Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Renungan Ramadhan (08): Tantangan dan Rintangan untuk Menjadi Mukmin Sejati

30 Maret 2023   15:17 Diperbarui: 30 Maret 2023   15:21 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renungan Ramadhan (08): Tantangan dan Rintangan untuk Menjadi Mukmin Sejati
Image: Renungan Ramadhan bersama Kakek Merza (08)

Meningkatkan diri dari Muslim menjadi Mukmin Sejati sepanjang masa bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak tantangan dan rintangan untuk mencapainya, sehingga akhirnya tujuan dan harapan menjadi Mukmin Sejati tidak tercapai.

Ada beberapa faktor atau rintangan yang sering menjadi penghalang dalam upaya kita untuk memperbaiki diri dan menjadi Mukmin Sejati. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Kurangnya motivasi: Motivasi yang rendah dapat membuat kita menjadi malas atau kurang semangat dalam menjalankan ibadah dan belajar dalam Islam. Hal ini dapat mempengaruhi konsistensi dan tujuan kita dalam memperbaiki diri menjadi mukmin sejati.
  2. Lingkungan yang tidak mendukung: Lingkungan yang tidak mendukung atau bahkan merintangi upaya kita untuk memperbaiki diri dan belajar dalam Islam dapat membuat kita sulit untuk mencapai tujuan tersebut. Lingkungan yang tidak mendukung ini bisa terdiri dari teman-teman yang kurang mendukung atau bahkan mengejek, lingkungan kerja yang tidak mendukung, atau bahkan lingkungan keluarga yang tidak mendukung.
  3. Kurangnya waktu: Kehidupan yang sibuk atau padat pekerjaan seringkali membuat kita kurang memiliki waktu untuk menjalankan ibadah dan belajar dalam Islam. Hal ini dapat mengganggu konsistensi dan tujuan kita dalam memperbaiki diri dan menjadi mukmin sejati.
  4. Kurangnya pengetahuan atau informasi: Kurangnya pengetahuan atau informasi tentang Islam dapat membuat kita kesulitan dalam menjalankan ibadah atau bahkan salah dalam memahami ajaran Islam. Hal ini juga dapat mengganggu tujuan kita dalam memperbaiki diri dan menjadi mukmin sejati.
  5. Kurangnya kesabaran: Kesabaran dan ketekunan dalam menjalankan ibadah dan belajar dalam Islam sangat penting untuk mencapai tujuan menjadi mukmin sejati. Kurangnya kesabaran dapat membuat kita mudah merasa putus asa atau bahkan meninggalkan tujuan tersebut.

Dalam menghadapi rintangan-rintangan tersebut, kita harus berusaha untuk tetap fokus pada tujuan dan motivasi kita untuk memperbaiki diri dan menjadi mukmin sejati. Kita juga dapat mencari dukungan dari lingkungan yang positif, memperbaiki manajemen waktu, meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang Islam, serta menjaga kesabaran dan ketekunan dalam menjalankan ibadah dan belajar dalam Islam.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mencapai Mukmin Sejati, dan faktor-faktor tersebut dapat menjadi penyebab mengapa ada kasus-kasus di mana seorang mualaf tampak lebih bersemangat dan berhasil mencapai Mukmin Sejati daripada seorang Muslim sejak lahir. Beberapa faktor tersebut antara lain:

  1. Kesadaran akan pentingnya Islam: Seseorang yang baru menjadi mualaf biasanya memiliki kesadaran yang lebih kuat tentang pentingnya Islam dalam kehidupan mereka, sehingga mereka lebih bersemangat untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Sementara itu, seorang Muslim sejak lahir mungkin sudah merasa bahwa ia "terbiasa" dengan ajaran Islam, sehingga kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya Islam dan kurang bersemangat untuk mempelajarinya lebih lanjut.
  2. Lingkungan yang lebih mendukung: Seorang mualaf biasanya berada di lingkungan yang lebih mendukung untuk belajar dan mengamalkan Islam, karena lingkungan tersebut biasanya terdiri dari orang-orang yang juga baru belajar tentang Islam atau orang-orang yang sudah terbiasa dengan ajaran Islam. Sementara itu, seorang Muslim sejak lahir mungkin berada di lingkungan yang kurang mendukung, karena lingkungan tersebut mungkin kurang mendukung dalam hal memperdalam pengetahuan tentang Islam atau bahkan mungkin merendahkan praktik-praktik keagamaan.
  3. Beban tradisi dan budaya: Seorang Muslim sejak lahir mungkin merasa terbebani oleh tradisi atau budaya tertentu yang mungkin tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini bisa membuatnya sulit untuk memperbaiki diri dan mencapai mukmin sejati, karena ia harus menghadapi konflik antara tradisi dan budaya dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Sementara itu, seorang mualaf biasanya tidak memiliki beban tradisi atau budaya yang sama sehingga lebih mudah bagi mereka untuk memperbaiki diri dan mencapai mukmin sejati.

Namun, perlu diingat bahwa faktor-faktor tersebut tidak dapat digeneralisasi ke semua kasus dan setiap individu memiliki pengalaman yang unik dalam memperbaiki diri dan mencapai Mukmin Sejati. Setiap individu memiliki potensi untuk meningkatkan diri dan menjadi Mukmin Sejati, terlepas dari apakah seseorang Muslim sejak lahir atau mualaf.

Proses mencapai mukmin sejati adalah proses yang panjang dan berkelanjutan, dan membutuhkan usaha yang konsisten dan terus-menerus dari setiap individu.

Untuk memotivasi diri dan meningkatkan semangat dalam mencapai mukmin sejati, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:

  1. Meningkatkan pengetahuan tentang Islam: Salah satu kunci dalam mencapai mukmin sejati adalah memperdalam pengetahuan tentang Islam. Membaca Al Quran secara rutin, mengikuti kajian agama, atau membaca buku-buku tentang Islam dapat membantu seseorang untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam.
  2. Berusaha mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari: Mereka yang ingin menjadi mukmin sejati harus berusaha mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa dilakukan dengan mengikuti tuntunan ajaran Islam dalam beribadah, bersikap jujur, memperlihatkan kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama, dan menghindari perbuatan dosa.
  3. Berusaha untuk terus memperbaiki diri: Setiap individu memiliki kelemahan dan kekurangan, namun yang membedakan adalah upaya yang dilakukan untuk memperbaiki diri. Menjadi mukmin sejati membutuhkan usaha yang konsisten dalam memperbaiki diri, seperti memperbaiki akhlak, meningkatkan kualitas ibadah, dan menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
  4. Menjaga motivasi dan semangat: Menjaga motivasi dan semangat dalam memperbaiki diri sangat penting untuk mencapai mukmin sejati. Salah satu cara untuk menjaga semangat adalah dengan berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki motivasi yang sama dan terus mengingatkan diri sendiri tentang tujuan akhir yang ingin dicapai.

Dalam melakukan hal-hal tersebut, selalu ingat bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan proses menuju mukmin sejati adalah proses yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penting untuk tidak cepat menyerah dan terus berusaha memperbaiki diri dengan ikhlas dan penuh semangat.

Dalam menjalani proses menuju Mukmin Sejati, ingatlah bahwa perjalanan ini bukanlah hal yang mudah, namun dengan niat yang tulus dan usaha yang konsisten, setiap orang bisa mencapainya. Selalu ingat bahwa Allah SWT senantiasa mendukung dan memberikan kekuatan bagi mereka yang mencari-Nya dengan sungguh-sungguh.

Semoga kita mampu selalu ingat bahwa Allah SWT senantiasa mendukung dan memberikan kekuatan bagi mereka yang mencari-Nya dengan sungguh-sungguh. Semoga kita selalu istiqomah dalam mencari ridha Allah SWT dan memperbaiki diri menjadi mukmin sejati yang taat pada-Nya. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kemudahan dalam menjalankan setiap perintah-Nya. Semoga kita selalu diberikan hidayah dan keberkahan oleh Allah SWT.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun