band, aku ini " Bocah Ngapa Yak". Karena sesuai dengan lirik lagunya

Disuruh sholat nggak pernah mau
Disuruh zakat juga nggak mau
Bulan puasa batal melulu
Diajak ngaji bilangnya malu

Udah tua masih aja malas sholatlah, bocah ngapa yak
Udah tua bolong bolong bahwasanyalah, bocah ngapa yak
Udah tua masih aja hura huralah, bocah ngapa yak
Udah tua masih aja kaya bocahlah, bocah ngapa yak

Sudah tua, namun kelakuannya kaya bocah, yang namanya bocah tentu saja identik belum baligh. Ini menunjukkan bahwa lagu itu menyinggung orang tua yang mestinya sudah wajib beribadah namun sifatnya kaya anak kecil yang belum terkena kewajiban ibadah. Sholat masih bolong, puasa batal terus, diajak ngaji katanya malu dan sebagainya.

Semoga kita tidak termasuk dalam lagu itu, kalau masih saja melakukannya.....ya .."bocah Ngapa yaak....?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun