Ikut Merasakan Suka Cita Hari Raya Apa Salahnya?
Renungan Diri Pribadi
Selama bulan Ramadan, setidaknya saya ikut menulis tentang pengalaman hidup kami,bagaimana perasaan kami menyediakan rumah dan mempersiapkan santapan ,untuk berbuka bersama teman teman yang Muslim. Bahkan dirumah kami ada ruang khusus bagi yang akan Sholat ,yang dilengkapi dengan Sajadah .Kisah lainnya,betapa kami berdua ikut merasakan suka cita ,merayakan Idul Fitri,tanpa merasa canggung dan risih ,karena kami berdua adalah non Muslim. Saya jadi ingat lagu yang dulu sempat populer diseluruh nusantara
Rasanya tidak ada orang Indonesia yang tidak tahu lagu :"Disini senang,disana senang ,dimana mana hatiku senang" Dari mulai kanak kanak yang masih pakai celana monyet ,hingga orang tua yang giginya tinggal dua,pasti hafal lirik lagu yang sangat sederhana tapi menyirat pesan moral mendalam. Yang dapat dimaknai, suasana hati dan jiwa yang merdeka dan tidak terikat pada zona aman dan nyaman,karena dimana saja berada ,bagi dirinya adalah aman dan nyaman. Sama sekali tidak menjadi masalah mengenai perbedaan suku ,budaya dan agama. Ikut senang melihat orang lain senang dan ikut sedih bila menyaksikan sesuatu yang menyedihkan terjadi pada diri sahabat ,merupakan ciri khas bagi setiap orang yang memiliki jiwa :"Disini senang,disana senang"
Bukan Mencari Simpatisan
Karena bukan pejabat dan bukan siapa siapa,maka semua yang kami lakukan untuk hidup berbaur dalam keberagaman suku ,budaya dan agama ,sama sekali tidak ada kaitannya dengan mencari simpati ,apalagi mencari popularitas diri,karena kami steril dari hal hal yang berbau politik dan sara.
Tulisan ini hanyalah berbagi sekelumit pengalaman pribadi,bagaimana kami mengaplikasikan hidup rukun dan damai dalam keberagaman dan ikut merasakan suka cita hari raya Idul Fitri bersama sahabat dan saudara kami yang Muslim
Tjiptadinata Effendi