Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Wiraswasta

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengenal Lebih Dekat 4 Tokoh Pelopor Hari Kebangkitan Nasional

20 Mei 2020   13:55 Diperbarui: 20 Mei 2020   13:57 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Lebih Dekat 4 Tokoh Pelopor Hari Kebangkitan Nasional
Pendiri Boedi Utomo. Sumber Merdeka.com

Tokoh yang namanya kini diabadikan menjadi sebuah nama RS di Jakarta ini bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang kemudian dikenal "Tiga Serangkai". Dia adalah tokoh dalam Indische Partij, sebuah organisasi politik yang mencetuskan ide pemerintahan tersendiri langsung di tangan penduduk bukan oleh Belanda. Dikarenakan hal ini, di tahun 1913 dia dan dua rekannya diasingkan ke Belanda dan baru kembali 4 tahun kemudian.

Pendiri Indische Partij. Sumber http://muskitnas.net/
Pendiri Indische Partij. Sumber http://muskitnas.net/
Sayangnya, begitu kembali ke Indonesia dia kembali diasingkan ke Pulau Banda karena dianggap memberi andil seorang anggota komunis yang ternyata mau melakukan pemberontakan. Uang sebesar 10 gulden yang diberikan dr.Tjipto kemudian menyeretnya ke pengasingan hingga kesehatannya menurun dan menginggal dunia setelah sempat dipindahkan ke beberapa kota lain di Indonesia.
  • Ki Hajar Dewantara (1889-1959)

Bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, ini dia sosok yang kita kenal sekarang sebagai pelopor pendidikan di Indonesia karena selama hidupnya Ki Hajar Dewantara berjuang keras terhadap nasip pendidikan kaum pribumi sejak zaman penjajahan Belanda. Ia juga pendiri Perguruan Taman Siswa, yang memberikan kesempatan pribumi untuk mendapatkan pendidikan setara kaum priyayi.

Sumber https://klatenkab.go.id/
Sumber https://klatenkab.go.id/
Maih ingat dengan semboyan "Tut Wuri Handayani" yang  menjadi slogan Kementerian Pendidikan? Makna yang berarti "Guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan dari belakang" ini diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara. Dalam kabinet pertama RI, beliau diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia dan kelak dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yang terus melekat hingga ia meninggal dunia di Yogyakara dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.
  • Douwes Dekker

Douwes Dekker adalah nama keluarga Belanda yang merupakan gabungan klan Douwes dan klan Dekker. Di Indonesia, ada 2 tokoh dengan nama belakang sama yang memiliki peranan penting bagi Indonesia. Yang pertama, Eduard Douwes Dekker (1820-1887) seorang sastrawan yang dikenal dengan nama Multatuli yang telah menulis novel fenomenal berjudul Max Havelaar yang berisi kritik atas perlakuan buruk penjajah.

Patung Multatuli di Amsterdam, Belanda. Sumber http://www.civicartsproject.com/
Patung Multatuli di Amsterdam, Belanda. Sumber http://www.civicartsproject.com/
Kelak, saudara Eduard yang bernama Jan akan memiliki cucu bernama Ernest Deouwes Dekker (1879-1950) atau Danudirja Setiabudi yang kelak jadi tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan salah satu anggota dari Tiga Sekawan bersama dr.Tjipto dan Ki Hajar Dewantara.

Ernest adalah peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20. Dia juga adalah sosok di balik gagasan nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka (walaupun kelak nama negara kita bernama Indonesia). Dibandingkan semua temannya di Tiga Serangkai, Ernest meninggal di usia yang cukup tua, yakni 70 tahun dan dimakamkan di Bandung.

Jangan Melupakan Sejarah

Tak ingat detail sebuah peristiwa bersejarah menurut saya beda dengan "melupakan sejarah". Sekali lagi, kapasitas ingatan kita terbatas. Kita bahkan belum tentu mengingat jelas apa yang terjadi kemarin. Jadi, kalau ada peristiwa penting terkait bangsa dan negara yang kita tak ingat jelas detailnya, menurut saja wajar.

Namun, beda halnya jika kita melupakan sejarah. Nah, menurut saja, melupakan sejarah indikasinya dapat terlihat saat ada orang (atau bahkan kita sendiri) yang tak lagi mencintai negeri ini sebagaimana mestinya. Alih-alih memberi dukungan atau memberikan kritik yang membangun, yang ada malah mencela dan mengutuk hal-hal yang terjadi sekarang, salah satunya saat penanganan covid-19.

Tak ada yang sempurna dari sebuah kebijakan, namun, saya pribadi yakin bahwa terlepas dari ketidakidealan di mata kita, pemimpin di atas sana sudah berbuat sesuatu untuk mengatasi semua permasalahan. Ketimbang misuh-misuh, mending berdoa mumpung Ramadan masih berlangsung secara jika sudah lebaran ya keutamaan berdoa di Ramadan akan hilang. Gak kerasa, Lebaran Sebentar Lagi!

Dok. Kompal
Dok. Kompal
Referensi di sini, wikipedia dan situs ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun