Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Mencoba Memaafkan Pemain Petasan Menjengkelkan di Hari Lebaran

13 Mei 2021   19:52 Diperbarui: 15 Mei 2021   11:00 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak sedang bermain petasan di lapangan terbuka. Foto: Antara/Abriawan Abhe

Baru-baru sedang hangat diperbincangkan tentang ledakan petasan di Kebumen. Kejadian memilukan tersebut sampai menewaskan 3 pemuda dan beberapa lainnya harus dirawat di rumah sakit saat saat malam takbiran sedang berlangsung. Saya tak habis pikir, kenapa kejadian tersebut terulang kembali?

Sebelumnya juga ada kabar serupa, masih satu provinsi lagi, tepatnya di Pekalongan. Kejadian petasan meledak di Pekalongan tersebut menewaskan seorang remaja dan lainnya luka-luka. Sungguh miris. 

Jauh sebelum dua kejadian di atas, di kampung halaman saya (Pemalang) juga pernah terjadi kejadian yang sama. Tepatnya di tahun 2013 silam, bahkan video detik-detik meninggalnya korban sempat terekam kamera ponsel dan beredar secara luas. Petasan segede ukuran bocah kecil tersebut pun sudah menjadi tradisi tahunan menjelang lebaran di mana para pemuda merakit petasan lalu meledakkannya ramai-ramai di lapangan terbuka. 

Kenapa kejadian ini terus berulang-ulang? Dan bagaimana kita memaafkan mereka (pemain petasan) di hari lebaran karena menganggu dan ternyata menimbulkan korban jiwa di antara mereka yang tidak ikut-ikutan memainkan petasan?

Jangan salah, ledakan petasan yang keras sangat tidak cocok bagi mereka yang punya penyakit jantungan. Kejadian ini pernah dialami oleh tetangga jauh saya. Setiap menjelang lebaran tiba, si tetangga jauh ini pasti mengungsi ke pantai karena tidak ada penghuni di sekitar pesisir sehingga suara petasan tidak begitu keras dan mengagetkan.

Dia akan merayakan lebaran di pantai seharian tanpa keluarga besar, hanya ditemani sang suami yang sudah renta. Tetangga jauh saya ini bukanlah satu-satunya orang yang ketar-ketir begitu lebaran akan tiba karena petasan yang menggelegar di langit. Ada banyak di antara kita yang harus menjaga kondisi jantung mereka dari suara mengagetkan semacam petasan.

Tak hanya bagi mereka yang punya riwayat penyakit jantung, orang normal pun rentan terkena percikan petasan. Sewaktu kecil dulu, di sekitar rumah saya pernah ngetren petasan tikus. 

Petasan yang jika dinyalakan akan melaju ke mana-mana tersebut pernah mengenai kaki saya. Saya sangat ketakutan, untungnya daya ledaknya tidak begitu besar begitu sampai di hadapan saya sehingga saya hanya mengalami luka ringan.

Pemain petasan kerap kali tidak memperhatikan aspek keselamatan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Entah apa yang ada di pikiran mereka, para pemain petasan di hari lebaran, apakah keren menyalakan petasan di hari lebaran atau mereka ingin mendapatkan attention (perhatian) dan akhirnya mendapat pengakuan?

Ilustrasi petasan daya ledak ringan sampai besar. Sumber: pixabay.com/Peggy_Marco
Ilustrasi petasan daya ledak ringan sampai besar. Sumber: pixabay.com/Peggy_Marco

Terlepas dari motifnya, pemain petasan juga butuh dimaafkan. Di hari penuh kedamaian ini, alangkah baiknya kita membuka pintu maaf selebar-lebarnya kepada mereka yang suka menyalakan petasan meski kadang sulit apalagi bagi korban seperti saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun