Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

3 Masjid Bersejarah, Nilai Keislaman dan Arsitektur Belanda di DKI Jakarta

30 April 2021   13:25 Diperbarui: 30 April 2021   13:47 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan 1442H adalah waktu yang tepat bagi saya untuk ikut wisata religi. Wisata virtual religi ini mengunjungi 3 masjid yang ada di Jakarta. Wisata virtual Religi diadakan oleh Atourin bekerja sama dengan Pemprov DKI, JXB (Jakarta Experience Board) dan Diasparkraf DKI Jakarta.

Ada dua orang yang langsung menyiarkan cerita tentang masing-masing masjid.  Saya suka sekali mempelajari lebih dalam tentang masjid peninggalan Belanda pada tahun 1879-1942 yang kini sudah menjadi Cagar Budaya di DKI Jakarta. Yaitu Masjid Cut Meutia.  Juga mempelajari masjid fenomenal peninggalan pahlawan  Ibukota pada masa kolonial yaitu Si Pitung.  Masjid Al Alam Cilincing merupakan saksi bisu perjuangan sang pahlawan Betawi.

Wawasan tentang warisan budaya Masjid yang sangat bersejarah dan arsitekturnya yang  sangat hebat.

Masjid Al-Alam Marunda

bannermasjdialalammarunda-608ba023d541df722d1ecd12.png
bannermasjdialalammarunda-608ba023d541df722d1ecd12.png
Kunjungan pertama saya adalah Masjid Al Alam Marunda.    Lokasinya di Jalan Marunda No.1, Marunda, Cilincing , Jakarta Utara. Sejarah menyatakan bahwa Masjid ini termasuk tertua . Meskipun tidak diketahui kapan ditemukan  tapi menurut saksi sejarah , tempat itu awalnya sebagai tempat untuk tempat berlidung  dari serangan penjajah.

Pada tahun 1527 pasukan Fatahillah menyerang pasukan Portugis.  Fatahilla memilih sungai Cilincing sebagai markas perjuangan sekaligus pertahanannya. Di tempat inilah mereka membangun surau sebagai sarana ibadah.  Fatahilla gunakan jalur Sungai Cilincing karena jalur darat dijaga ketat pasukan kerajan Sunda.

Di depan Masjid Al Alam. Sumber: Dokpri
Di depan Masjid Al Alam. Sumber: Dokpri
Begitu masuk ke ruangan masjid itu ,dindingnya berwarna putih dan kayu -kayunya memiliki warna coklat putih.

Ada  nuansa alkuturasi 4 budaya yang mempengaruhi interiornya. yaitu  tiang-tiang yang kokoh berwarna putih sebagai budaya Eropa menopang  bangunan masjid, Lalu ada jendala yang merupakan budaya Tionghoa,  ada budaya Melayu dan  kaligrafis dari budaya Betawi.

Karpet merah yang digelar setiap inci lantai bagian dalam masjid.

Di dalam Masjid Al Alam. Sumber: Dokpri
Di dalam Masjid Al Alam. Sumber: Dokpri
Uniknya sebuah lubang di antara tembok yang digunakan untuk mengintip para penjajah  dari arah Sungai Ciliwung.

Bangunan ini  mampu memenuhi kasapasitas 350 jamaah itu belum pernah direnovasi. Saat pandemi hanya 50% saja.

Hanya ada tambahan bangunan, disebelah bangunan utama masjid ada pendopo tempat bersantai para pengunjung masjid. Pendopo itu untuk para pengunjung yang berkunjung di Masjid. Ada tradisi yang sering diadakan di balai pertemuan yang disebut dengan budaya "konotan" yaitu membwa buah-buahan atau makanan, lalu saling tukar menukar makanan .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun