Yasir Husain
Yasir Husain Guru

Teacher; Penulis Buku Nasihat Cinta dari Alam, Surga Menantimu, SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Puasa, Menjadi Kaya yang Sebenarnya

26 Mei 2019   19:59 Diperbarui: 26 Mei 2019   20:06 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa, Menjadi Kaya yang Sebenarnya
Sumber: atsar.id

Jika harta belum mampu membuat hati kita tenang, artinya harta itu bukanlah kekayaan. Jika kedudukan belum bisa membuat kita damai, artinya kedudukan itu bukanlah kekayaan. Jika popularitas tak menjamin hilangnya kegelisahan di hidup kita, artinya popularitas itu bukanlah kekayaan. Kita paham bahwa sumber kebahagiaan adanya di hati. Olehnya itu, apapun yang kita miliki, pastikan bisa menjadi penyebab tenangnya hati kita.

Di bulan ramadan ini, ketika kita berpuasa, kita benar-benar akan merasakan betapa sedikit perbendaharaan dunia yang kita butuhkan. Kita tidak makan dan minum seharian. Kita lebih banyak menahan untuk tidak bermewah-mewahan. Kita lebih memokuskan diri dalam ibadah dibanding menuruti keinginan-keinginan duniawi kita. Kita benar-benar mengadakan apa yang kita butuhkan saja. Ya, begitulah adanya jika kita benar-benar menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya.

Apa tujuan semua itu? Tentunya untuk mencari rida Allah, yang dengan itu kita berharap kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kita lebih fokus membenahi hati kita dibanding semakin memperbanyak harta benda kita. Di sinilah kita sadar bahwa sebenarnya materi bukanlah penyebab utama kebahagiaan. Kita akan memahami bahwa kebahagian itu soal rasa bukan tampilan. Itulah sebabnya kebahagiaan letaknya di hati, bukan pada pandangan.

"Kekayaan bukanlah banyak harta benda, akan tetapi kekayaan adalah kekayaan hati." (HR. Bukhari & Muslim)

Puasa cukuplah mengajarkan kita bahwa menjadi kaya itu tak mesti memiliki harta yang banyak. Menjadi kaya tak harus populer dan berkedudukan tinggi. Sebab kekayaan kita di dunia ini bukanlah terletak pada semua itu. Kekayaan kita adalah apa yang menjadi penyebab tenangnya hati kita. Boleh-boleh saja menjadi kaya harta dan memiliki jabatan yang tinggi, tapi pastikan keduanya menjadi sebab semakin dekatnya kita dengan Allah. Utamakan akhiratnya daripada dunianya.

"Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya, menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya, menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk." (HR Ibnu Majah)

Semoga puasa menjadikan kita semakin sadar bahwa, kekayaan yang sesungguhnya adalah apa yang selalu menenangkan hati. Yaitu, segala hal yang mendekatkan kita dengan Allah. Sebab, segala kekayaan di dunia ini adalah milik Allah. Jadilah orang kaya yang sebenarnya. Kaya karena Allah, kaya karena semakin dekat kepada-Nya dan istikamah di jalan-Nya.

Wallahu A'lam

---Yasir Husain, Penulis Buku SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah) 

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun