Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Penghasilan" Minim tapi Lebih Bahagia, Aku Bisa!

10 Mei 2021   05:00 Diperbarui: 10 Mei 2021   05:21 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap habis lebaran, sebaiknya jangan main ke rumah Yn. Sebab Mamaknya akan bertanya, "Berapo THR kau, Tar?" lalu menceritakan bahwa anaknya yang sedikit lebih muda dariku, dapat sekian ratus ribu selama beberapa hari lebaran kemarin.

Lalu tetangga depan dan sampingnya akan nimbrung, kemudian mereka saling adu jumlah "penghasilan" anak masing-masing. Sebuah "prestasi" yang sering dilecehkan kakakku. "Puaso idak, bangga-banggaan duit lebaran."

Aku tau itu hanya pelampiasan rasa cemburu kakakku. Sebab tak ada yang memberiku amplop kecil-kecil berisi uang, paling tidak seingatku begitu. Aku juga tidak dibekali tas selempang kecil seperti teman-teman, untuk mengumpulkan uang hasil bertamu.

Di setiap rumah yang kami sambangi beramai-ramai, tak ada yang bertanya, kemarin puasanya penuh? Malah ketika aku mengaku puasa, saat Ramadan, tidak ada teman yang percaya. Seolah mustahil bagi mereka, seorang anak SD kelas rendah bisa berpuasa sehari penuh.

Sayangnya aku tak punya rekaman kuat, dari mana aku mendapatkan uang untuk membeli pistol berpeluru merah, baik yang berupa plastik maupun kertas. Setiap lebaran, pistol adalah mainan favoritku.

Aku akan rela berjalan kaki sekira 2 km bolak-balik (jadi 4 km) untuk membeli sebuah pistol mainan seharga 2500 rupiah beserta stok peluru yang tidak sedikit. Bodo amat main sendirian, sebab temanku yang THR-nya bejibun itu, tidak mungkin dibelikan mainan.

Uang mereka untuk ditabung. Entah buat naik haji atau naik gunung, yang kutau mereka tidak memamerkan apa pun setelah para mamak menyebut-nyebut nominal yang mustahil dapat kusaingi.

Komentar tetangga, perempuan kok main pistol, juga tak jadi masalah di rumahku. Kakak-kakak dan orang tua mengira aku bercita-cita jadi polisi, padahal nggak. Aku kan malas olahraga, dari dulu cita-citaku memang jadi penulis. Santai.

Baca juga: Manfaat Memanjat Pohon

Dari pengalaman masa kecil nyaris 30 tahun lalu itu, aku mengambil pelajaran. Pertama, jangan sebutkan angka yang didapat di depan anak lain. Bisa jadi anak tersebut tidak seberuntung anakku. Tak ada untungnya untuk kita, apalagi untuknya.

Kedua, aku tak ingin menjadikan lebaran sebagai momen meminta-minta. Kubiarkan si kakak dan adik menolak amplop pemberian orang, mereka beralasan amplopnya sudah banyak di tas Ummi. Padahal dalam hati sungguh aku menyayangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun