Rina Darma
Rina Darma Penulis

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Rengginang atau Rangining?

15 Mei 2020   23:48 Diperbarui: 16 Mei 2020   00:30 3777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rengginang atau Rangining?
Rengginang (Foto: Koleksi Pribadi)

Bahan candaan setiap Lebaran yang populer adalah awas biskuit palsu. Kaleng biskuit yang sudah habis dipakai kembali. Biasanya diisi oleh olahan rumah seperti kacang telur, kerupuk, hingga rengginang.

Sejak kecil saya familiar dengan rengginang. Rengginang merupakan olahan tepung ketan, berbentuk bulat, dan tebal. Untuk bisa menyantapnya harus digoreng terlebih dahulu. Rasanya gurih dan renyah. Warnanya putih kekuningan.

Namun, ketika saya pindah ke Bandung, saya mengenal kerupuk sejenis. Waktu itu, saya bersilaturahmi ke rumah saudara suami. Saya mendapat oleh-oleh rangining/rengining. Sekilas saya menyebutnya rengginang. Itulah perkenalan pertama saya dengan rangining.

Namun ternyata keduanya berbeda. Rangining terbuat dari tepung beras. Ketebalannya pun lebih tipis daripada rengginang. Warnanya pun lebih beragam. Saat itu, saya mendapat rangining warna ungu. Efek rasanya sama gurih dan renyah.

Kue kering tradisional ini merupakan makanan asli Indonesia. Biasanya kurang dilirik oleh generasi kekinian. Namun, untuk menjawab tantangan, rengginang pun bertransformasi. Dari rasa hingga pengemasan.

Sebut saja salahsatunya, rengginang khas Cirebon yang merupakan produk UMKM binaan Rumah Kreatif BUMN. Inovasi dilakukan pada varian rasa yang awalnya hanya gurih bawang menjadi terasi original, kencur, dan daun jeruk.

Jika biasanya rengginang maupun rangining mentah dibungkus plastik transparan, maka produk UMKM ini sudah digoreng dan kemasannya pun menarik. Praktis tinggal santap tanpa harus menggoreng terlebih dahulu.

Saya sendiri masih setia dengan "biskuit palsu" ini. Cuma memang malas kalau disuruh menggoreng sendiri. Ukurannya yang besar membutuhkan wajan besar dan minyak goreng yang banyak.

Walaupun seperti gampang tapi kalau tidak biasa bakal gosong. Butuh minyak yang panas dan api yang pas.

Saat di Klaten, hampir selalu rengginang ada di toples buat "sautan" atau makanan ringan yang bisa diambil kapan saja. Di Bandung sendiri saya cukup mudah menemukan rangining karena banyak penjual keliling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun