Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Guru

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Semangat Perayaan Keagamaan dan Optimisme

7 Mei 2020   23:48 Diperbarui: 8 Mei 2020   00:04 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangat Perayaan Keagamaan dan Optimisme
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kalau kita melihat kalender 2020 tepatnya pada bulan Mei, ternyata ada tiga perayaan hari besar keagamaan yang sedang dan akan berlangsung. Mau tahu perayaan apa saja? Betul sekali! Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441H, Hari Raya Waisak 2564, serta Hari Raya Kenaikan Isa Almasih.

Sementara, tepatnya hari ini (7/5) yang sedang berlangsung adalah perayaan Hari Raya Waisak, jatuhnya bersamaan dengan bulan Ramadan, saat umat Muslim menjalankan ibadah puasanya.

Bagi saya pribadi, momen berdekatannya perayaan hari besar keagamaan seperti ini, harus menjadi simbol tersendiri. Agama harus mampu menyatukan setiap anak bangsa, walau berbeda-beda tetap satu jua, begitu kata semboyan keberagaman masyarakat kita, (Bhinneka Tunggal Ika).

Dengan demikian, dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat kita harus mampu menerima dan menghargai setiap perbedaan yang ada.

Bangsa kita sejak dulu sesungguhnya sudah terkenal dengan keberagamannya, secara khusus keberagaman agama dan keyakinan. Sebagai anak bangsa, tentu kita harus menerima hal itu sebagai fakta historis dan sekaligus fakta masa kini.

Kita harus mampu hidup berdampingan dengan orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Biarlah bangsa kita beragam, tetapi kita tetap memegang teguh konsensus yang telah disepakati para pendiri bangsa menjadi perekat perbedaan. Kita pun harus mampu melihat persamaan dalam setiap perbedaan yang ada.

Keragaman agama di negeri ini, sesungguhnya telah diatur dalam Pancasila sebagai dasar negara kita, dalam UUD sebagai konstitusi dan sumber hukum tertinggi. Bagaimana kita bersikap tentu harus sesuai dengan pedoman dan norma yang ada.

Kalau merujuk pada Batang Tubuh UUD 1945, pada Pasal 29 ayat 2 ditegaskan bahwa ""Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu"

Dengan demikian, hendaknya ketika negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk dalam memeluk agamanya, maka kita sebagai masyarakat dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, kalau kita kembali kepada semangat perayaan hari raya keagamaan itu sendiri, semangat perayaan harusnya menjadi penawar pesimisme bagi umatnya, kita harus tetap optimis. Terlebih mengingat bangsa kita pada dua bulan terakhir menghadapi guncangan oleh pandemi covid-19, tidak sedikit orang yang mulai pesimis, cemas, khawatir dan ketakutan. 

Akhirnya, melalui perayaan hari besar keagamaan seperti Ramadan dan Waisak, hendaknya umat dengan ketulusannya turut menularkan solidaritas, persaudaraan dan optimisme itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun