Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berburu Harga Boboran di Dandangan Setelah Sahur Pertama Ramadan

19 April 2021   21:27 Diperbarui: 19 April 2021   21:45 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana Dandangan foto dokpri

Bagi warga Kudus,  tradisi Dandangan sudah tidak asing lagi. Dandangan itu semacam pasar malam, pameran dan juga gelar budaya menjelang bulan Ramadan tiba. Biasanya dilaksanan 2 minggu sebelum Ramadan tiba sampai fajar sahur pertama, setelah itu pedagang akan bubar dan sisa dagangannya akan dijual dengan harga yang lebih murah. Kami menamakan boboran, karena menganggap barang mereka tinggal barang sisa setelah sebelumnya mendapatkan untung besar jadi berapa pun kita menawar biasanya akan dikasihkan daripada dibawa pulang atau mungkin dibuang.

Tradisi Dandangan sendiri sebenarnya berawal dari para murid Sunan Kudus yang berkumpul di sekitar Menara Kudus untuk mendengarkan bunyi bedug ditabuh sebagai pertanda datangnya bulan Ramadan tiba. Karena semakin banyak orang yang berkumpul maka dipergunakan oleh para pedagang untuk menyediakan kebutuhan para santri yang akan menyambut datangnya bulan Ramadan esok hari, seperti keperluan untuk makan sahur dan sebagainya. Namun dengan seiring berjalannya waktu semakin banyak pedagang yang datang dengan aneka warna dagangannya bahkan bukan hanya untuk keperluan sahur pada Ramadan pertama saja, aneka kebutuhan kehidupan ada juga dijual di sana. Jumlah pedagang yang semakin membludag bukan hanya ada di sekitar menara saja, namun  mulai Alun-alun Simpang Tujuh sampai sepanjang jalan Sunan Kudus, sampai di sekitar Pasar Jember.

Dahulu acara tradisi Dandangan juga dijadikan alasan para putri Kudus Kulon yang biasanya dipingit untuk keluar rumah dan saling kenal untuk mendapatkan jodohnya. Para lelaki Kudus yang terkenal Gusjigang, yaitu bagus, ngaji dan dagang menjadi jodoh yang cocok untuk para putri Kudus Kulon yang cantik-cantik dan bekulit bersih.

Seperti kebanyakan anak lainnya, saya juga memanfaatkan diskon boboran untuk mendapatkan aneka mainan peralatan masak yang berasal dari tanah. Peralatan masak mini dari tanah kereweng itu dicat warna warni hingga menarik buat mainan anak-anak.

Selesai sahur dan salat Subuh kami rombongan anak-anak dari desaku yang berjarak kurang-lebih 1,5 KM berjalan kaki ke Alun-alun Simpang Tujuh bahkan sampai ke Menara untuk mencari pedagang  yang masih menggelar dagangannya dengan harga murah. Terkadang kami membeli beberapa set mainan untuk disimpan, karena pedagang mainan seperti ini hanya ada saat Dandangan saja. Jadi kalau ingin membeli lagi menunggu tahun depan saat menjelang bulan Ramadan tiba lagi.

Karena asyiknya berburu mainan murah terkadang lupa kalau hari itu adalah puasa pertama dan harus menghemat energi biar kuat puasa sehari penuh, kadang-kadang kami berjalan terlalu jauh sampai ke Menara. Bahkan untuk pulang kembali terkadang juga masih berjalan kaki, atau naik becak beramai-ramai.

Sempai di rumah masih dilanjutkan main dengan teman-teman apa yang tadi telah dibeli. Terkadang kalau tidak disuruh pulang orang tua, sampai siang masih berlanjut main.

Sore harinya badan baru merasakan lemas luar biasa, bahkan saking lemasnya saat bedung maghrib tiba saya sudah tidak kuat untuk makan minum kalau tidak disuapi ibu.  Tapi toh namanya anak-anak besok sudah lupa dan main seharian lagi dengan teman-teman yang mempunyai aneka mainan baru.

Kalau tidak salah saat itu saya masih duduk di kelas 4-5 SD dan kakak saya sudah menginjak SMP jadi sudah memiliki sepeda, namun saat itu masih jarang anak yang mempunyai sepeda jadi lebih enak kami berjalan kaki saja. Apalagi beramai-ramai tidak terasa capeknya,pada waktu itu sekitar pertengahan tahun 1970 an jalanan pun belum seramai seperti saat ini. Semakin menginjak remaja saya lebih suka mendatangi arena Dandangan pada malam hari sebelum Ramadan tiba bersama keluarga, biasanya kami membeli martabak telur, kue bandung, bolang baling, arum manis untuk dimakan malam hari sebelum besok puasa ramadan tiba, bukan membeli mainan lagi.

Tradisi Dandangan ini setiap tahun masih berlangsung sampai sekarang, namun karena adanya Pandemi ini sudah 2 kali menjelang Ramadan ditiadakan.

Semoga tahun depan Tradisi Dandangan bisa digelar kembali sehingga bisa bernostalgia mengenang masa kecil kembali, bila nanti masih diberikan umur panjang tahun depan.

Kudus, 19 April 2021

Salam hangat,

Sri Subekti Astadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun