Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Lainnya

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Koleksi Barang: Pemberat atau Peringankah Timbangan di Akhirat?

5 Mei 2021   16:48 Diperbarui: 5 Mei 2021   16:51 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Barang: Pemberat atau Peringankah Timbangan di Akhirat?
Canva olah pribadi

Saya punya cerita tentang mengoleksi barang, saya pernah mengalaminya seperti mengoleksi prangko pada zaman SMP. Saat itu saya ikut grup filateli. Saya rela menggunakan uang jajan yang dikumpulkan karena ingin membeli prangko. Kesukaan saya kepada prangko bermula dari papa yang suka mengoleksi prangko atau uang.Ditambah lagi saat saya mempunyai sahabat pena di suatu daerah yang lumayan jauh. Kegiatan berkirim surat yang terjadi hampir setiap bulan membuat prangko di dalam buku bertambah. Sangkin senangnya, saya mina dibelikan album prangko. Jadilah prangko saya berjejer di sana.

Prangko-prangko yang ada di dalam album sering saya lihat dan memang ada keunikan pada masing-masing prangko. Gambar yang unik dan tahun yang semakin lama membuat prangko menjadi sesuatu bagi saya.

Namun, apakah kegiatan mengoleksi prangko itu terus sampai sekarang? Tidak, kegiatan itu sudah lama sekali saya tinggalkan sejak album prangko yang sudah saya isi dengan berbagai prangko raib entah ke mana. Saya sudah mencarinya, tetapi tidak juga ketemu. Awalnya saya sedih, tetapi lama-kelamaan saya bisa mengikhlaskannya.

Setelah kuliah, entahlah saya suka sekali membeli buku. Awalnya sih kepincut dengan majalah Annida, Ummi. Kebetulan, saya juga berjualan buku dengan sistem konsinyasi dari toko buku yang saya kenal. Uangnya lumayan bisa mendapatkan buku lagi.

Ternyata, mengasyikkan sekali mempunyai buku yang setiap saat bisa dibaca. Pelan tapi pasti, setiap bulan saya sisihkan uang untuk membeli satu buku. Ketika kerja, habis gajian pasti pergi ke Gramedia untuk melirik buku-buku kesukaan. Nah, aku suka buku yang memuat kisah nyata tentang anak berkebutuhan khusus. Jadilah saya mencari buku dari salah satu penulis luar.

Hingga suatu saat, saya memborong satu koper buku di Yogjakarta (saat studytour sekolah) karena harga di sana anjlok banget dari tempat saya. Sampai-sampai penjaga toko bilang," Orang Palembang itu kaya-kaya ya, Mbak." Dengan ringan saya jawab bahwa di Palembang buku-buku ini bisa enam kali lipat dari harga di sana. Saat itu ada buku tebal yang harganya lima ribu, sedangkan di tempat saya 50 ribu. Kan jauh banget ya selisihnya.

Saya pulang membawa ole-ole sekoper buku dan sedikit kue bakpia patok karena uangnya sudah banyak habis di buku hehehe. Masih nggak sih buku-buku itu? Masih dong. Buku-buku itu masih menemani harian saya. Jika saya ingin mencari sesuatu, saya bisa mengambil buku itu sebagai referensi.

Dibaca nggak sih buku sebanyak itu? Dibaca pasti ya, tetapi ada yang tidak saya tamatkan karena bosan dan ada yang hanya sepintas dibaca untuk mencari referensi. Sekarang pun juga, buku-buku itu tergantikan dengan buku cerita anak. Saya menambah buku anak dijajaran buku-buku saya. Asyik sekali jika anak mengetahui dan bersemangat saat saya membacakan cerita buat mereka. Tinggal emaknya saja yang kewalahan menghadapi keinginan yang berbeda dari tiga anak.

Nah, sekarang, saya hobi dengan tanaman anggrek. Saya senang melihat perbedaan dari setiap anggrek. Pengenkah saya memiliki anggrek menarik seperti yang berseliweran di beranda? Oh, pengen sekali, tetapi untuk membelinya sampai mengeluarkan beratus-ratus ribu, saya belum rela.

Itulah koleksi yang pernah saya lakukan, tetapi saya tidak mengharuskan saya untuk memiliki barang koleksian. Saya mengkoleksi karena tujuan tertentu, bukan hanya karena mengagumi saja.

Seperti halnya buku, orang boleh saja meminjam buku saya. Saya akan memberikannya, hanya saja mereka harus menjaganya dengan baik. Begitu juga dengan prangko, saya mengoleksi prangko karena saya mempunyai sahabat pena. Bahkan saya pernah menjual prangko dengan teman, ya lumayan uangnya digunakan untuk jajann anak SMP

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun