Mohon tunggu...
Selvia Indrayani
Selvia Indrayani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis, wirausaha, beauty consultant.

Pengajar yang rindu belajar. Hanya gemar memasak suka-suka serta membukukan karya dalam berbagai antologi. Sesekali memberi edukasi perawatan diri terutama bagi wanita.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat untuk Ibu, Ada di Kalbu

9 Mei 2021   16:02 Diperbarui: 10 Mei 2021   00:51 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat untuk Ibu (Dokpri)

Tanpa terasa, Idul Fitri tinggal menghitung hari. Sayangnya libur Idul Fitri tahun ini masih sama dengan tahun lalu. Tetap di rumah saja. Ini pastinya demi keamanan dan kenyamanan bersama. Padahal keponakan di kampung halaman sudah bertanya kapan pulang. Aku hanya bisa menjawab, "Nanti jika Corona sudah hilang." Padahal hilangnya kapan, aku juga tidak tahu pasti. 

Betapa bahagia jika bisa bertemu sanak saudara di saat libur Idul Fitri. Walau keluarga besar berbeda agama, tetapi bisa saling berkumpul. Libur Idul Fitri sangat berarti karena hampir seluruh keluarga juga libur di hari itu. Momen yang dinanti dan memberikan kelegaan hati.

Terbayang wajah ibu di pelupuk mataku. Aku hanya bisa kirimkan surat dalam kalbu:

Ibu, lebaran kali ini memang masih sama dengan tahun lalu. Aku tak dapat datang menemuimu. Bukan aku tak mengingatmu lagi, Ibu. Aku tetap menyayangi dan menghargaimu. Engkaulah wanita terhebat yang pernah hadir dalam hidupku. Engkau sumber inspirasi dan semangatku.

Teringat saat aku dalam masa gundah, engkau selalu ada untukku. Berbuat salah dan merasa lebih hebat, hingga pernah membuatku berseteru denganmu. Mungkin saat itulah masa pencarian jati diriku. Dengan tegar dan sabar, Engkau tetap mengampuni kesalahanku. Kau tetap terima aku sebagai anakmu. Kau tuntun aku hingga berani menapaki setiap kenyataan pahit kehidupan. Segala wejangan darimu adalah obat dan penguat jiwaku.

Libur Idul Fitri tahun ini akan kuisi dengan kegiatan bersama keluarga kecilku. Aku tetap akan menyanyangi adik dan keponakanku seperti engkau menyayangiku. Walau aku tak dapat bertemu, setidaknya masih bisa berjumpa melalui gawai dengan mereka.

Kutitipkan setangkup rindu dalam kalbu melalui mawar merah. Berharap agar tempat engkau bersemayam tetap terawat. Aku hanya bisa minta tolong kepada adik untuk mengirimkan mawar merah di tempat persemayamanmu Ibu. Terimalah tanda baktiku sebagai anakmu.

Seandainya saja Engkau masih berkenan mendampingiku, pasti bukan mawar merah yang kupersembahkan padamu. Aku tahu engkau telah memberikan yang terbaik untuk anak-anakmu. Kau jadikan aku menjadi pribadi yang tegar seperti dirimu. Kini engkau dapat tersenyum bahagia melihat hasil jerih lelahmu. Tunggulah saatnya tiba, hingga kami bisa menabur mawar merah bersama di atas pusaramu.

Surat untuk ibu hanya bisa kutulis di kalbu. Dalam kerinduan yang paling dalam sambil membayangkan semua kenangan ketika masih bersama.

Kepergian ibu bukanlah halangan untuk tidak pulang ke kampung halaman. Masih ada keluarga lain di sana yang menanti. Pulang kampung bukan sekadar untuk pamer diri, melainkan membangun silaturahmi.

Untuk sementara, mudiknya diganti dengan silaturahmi video call saja. Demi keselamatan dan kenyamanan bersama, kita lakukan sesuai anjuran pemerintah. Harapan dan doa terbesar untuk bangsa ini adalah pemulihan negeri.  

Video Call sebagai pengobat rindu-dokpr
Video Call sebagai pengobat rindu-dokpr

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun