Wiwin Zein
Wiwin Zein Freelancer

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tradisi Saling Hantar Makanan Menjelang Lebaran

11 Mei 2021   09:28 Diperbarui: 11 Mei 2021   09:32 5046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Saling Hantar Makanan Menjelang Lebaran
Rantang susun, yang dulu biasa digunakan untuk tradisi saling hantar makanan menjelang Lebaran (sumber : kompas.com)

"Kurir" rantang makanan biasanya anak-anak usia belasan  tahun ke bawah. Mereka adalah anak-anak dari keluarga yang akan melakukan tradisi menghantar makanan atau anak-anak tetangga. Nanti anak-anak yang jadi "kurir" itu diburuhan (dikasih upah) berupa uang atau satu rantang makanan.

Sebuah keluarga yang melakukan tradisi saling menghantar makanan satu hari menjelang lebaran, biasanya didasari pertimbangan efektifitas, tidak mau repot dua kali masak. Dengan masak makanan satu hari sebelum lebaran bisa sekalian masak makanan untuk persiapan perayaan lebaran esok harinya.    

Saya termasuk generasi yang pernah merasakan suasana tradisi saling menghantar makanan menjelang lebaran itu. Saya ingat betul  bagaimana suasananya.

Terutama satu hari menjelang lebaran, di jalan desa, di jalan setapak, bahkan di jalan pematang sawah, kita bisa melihat pemandangan banyak orang berjalan dengan menenteng beberapa rantang susun. Mereka berjalan ke arah yang sama atau arah yang berlawanan, tergantung tujuan masing-masing.

Bagi anak-anak, momen seperti itu bisa sekalian sambil ngabuburit. Mereka megantarkan rantang makanan ke kerabat yang agak jauh, pas pulang menjelang maghrib, menjelang waktu berbuka puasa.  

Anak-anak juga merasa senang jadi "kurir" pembawa rantang makanan karena nanti mereka akan menerima buruh (upah). Bahkan dengan buruh (upah) satu rantang makanan pun mereka sudah merasa senang.    

Tradisi saling menghantar makanan menjelang lebaran di kalangan masyarakat Sunda yang ada di pedesaan tempo doeloe itu jika dipahami dalam tradisi sekarang ini adalah bentuk saling berbagi parcel lebaran. Namun bentuknya adalah paket "makanan berat".

Tradisi saling menghantar makanan menjelang lebaran secara umum memang sudah tidak ada, walau pun di beberapa daerah tertentu mungkin masih ada yang melakukannya. Namun bukan berarti rasa simpati atau persudaraan antar tetangga dan saudara juga sudah tidak ada. Ini hanya masalah tradisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun